Puskesmas Desa Jangkar Bangkalan Madura Bobrok, Lebih Mirip Rumah Hantu daripada Fasilitas Layanan Kesehatan

Puskesmas Desa Jangkar Bangkalan Madura Bobrok, Lebih Mirip Rumah Hantu daripada Layanan Kesehatan Mojok.co

Puskesmas Desa Jangkar Bangkalan Madura Bobrok, Lebih Mirip Rumah Hantu daripada Layanan Kesehatan (unsplash.com)

Bangunan puskesmas pembantu Desa Jangkar Bangkalan Madura terlihat tidak meyakinkan, tapi fasilitas layanan kesehatan itu masih dibutuhkan warga

Hidup di desa kadang memang harus siap dinomorduakan. Apalagi kalau desanya jauh dari jangkauan, pembangunan desa tersebut biasanya terabaikan. Selain repot, desa-desa yang susah akses memang jarang mendapat sorotan media maupun pemerintah kabupaten dan pusat. 

Tidak adanya perhatian itu tercermin dengan jelas di gedung puskesmas pembantu alias Pustu yang ada di tempat tinggal saya, Desa Jangkar, Bangkalan, Madura. Lokasi puskesmas ini berada di 4,4 kilometer dari Puskesmas Tanah Merah, atau sekitar 13 menit dari puskesmas kecamatan.

Dengan lokasi yang cukup jauh dari keramaian, bangunan puskesmas pembantu ini sangat konsisten dengan ketidaklayakannya. Tampilannya bobrok benar-benar nggak cocok disebut pusat layanan kesehatan

Puskesmas Pembantu Desa Jangkar Bangkalan Madura lebih mirip rumah hantu

Sebenarnya, saya sudah berkali-kali lewat depan area pustu ini. Tapi, saya mengira gedung tersebut hanyalah bangunan terbengkalai yang ditinggali pemiliknya. Sebab, tampilan depan area Pustu ini bagai rumah kosong. Mulai dari rumput liar yang dibiarkan meninggi, lalu atap bangunannya sudah ditumbuhi tanaman liar, hingga setengah dari bangunannya yang juga roboh. Sama sekali tak tergambarkan dalam pikiran saya bahwa ini adalah salah satu pusat pelayanan kesehatan di kabupaten saya.

Saya baru tahu bahwa gedung ini adalah Pustu seminggu yang lalu. Waktu itu, saya diminta untuk mengantar tetangga saya yang sedang sakit. Saya kaget, kok sakit malah minta diantar ke rumah kosong. Saya berharap prasangka saya salah kalau gedung tersebut adalah Pustu.

Sayang, pikiran saya benar. Ternyata bangunan tersebut memang gedung Pustu. Saat saya masuk ke dalam gedung, saya lebih kaget. Semakin terlihat betapa kondisi Pustu ini tak diurus oleh pemerintah. Gentengnya banyak yang berjatuhan, temboknya banyak yang terbelah, kayu-kayunya juga sudah terlihat banyak yang keropos. Pokoknya memprihatinkan.

Masih banyak orang yang berobat ke sana

Meskipun kondisi bangunan puskesmas pembantu ini sangat memprihatinkan, masih banyak masyarakat sekitar yang memilih untuk berobat ke tempat ini. Tentu alasannya beragam. Pendapat saya, salah satunya, sebab Puskesmas Kecamatan Tanah Merah tidak direkomendasikan.

Pertama, antrean di sana selalu panjang, sehingga memakan waktu cukup lama untuk berobat. Saya saja untuk bikin surat kesehatan harus benar-benar punya waktu longgar selama sehari. Kedua, seperti biasa, raut muka beberapa pegawainya yang sulit sekali bersikap ramah. Terakhir, Puskesmas Tanah Merah tak ramah bagi lansia yang berobat sendiri. 

Di depannya tak ada resepsionis. Setiap saya kesana, selalu saja ada lansia yang kebingungan harus menuju ruangan mana atau ambil antrian berapa. Akhirnya mereka hanya plonga-plongo. Begitu pun pegawainya planga-plongo. Tak ada yang berinisiatif untuk membantunya.

Itu mengapa pelayanan kesehatan yang berada di desa seperti Pustu ini lebih diminati oleh warga desa.

Apresiasi untuk dokter yang masih betah melayani

Yah, di balik buruknya kondisi bangunan puskesmas ini, ada satu hal yang tetap bikin saya salut, yakni sikap kedua ibu dokter di sana. Waktu saya kesana, ada dua pegawai yang melayani tetangga saya. Mereka terlihat begitu ramah, tak mahal untuk sekedar memberi senyum. Tak hanya pada tetangga saya yang sakit saja, tetapi juga saya yang mengantarnya. Misalnya mereka menyambut kami, memberikan saran, hingga mengantar kami keluar. Yah, jauh sekali dengan Puskesmas kebanyakan. Apalagi kalau kalian pasien BPJS. Habislah kalian.

Sebenarnya sangat disayangkan, puskesmas pembantu yang jelas-jelas masih dibutuhkan oleh warga sekitar dan punya pelayanan yang baik nggak diperhatikan oleh pemerintah.  Saya harap, terutama pada Pemkab Bangkalan Madura, bisa memperhatikan kondisi pembangunan di pedesaan juga. Pelayanan kesehatan hanya satu contoh dari pelayanan yang kacau. Aslinya lebih dari itu!

Penulis: Abdur Rohman
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Hilangnya 9 Besi Penutup Got di Bangkalan Menegaskan kalau Orang Madura Memang Tak Layak Dibela

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version