Relationship Goal yang Sering Terlupakan: Ayah-Ibu dan Kakek-Nenek Kita

relationship goals

Pada saat saya sedang di sebuah kafe, saya memperhatikan orang di sebelah saya yang sedang bersama temannya berlomba diam. Entah karena sakit gigi atau lagi puasa ngomong, mereka seperti orang asing yang sedang berada di sebuah sharing table karena ketidaksengajaan—padahal nyatanya tidak. They are trully a friend.

Namun, tak lama kemudian, dengan pandangan mata yang masih lengket ke layar ponselnya, saya menguping salah seorang temannya menyeletuk, “Ih, gila. Relationship goal banget sih mereka”. Temannya yang satu lagi akhirnya angkat suara dan menjawab “Iyah, mereka memang pasangan idaman. Kemana-mana selalu bareng, romantis pula. Bla..bla.bla..

Saya penasaran, siapa sih pasangan yang menjadi goal mereka—dan mungkin sejuta umat itu. Seberapa berpengaruhnya mereka dalam menginspirasi para jomblo maupun anak manusia yang sudah berpasangan.

Tapi, setau saya, berdasarkan pengalaman, bisa dikatakan relationship goal biasanya karena mereka sering mengunggah momen-momen romantis bersama—liburan bareng, rayain ultah salah satu pasangannya, beliin kado anniversary, punya couple stuff, dan ritual para couple yang sangat manis dan indah lainnya yang buat jomblo ngiler.

Biasanya, untuk membuatnya semakin hidup, media seperti feeds Instagram atau stories akan dimanfaatkan. Makanya tak heran, para jomblo—khususnya, akan merasa bahwa they are such a relationship goal yang seharusnya dimiliki olehnya kelak dengan pasangannya atau para couple in the whole universe.

Sudah banyak tulisan atau film pendek yang membahas tentang show up or show off relationship in social media, jadi saya gak akan bahas itu sekarang. Yang mau saya highlight di sini adalah: benarkah relationship goal versi kita selama ini sudah tepat?

Pada kenyataannya, kita sering kali lupa bahwa untuk mencapai goal dalam hubungan tidak serta-merta sampai pada mengunggah momen kebersamaan setiap saat di media sosial. Dengan fasilitas mewah dan treatment yang tak murah kepada pasangannya akan memengaruhi kepala kita bahwa begitulah suatu hubungan seharusnya berjalan. It’s the end and the goal of relationship.

Terlepas dari apakah itu benar-benar tulus dan hanya pencitraan belaka, namun menjadikan hubungan orang lain—apalagi kalau kita tak benar-benar mengenal mereka—sebagai sebuah goal tampaknya bukanlah pilihan yang tepat.

Coba lihat ke rumah kita. Apakah keadaan rumah tangga keluarga kita selalu baik dan harmonis? Di sanalah sebenarnya relationship goal sedang berlabuh.

Ayah, ibu, dan kita yang duduk bersama di sofa sambil menonton sinema keluarga favorit tapi tak sempat mengabadikan momen tersebut saking menikmati waktu keluarga itu. Ayah yang merawat ibu saat sakit dan sebaliknya, tanpa harus membuat stories dengan caption doa karena mereka benar-benar saling mendoakan satu sama lain di kehidupan nyata. Atau perayaan ulang tahun ayah dengan sederhana tanpa lilin dan kue, namun ibu memasak makanan rumah favorit—ayam opor hingga ikan teri sekalipun.

Sangat indah dan mengesankan. Tak perlu ada kamera dan unggahan, namun berkesan. Tak terlihat, namun tetap hidup.

Bahkan, sebelum ayah dan ibu kita, ada sosok lain yang sebenarnya adalah relationship goal semua makhluk bernama manusia: kakek dan nenek. Mereka yang menua bersama hingga melahirkan generasi baru, yaitu kita. Ya, kamu dan saya.

Kakek dan nenek yang setia hingga maut siap menjemput mereka. Kakek dan nenek yang enggan dijepret kemesraannya untuk sebuah privasi. Kemesraan yang hanya bisa dirasakan dan dinikmati oleh keluarga saja.

Kakek dan nenek yang akan meneteskan air matanya jika salah satu semakin melemah dan tak berdaya, bahkan hingga tak ada tenaga untuk bernafas. Hingga akhirnya salah satu akan menangis jika yang lain akan meninggalkannya—bersama semiliar kenangan yang sudah diciptakan.

Mereka tak pernah merasakan bagaimana sebuah hubungan masuk ke dalam media sosial dengan filter yang romantis dan kata-kata manis yang mungkin sekedar sebuah ketikan. Namun, mereka sudah menghujani sayang satu sama lain yang selalu dikenang hingga rambut hitam berganti putih.

Mereka yang romantis di media sosial memang sebuah bentuk dari relationship goal—terlalu terekspos. Dan ayah-ibu serta kakek-nenek adalah bentuk nyata dari relationship goal—yang tak terlihat.(*)

BACA JUGA Tren Couple Goals: Hubungan dan Kemesraan yang Selalu Dipamerkan atau tulisan Rode Sidauruk lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version