Namanya juga ponsel zaman sekarang, dalam satu generasi itu serinya bisa bermacam-macam. Demikian pula dengan Redmi, kini dia datang lagi dengan Redmi 9C. Di tengah-tengah Redmi 9A dan Redmi 9, ponsel ini bedanya apa?
Dari segi desain, Redmi 9C ini mirip sekali dengan ponsel C yang lain, yaitu Realme C Series. Kamera belakangnya diletakkan dalam sebuah kotak hitam di pojok kiri atas seperti keluarga iPhone 11 dan bagi saya ini tidak istimewa karena tetap saja tidak akan bisa menipu impresi orang lain bahwa ponsel yang kita gunakan adalah ponsel kelas kere hore.
Mirip Realme C Series, khususnya C11
Demikian pula dengan spesifikasinya, benar-benar mirip dengan Realme C Series. Prosesornya sama-sama MediaTek Helio G35 yang menurut skor AnTuTu-nya sedikit lebih kencang dari Qualcomm Snapdragon 439 milik Redmi 8 Series, tidak istimewa tetapi tentu lebih baik dari Helio G25 di Redmi 9A. Layarnya sama-sama berteknologi IPS LCD, berukuran 6.5 inch, dan resolusinya HD+. Baterainya sama dengan Realme C11, berkapasitas 5000 mAh dan daya pengecasan 10 W. Ya, 10 W alias mundur dari Redmi 8A yang sudah mendukung 18 W (sekalipun adaptor di dalam boks tetap berdaya 10 W, silakan membeli terpisah untuk merasakan yang lebih cepat). Kamera selfie beresolusi 5 MP, diletakkan dalam waterdrop notch, idem Realme C11.
Sidik jari sama dengan Realme C12 diletakkan di bodi belakang. Kamera belakang juga beresolusi 13 MP + 2 MP + 2 MP dan mirip Realme C12, tapi lensa kedua di Redmi adalah lensa makro sementara Realme menggunakannya sebagai lensa B/W. Sedih ya sedih, mengingat sudah pernah saya singgung bahwa Realme C Series itu tergolong tanggung secara spesifikasi dan kini ada ponsel tandingan yang mirip sekali!
Untuk itu pula, saya kurang setuju dengan tagline “Jagoan kamera kece” yang disandangkan pada Redmi 9C. Lensa kamera beresolusi 2 MP itu tanggung, apalagi kalau penggunaannya untuk makro atau depth sensor. Preferensi kita mungkin berbeda, tetapi saya prefer dua lensa telephoto atau ultrawide dengan resolusi paling tidak 5 MP.
Baterai berumur panjang, iyakah?
Salah satu rilis Kompas mengenai Redmi 9C menekankan pada umur baterai ponsel ini lebih panjang. Ketika baterai ponsel pada umumnya diklaim tahan dalam tujuh ratus hingga delapan ratus kali pengecasan sebelum mengalami penurunan kapasitas (cukup align dengan pengalaman pribadi, Redmi 4X saya mengalaminya sekitar tiga belas bulan sejak pertama kali digunakan dan dengan satu kali pengecasan per hari alias sekitar 760 kali mengecas), Redmi 9C diklaim tahan hingga seribu kali mengecas untuk bertahan selama 2,5 hingga 4 tahun pemakaian. Kalau belinya ketika baru memulai kuliah, bisa lah dipakai sampai lulus.
Ini memang berita baik jika si anak kuliah belajar secara tatap muka di kampus. Selama kuliah fisik, kita kan lebih banyak memperhatikan penjelasan dosen, mengerjakan penugasan dan hal-hal praktik, serta berkumpul bersama teman-teman. Penggunaan ponsel secara intens terjadi ketika si mahasiswa prefer e-book dibandingkan membawa buku fisik, mengerjakan tugas yang memerlukan akses internet (dan tidak membawa laptop di hari itu), berkoordinasi dengan rekan organisasi yang berjauhan, dan bermain games. Betul, baterai bisa awet seharian alias hanya perlu sekali mengecas.
Ketika pembelajaran pindah ke rumah, hal yang harus diperhatikan adalah Redmi 9C ini duduk di kelas low-end. Alih-alih menggunakan laptop atau desktop untuk mengikuti kelas secara live streaming, banyak memilih akses lewat ponsel. Internet untuk komputer pun disuplai dengan tethering dari kuota ponsel alih-alih berlangganan wi-fi. Ponsel akan lebih cepat panas dan baterainya lebih cepat terkuras. Perhitungan yang diasumsikan Koh Alvin Tse jadi tidak berlaku dong?
Spesifikasi biasa saja, harganya?
