Sebelum lebih jauh menulis, saya ingin menegaskan bahwa julukan baru untuk Purwokerto itu nggak cocok. Jadi, tahun lalu, muncul istilah “kota 1000 curug”. Nah, saya tidak setuju karena julukan yang lebih cocok adalah “kota 1000 tukang parkir liar”.
Izinkan saya menjelaskannya. Alasan pertama, Purwokerto sebenarnya tidak benar-benar memiliki curug. Letak curug kebanyakan ada di wilayah pinggir. Artinya, sudah masuk kecamatan lain.
Alasan kedua, “kota 1000 tukang parkir liar” lebih cocok karena konyol sekali. Bayangkan saja. Kamu membeli es teh jumbo di sebuah gerai di pinggir jalan seharga Rp2.500. Setelah membeli, kamu harus membayar tukang parkir liar sebesar Rp2.000.
Lebih lanjut, keberadaan tukang parkir luar yang hampir selalu “gaib” ini sudah sangat meresahkan. Sewaktu datang, tidak ada hilal tukang parkir dengan rompi oranye yang khas itu.
Tapi, waktu kamu mau pulang, barulah sosok itu muncul. Mereka akan bergerak sangat cepat untuk memegang bagian belakang jok sambil berpura-pura memundurkan motor. Ngeselin banget, kan?
Baca halaman selanjutnya: Masalah lama yang tak kunjung terselesaikan.




















