Rekomendasi Warung Sego Megono Pekalongan yang Low Budget untuk Menu Sarapan

Rekomendasi Warung Sego Megono Pekalongan yang Low Budget untuk Menu Sarapan terminal mojok

Menu sarapan paling tenar dari daerahmu apa, Lur?

Apa yang kamu pikirkan saat mendengar kata Pekalongan? Pembuka seperti ini sudah sangat klise digunakan para blogger. Tapi monmaap, saya juga ikutan memakai pertanyaan klise tersebut sebagai pembuka tulisan ini. Sebab, latar belakang kamu menentukan jawabanmu atas pertanyaan tadi.

Jika kamu gamers, tentu yang ada di tempurung kepalamu, Pekalongan kota cheater. Sedangkan kalau kamu seorang pengusaha pakaian, tentu menyebut Pekalongan kota batik. Lain lagi jika kamu adalah pengamat lingkungan, bisa jadi yang terlintas dipikiran adalah Pekalongan kota rob.

Namun apa pun jawaban yang kamu pilih, tentu semua akan sepakat kalau nasi megono adalah makanan khas Pekalongan. Lho nggak tahu nasi megono? Katrok kamu, coba deh Googling. Well, nasi megono memang menjadi salah satu bagian terpenting dari masyarakat Pekalongan. Orang Pekalongan nggak akan disebut orang Pekalongan jika ia tak pernah memakan nasi megono, atau minimal mencicipinya.

Seumpama laptop, nasi megono adalah charger-nya. Orang Pekalongan mesti menyuplai tenaga dengan nasi megono. Maka dari itu, nasi megono menjadi menu sarapan wajib bagi orang Pekalongan.

Sejak SD sampai SMA, menu sarapan saya selalu nasi megono. Ibu saya biasa membelinya di warung sarapan terdekat, atau penjual nasi megono keliling. Ya gitulah, mencari nasi megono di tempat asalnya jelas seperti mengambil baju di lemari pakaian.

Namun bagi orang luar Pekalongan—atau bahkan yang nggak tahu Pekalongan itu di mana—tentu mencari nasi megono, apalagi buat jadi menu sarapan, bukanlah perkara ringan. Tapi tenang saja, saya akan pilihkan beberapa rumah makan yang menjual nasi megono yang cocok banget buat sarapan. Harganya juga khas masyarakat +62 banget.

Rumah Makan Tjukup

Namanya memang terdengar sangat kuno. Rumah makan yang satu ini menjadi salah satu rumah makan legendaris di Pekalongan. Jika ingatan saya nggak berkhianat, Rumah Makan Tjukup didirikan oleh orang keturunan Tionghoa. Letaknya agak sedikit nyempil di antara toko-toko dan bengkel.

Ancer-ancer paling gampang ya Rumah Makan Tjukup ini ada di sebelah timur Kantor PLN Kota Pekalongan. Kamu akan sangat mudah menemukannya karena ada plang Rumah Makan Tjukup yang gede.

Rumah Makan Tjukup ini terbilang salah satu rumah makan yang spektrum menu makanannya cukup luas. Dan tentu saja yang menjadi andalan adalah nasi megono. Kamu bisa memadupadankan nasi megono dengan lauk apa pun. Soalnya saya yakin, rasanya tetap sedap karena megono begitu ngeklop dengan menu apa saja.

Rumah Makan Tjukup buka cukup pagi, yaitu sekitar pukul 7. Jadi pas buat yang pengin sarapan nasi megono. Harganya juga relatif murah, kalau nasi megono doang mah nggak lebih dari Rp 15 ribu, itu sudah sama es teh.

Sego Rakyat Mbak Ibah

Sego Rakyat Mbak Ibah menjadi salah satu destinasi kuliner buat orang-orang kere. Sesuai namanya, Sego Rakyat Mbak Ibah memang bener-bener menjadi rujukan bagi rakyat terutama tukang becak, kenek angkot, supir angkot, kuli, hingga mahasiswa yang belum bayar kos-kosan.