Nah, biasanya kalau berbicara mengenai Redmi (kecuali si Note 9 Pro), pasti adalah poin menariknya. Jika spesifikasinya kurang menarik, paling tidak harganya. Betul saja, Rp1,4 juta untuk varian 3GB/32GB dan Rp1,6 juta untuk varian 4GB/64GB.
Kita bahas yang varian 3GB/32GB. Jika sempat melipir ke toko resmi Realme di Shopee, C11 dijual seharga Rp1,6 juta untuk varian 2GB/32GB. RAM lebih kecil (bahkan sudah tergolong kurang) dan tidak ada sensor sidik jari, pukulan yang sangat telak bagi saya pribadi. Redmi 8A Pro? Rp1,45 juta dengan RAM 2GB dan juga tidak ada sensor sidik jari, tetapi daya pengecasan naik ke 18 W dan prosesornya adalah Snapdragon (biar kata 439, naga selalu menggugah minat sebagian penggemar fanatiknya).
Bagaimana dengan varian 4GB/64GB? Akhirnya saya punya rekomendasi di segmen ini yang lebih murah dari Redmi 8 (yang saat ini dijual dengan harga resmi Rp1,85 juta) meskipun harus mengorbankan daya pengecasan 18 W dan resolusi layar FHD-nya itu. Akan tetapi, jika punya uang Rp350 ribu lagi, tidak hendak digunakan mendesak, dan rela mengeluarkannya, tentu Anda pantas mendapatkan Redmi 9. Dengan peningkatan harga yang tidak signifikan, kamera, prosesor, daya pengecasan, desain, resolusi layar, semuanya lebih baik.
Jika pernah membaca tulisan saya di Terminal Mojok, saya pernah menyarankan Infinix Hot 9 Play (waktu itu untuk melawan Realme C12) dan kini dia jadi pesaing head-to-head Redmi 9C untuk varian 4GB/64GB. Baterainya memang lebih besar (6000mAh), tetapi prosesornya masih Helio A25, daya pengecasan tetap 10 W. Soal brand image, tentu masih kalah dari Xiaomi (khususnya soal software update, berdasarkan pantauan di media sosial) plus mendapatkannya di pasar mungkin lebih sulit. Jadi, kecuali Anda benar-benar butuh kapasitas baterai 6000mAh itu, saya menarik rekomendasi saya untuk Infinix dan menggantikannya dengan si Redmi 9C ini.
Untuk siapa Redmi 9C ini cocok dibeli?
Redmi 9C adalah solusi untuk mereka yang study from home dan saat ini belum memiliki ponsel yang tergolong memadai karena keterbatasan budget dan menemukan bahwa Redmi 9A masih terasa kurang ngegas untuk digunakan. RAM dan memori penyimpanan memadai, baterai lumayan besar, harga miring, siapa yang bisa menyainginya?
Bagi kalian yang pernah punya kenangan dengan ponsel-ponsel berwarna orange, Redmi 9C juga memilikinya sebagai ajang mengekspresikan diri. Saya jadi teringat dulu waktu masih SD pernah memiliki Nokia 3110 Classic dengan pinggiran bodi berwarna orange. Selain itu, Redmi 9C masih memiliki dua warna lainnya yaitu abu-abu dan biru, bagus juga kok.
Sebaliknya, Redmi 9C kurang cocok bagi kalian yang dalam era normal cenderung bermain komputer seharian, sering lupa mengisi daya penuh sebelum berangkat, dan juga tidak punya waktu untuk mengisi daya ke stopkontak. Dia juga kurang cocok bagi kalian yang berharap daya baterai bisa naik meskipun sambil dipakai dalam kondisi full load saat mengecas. Ingat, daya pengecasan hanya 10 W dan bisa jadi daya baterai tetap berkurang saat sedang dicas karena sambil dipakai. Untuk urusan ini, Redmi 8 tetap masih merupakan solusi yang lebih baik dengan pengecasan yang lebih cepat.
Jika kalian mencari kualitas foto yang lebih baik, Redmi 9C juga bukan pilihan menarik meski memiliki tagline “Jagoan kamera kece”. Langsung naik kelas ke Redmi 9 aja ya (untuk ponsel baru), selebihnya silakan lihat pasar ponsel bekas dan itu pun tetap susah dengan harga setara Redmi 9C. Mungkin bisa dapat iPhone 6 atau Samsung Galaxy S7 bekas? Baterai dan layarnya itu yang jadi concern saya.
Sekian mengenai Redmi 9C. Ya, serba susah untuk ponsel baru bermemori dan berbaterai besar tetapi menginginkan harga yang terjangkau, berkamera bagus, mengecasnya cepat. Semua pasti ada trade off-nya di segmen harga ini. Ya kan?
BACA JUGA Kata Siapa Presentasi Itu Lebih Gampang Dibanding Ujian? dan tulisan Christian Evan Chandra lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.