Pamor Purwokerto sedang naik daun dalam beberapa tahun terakhir. Ibu kota Kabupaten Banyumas ini dinilai cocok sebagai daerah slow living dan pensiun. Bahkan, kenyamanan Purwokerto kerap disamakan dengan Jogja.
Tidak heran kalau banyak orang yang selama ini tinggal di kota-kota besar mengincar berbagai kesempatan untuk tinggal di Purwokerto. Mereka yang mumet dengan kemacetan, biaya hidup mahal, penduduk padat berharap bisa hidup lebih rileks di kota dengan julukan Kota Satria ini.
Akan tetapi, tidak banyak dari mereka benar-benar menyadari apa yang akan dihadapi di Purwokerto. Tentu perlu banyak penyesuaian mengingat ada banyak perbedaan antara tinggal di Jakarta dan di Purwokerto. Selain itu, sebagai orang yang tinggal di sini, saya cuma pengin bilang bahwa Purwokerto tidak melulu seperti narasi-narasi yang beredar di luar sana.
Sisi lain Purwokerto yang nggak disadari banyak orang
Menurut saya, kota ini cocok sekali untuk berlibur dan berekreasi, apalagi mereka yang senang dengan wisata alam. Kota ini juga cocok pula untuk mencoba beberapa kuliner yang memang rating-nya sudah sangat tinggi di Google Maps. Namun, dua hal itu bukan berarti semua orang akan cocok tinggal di sini.
Selama tinggal jauh tanpa keluarga di Purwokerto, menurut saya, daerah ini tidak jauh berbeda dengan kecamatan lainnya yang ada di Jabodetabek. Klakson-klakson kendaraan beriringan, mobil dengan bodi besar memacu gas hingga 100 km/jam di jalanan. Sungguh tidak bikin tenang bagi pengguna jalan lain dan pejalan kaki. Oiya tidak ketinggalan, tukang parkir ada di mana-mana. Bahkan, mungkin jumlahnya lebih banyak dibanding kota-kota besar.
Fasilitas lebih terbatas dibandingkan kota-kota besar
Kalau kalian tipe orang yang senang bepergian ke mal, pertimbangkan kembali untuk pindah ke Purwokerto. Sebab, di daerah ini hanya ada satu pusat perbelanjaan yakni Rita Supermall. Nggak bisa tuh hidup seperti di Jakarta atau kota besar dengan nongkrong dari satu mal ke mal lain.
Sebenarnya, barang-barang yang dijual di Rita sudah cukup untuk kebutuhan sehari-hari, tapi memang tidak update dan lengkap seperti mal-mal di Jakarta. Itu mengapa kalau kalian penggemar barang-barang bermerek dan harus selalu up to date, sangat nggak cocok tinggal di sini.
Transportasi umum di kota-kota besar pun masih lebih baik daripada Purwokerto. Apalagi Jakarta yang sistem transportasi publiknya adalah yang terbaik di Indonesia. Walau belum sempurna, transportasi di sana ada beragam dan lumayan terintegrasi. Hal itu berbeda dengan Purwokerto. Di sini hanya ada bus Trans Banyumas dan angkot. Orang-orang lebih senang jalan kaki kalau tujuannya terjangkau tanpa kendaraan.
Jadi, jangan berharap ada transportasi yang canggih seperti MRT atau LRT di tempat Purwokerto ya. Jangan berharap juga semua sudah terintegrasi. Kenyataannya, tanpa kendaraan pribadi, mobilitas warga di Kota Satria masih terbatas.
Bukan, tulisan ini tidak bermaksud merendahkan Purwokerto. Hanya saja, sebagai orang sini, saya ingin memaparkan yang sejelas-jelasnya. Jangan sampai orang Jakarta atau orang kota besar lain yang pindah ke Purwokerto kecele dengan narasi “wangi” yang beredar di luar sana.
Kenyataannya, tiap daerah punya keunggulan dan kekurangan masing-masing. Banyak daerah Purwokerto yang memang menenangkan dibanding kota-kota besar, tapi ya itu, banyak juga fasilitas yang belum bisa menyaingi kota-kota besar. Jadi, kalian yang ingin pindah, bersiaplah.
Penulis: Sinta Azizah Destiarani
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