Menu andalan saya di tempat ini adalah tongseng. Lho, kok nggak nasi megono? Kalau di Sego Rakyat Mbak Ibah kalau pesan nasi sudah otomatis dikasih megono. Betapa megono akan menjadi amat lezat ketika diduetkan dengan tongseng.

Cita rasa tongseng yang pedas dan manis berpadu dengan rasa gurih dari megono, plus nasi yang masih kemebul. Ditambah duduknya bersebelahan dengan orang-orang golongan proletar. Kalau di sini suasananya kayak rakyat sedang makan besar tapi dilayani. Ada yang tengkreng, ada yang sambil garuk-garuk kepala, ada yang menyeka keringat, dan macam-macam lah pokoknya.

Lantaran sasarannya masyarakat ekonomi lemah, harganya pun sangat merakyat. Bahkan konon katanya, kamu bawa duit berapa pun bakal dilayani, kendati itu Rp 5 ribu doang. Tapi ya jangan harap uang segitu dapat lauk tongseng. Saya pernah makan di sini habis sekitar Rp 12 ribu, itu nasi megono ditambah tongseng dan sudah dapat es teh.

Setiap kali saya makan di sini, tempatnya selalu ramai apalagi saat jam-jam makan. Hal itu bisa dimaklumi karena lokasinya juga strategis. Berada di sebelah selatan Pasar Sorogenen dan angkot sering ngetem di dekat situ. Meski jam buka nggak pagi-pagi amat, kira-kira jam 9, tapi Sego Rakyat Mbak Ibah ini recommended lah buat orang-orang yang telat sarapan atau mereka yang suka bangun siang.

Warung Makan Pahlawan

Kalau dua tempat makan sebelumnya adalah favorit masyarakat secara umum, kali ini adalah warung makan favorit civitas akademika. Warung Makan Pahlawan menjadi destinasi sarapan favorit warga kampus, mulai dari pejabat, dosen, hingga mahasiswa. Jaraknya hanya beberapa meter ke selatan dari Kampus IAIN Pekalongan cabang Kandang Panjang, Kota Pekalongan. Tepatnya di Jalan Kusumabangsa sebelah utara Makam Pahlawan.

Saya tahu warung makan ini menjadi favorit civitas akademika IAIN karena kawan saya. Dia sering mengajak saya ke warung makan tersebut. Kata teman saya, makanannya enak dan harganya murah meriah.

Jadilah saya makan di tempat ini. Dan sumpah demi kerang ajaib, rasa megononya sangat gurih dan begitu nyaman mendarat di lidah saya. Cacahan gori atau nangka mudanya nggak terlalu besar dan lumayan halus. Rasa kecombrangnya pun cukup kuat. Ditambah guyuran kuah rendang dan perkedel sebagai pelengkap.

Di tengah kekhusyukan menyantap nasi megono dengan lauk tambahan itu, kawan saya bilang kalau Warung Makan Pahlawan ini sering didatangi dosen-dosen dan wakil rektor juga. Tepat di titik itulah saya merasa sedikit intelek dan parlente makan di sini.

Namun saat membayarnya, saya kembali disadarkan kalau saya itu miskin. Lha, wong harga nasi megono plus-plus dan es teh itu cuma Rp 9 ribuan. Warung yang buka sekitar pukul 8 pagi itu kadang kala menjadi pilihan tempat sarapan ketika ada jam kuliah pagi. Apalagi pas ndilalah dosennya killer.

Selain tiga tempat di atas, kalau pengin menu sarapan berupa nasi megono bisa juga di Alun-alun Kota Pekalongan. Di sana biasanya setiap pagi ada penjual nasi megono. Tapi mungkin untuk saat ini nggak ada, karena masih masa pandemi.

Di objek wisata Pantai Pasir Kencana juga berderet penjual nasi megono di tepi pantai. Kamu bisa coba ke sana jika pandemi telah usai. Tapi masalahnya, kapan pandemi ini kelar, woy!!!

Sumber Gambar: YouTube Sajian Sedap

BACA JUGA Gaya Orang Pekalongan Menyantap Nasi Megono yang Tak Kalah Ribet dari Soto dan Sushi dan tulisan Muhammad Arsyad lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version