Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Nabati

Pupuk Mahal, Petani Bisa Apa?

Zidan Patrio oleh Zidan Patrio
4 September 2021
A A
harga pupuk mahal petani panen susah mojok

harga pupuk mahal petani panen susah mojok

Share on FacebookShare on Twitter

“Wah akhir-akhir ini pupuk mahal ya, pupuk subsidi sangat langka, harganya melonjak. Kita untung apa kalo begini terus?”

Itulah kata-kata yang dilontarkan oleh beberapa petani di desa saya ketika awal tanam beberapa waktu yang lalu.

Pupuk sebagai sumber utama kesuburan tanaman memanglah sangat dibutuhkan oleh seluruh petani saat ini. Penggunaan pupuk kimia sendiri terhadap tanaman padi sudah dimulai sejak dicetuskannya revolusi hijau pada masa pemerintahan Soeharto. Saat itu penggunaan pupuk kimia banyak digencarkan pemerintah, dan penggunaan pupuk pada revolusi hijau itu pula yang membawa Indonesia pada tahap swasembada pangan pada masa Orde Baru.

Saat ini, pupuk kimia masih banyak digunakan oleh para petani. Selain karena belum ada alternatif yang dirasa pas, pupuk kimia juga sudah digunakan sejak lama sehingga efeknya lebih dipercaya oleh masyarakat tani.

Namun, akhir-akhir ini masyarakat banyak mengeluhkan terkait harga yang harus dibayarkan untuk mendapat pupuk. Jangankan pupuk nonsubsidi, pupuk subsidi pun banyak dikeluhkan karena harganya yang semakin meningkat. Untuk petani dengan lahan yang super luas, ini mungkin hanya merupakan hal yang biasa. Namun, lain yang dirasakan oleh petani yang menggarap lahan kecil. Hal ini sangat berdampak pada sumber pendapatan mereka.

Saya ingat peristiwa beberapa hari yang lalu. Saking langkanya pupuk bersubsidi, masyarakat banyak tertarik pada sebuah merek pupuk yang hampir mirip dengan merk pupuk dari perusahaan negara. Merek dan kemasannya begitu mirip, mungkin hanya beda beberapa huruf saja pada mereknya. Saya bahkan sampai terkecoh mengira pupuk itu sama dengan yang biasa digunakan. Setelah pupuk itu digunakan oleh beberapa petani, kualitas tanaman padi dirasa tak tumbuh sesuai yang diinginkan. Tanaman padi dirasa tidak berkembang setelah menggunakan pupuk ini. Bahkan beberapa petani mencoba untuk menjual rugi pupuk yang telah dibelinya karena tidak sesuai harapan.

“Pupuk yang seperti sebelumnya memangnya sudah tidak ada ya?” Saya bertanya pada seorang petani.

“Pupuk yang (seperti) sebelumnya sudah sangat langka, kalaupun ada harganya pasti mahal.” Jawabnya.

Baca Juga:

Curahan Hati Mantri Tani, Dicari Saat Bantuan Tiba, Dicaci Tatkala Gagal Panen Melanda

Buruh Tani Situbondo: Pekerjaan yang Sering Disepelekan, tapi Upahnya Bisa Bikin Iri Pegawai Kantoran

Memang saat ini, pemerintah berusaha untuk menghemat anggaran terkait pupuk ini. Namun, kebijakan itu rasanya sangat berpengaruh pada kondisi ekonomi masyarakat tani. Jika kendala utama pada pekerja umum adalah pandemi Covid-19, kendala utama yang dialami petani adalah pupuk mahal. Hal ini tidak terjadi pada beberapa waktu ini saja. Seorang warga desa pernah bercerita bahwa ada masa di mana dulunya ketika pupuk begitu langka, petani banyak yang menggunakan garam dapur sebagai alternatif pengganti pupuk.

