Siapa yang tidak kenal dengan Waroeng Steak and Shake? Usaha yang berawal dari warung kecil di Jalan Cendrawasih, Gejayan, Yogyakarta 20 tahun lalu ini kini memiliki 107 outlet.
Waroeng Steak and Shake tersebar hampir di seluruh kota besar di Indonesia, mulai dari Medan hingga Makassar. Steak Lovers dikejutkan dengan hadirnya steak yang murah namun tidak murahan. Jalan liku nan terjal akhirnya membawa Waroeng Steak ini ke tangga kesuksesan. Berikut fakta-fakta terkait kesuksesan Waroeng Steak yang melabeli dirinya sendiri sebagai steaknya orang Indonesia:
Habiskan jatah gagal
Sebelum sukses dengan Waroeng Steak and Shake, Jody Brotosuseno sebagai CEO dan founder Waroeng Steak sudah malang-melintang di dunia bisnis. Awalnya, Jody bersama sang istri membangun usaha warung susu, namun harus gulung tikar.
Tak kapok, Jody yang baru saja merugi akibat warung susu malah banting setir membuka usaha roti dan jagung bakar. Tak sesuai dengan harapan, Jody lompat ke bisnis kaos partai hingga merantau dari Solo ke Jogja pada tahun 2000 untuk membuka gerai pertama Waroeng Steak and Shake.
Selama satu tahun awal, Waroeng Steak mencatatkan laba bersih Rp20 ribu hingga Rp30 ribu rupiah saja setiap hari. Setelah jatah gagalnya habis, usaha barunya mulai bangkit. Dari Waroeng Steak and Shake kita belajar jangan takut gagal, karena dibalik kegagalan selalu ada pembelajaran. Ashek~
Promosi adalah kunci
Sebelumnya, mayoritas pelanggan Waroeng Steak and Shake adalah bule-bule yang menginap di hotel dekat Gejayan. Saat itu, meski mematok harga murah, yaitu Rp3.500 per porsi, Waroeng Steak masih kalah dengan bakso yang dibanderol Rp2.500 dan roti bakar seharga Rp1.000.
Waroeng Steak and Shake lalu mulai berani promosi ke media cetak dan radio. Hingga suatu ketika, datanglah wartawan dari surat kabar ternama yang mengulik Waroeng Steak. Bagaimana mungkin steak yang identik dengan makanan kelas atas dapat diolah hingga semurah itu. Setelah tulisan tersebut terbit, Waroeng Steak mulai kebanjiran order.
Asal usul nama penggunaan kata “Waroeng” adalah sebagai usaha untuk memperlihatkan kepada calon konsumen bahwa harganya memang terjangkau. Namun, saat itu, tetap saja steak di mata masyarakat adalah makanan mahal.
Agar meyakinkan bahwa Waroeng Steak murah, Jody memasang spanduk besar: “Sirloin 3500 rupiah, chicken steak 3000 rupiah” di depan Waroeng. Tentu banyak calon pelanggan yang penasaran dan ingin membuktikan sendiri. Inilah titik baliknya. Dari sini, Waroeng Steak berhasil membuka cabang pertamanya di Jalan Colombo, tepat di depan GOR UNY.
Tak sampai di situ, kini Waroeng Steak and Shake menjadi sponsor utama pebulu tangkis senior Hendra/Ahsan. Bukan food vlogger ataupun chef yang dipilih menjadi brand ambassador. Pemilihan brand ambassador ini otomatis membuat cross market di mana Waoreng Steak dapat melebarkan sayapnya ke pecinta badminton. Strategi yang sangat jitu.
Berbisnis dengan Tuhan
Waroeng Steak menerapkan spiritual company di mana menerapkan prinsip sedekah merupakan kunci sukses yang utama. Menurut Sang CEO, sedekah inilah yang memudahkan Bebek Haji Slamet yang legendaris itu mau bergabung dalam manajemen Waroeng Steak.
Tak dimungkiri, mencari karyawan yang jujur amatlah sulit. Oleh karena itu, Waroeng Steak and Shake mengikutkan ESQ para karyawannya. Tak cukup sampai di situ, Waroeng Steak juga mengkampanyekan gerakan berhenti merokok bagi para karyawan.
Kajian karyawan rutin dihelat tiap pekan. Karyawan diwajibkan salat Dhuha terlebih dahulu sebelum bekerja dan yang paling menghebohkan adalah hafalan Quran berhadiah umroh gratis, MasyaAllah.
Itulah tiga poin rahasia penglaris Waroeng Steak and Shake yang dapat kita duplikasi. Usaha dan doa haruslah sejalan.
Penulis: Arief Nur Hidayat
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Rahasia Penglaris Waroeng Spesial Sambal SS