***

“Harga Mahal, Petani Diminta Rasional Gunakan Pupuk Nonsubsidi”, itu adalah headline artikel dari sebuah media nasional yang sempat saya baca sembari menulis artikel ini. Sejujurnya saya bingung dan berusaha memahami arti kata “rasional” yang digunakan. Oleh karena itu, saya menyimpulkan sendiri bahwa artikel ini mungkin saja meminta agar petani menggunakan pupuk dengan tidak terlalu berlebihan.

Namun, apa iya masyarakat tani ada yang menggunakan pupuk dengan tidak rasional (baca: berlebihan)? Sebagai salah satu anak petani yang sering membantu orang tua di sawah, saya tidak menganggap demikian. Tidak ada yang namanya penggunaan pupuk secara berlebihan. Menurut saya, masalahnya bukan pada petaninya, tetapi teknologinya.

Penggunaan pupuk yang dirasa berlebihan oleh pemerintah mungkin karena dalam penggunaannya masyarakat tani masih menggunakan cara konvensional dalam menghamburkan pupuk. Sebagian besar petani masih menghambur pupuk dengan menggunakan tangan secara langsung, dan tak ada takaran pasti saat melakukan itu. Sehingga hal ini yang mungkin menjadi anggapan pemerintah bahwa petani menggunakan pupuk secara berlebihan.

Harusnya pemerintah juga bisa memahami hal demikian. Pertanian kita masih belum mencapai tahap seperti yang ada di negara maju misalnya Jepang. Mayoritas pertanian Indonesia masih menggunakan cara-cara dan teknologi konvensional yang bahkan sudah digunakan ratusan tahun lalu (tangan).

Seharusnya pemerintah berpikir, jangan menyalahkan mulu. Pupuk mahal, harga anjlok, lalu masih dibebani pikiran seperti ini? Ayolah, bahkan untuk mengentaskan hidup dari kemiskinan saja megap-megap.

Rakyat tani masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan. Entah bagaimana pemerintah mengukur, entah apa parameter yang pemerintah gunakan dalam menghitung kesejahteraan petani dan menganggap bahwa petani negara kita banyak yang sejahterah. Di kampung saya sendiri, bahkan di kota saya, mereka yang bertani masih mayoritas berada di bawah garis kemiskinan. Kebanyakan mereka hanya bisa memikirkan hidup hari ini, dan tak tau bagaimana esoknya.

Pendapatan yang didapat dari hasil bertani tak begitu besar. Bayangkan jika anda adalah seorang petani yang menggarap lahan kecil di bawah satu hektar dengan masa tanam empat bulan. Apa yang bisa harapkan dari pendapatan semacam itu? Terlebih lagi jika tanggungan Anda pada keluarga cukup banyak.

Pada akhirnya, petani-petani kecil tidak akan bertahan lama. Apalah arti dari sebuah data-data bahwa masyarakat tani sejahtera namun realitas di lapangan berbeda. Di mana negara yang katanya dibentuk untuk melayani rakyat?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 4 September 2021 oleh

Tags: kesejahteraanpanenPetanipupuk mahalsubsidi
Zidan Patrio

Zidan Patrio

Lahir dan besar di Kota Palopo.

ArtikelTerkait

Alasan Anak Petani Tidak Bercita-cita Menjadi Petani terminal mojok.co

Alasan Petani di Desa Saya Tak Kunjung Kaya

3 Oktober 2020
Pesan untuk Para Peserta Pemilu dari Guru PAUD

Pesan untuk Para Peserta Pemilu dari Guru PAUD

28 November 2022
Tol Jogja mengorbankan lahan pertanian

Membongkar Nasib Warga Terdampak Proyek Tol Jogja

7 November 2021
PNS Diizinkan Berwirausaha Adalah Bukti kalau BKN Saja Menyerah Memperjuangkan Kesejahteraan PNS

PNS Diizinkan Berwirausaha Adalah Bukti kalau BKN Saja Menyerah Memperjuangkan Kesejahteraan PNS

8 Mei 2023
gudang tembakau jember mojok

Gudhang Bhekoh, Gudang Tembakau ala Jember yang Sering Dikira Rumah Adat

25 Oktober 2020
makanan murah kesejahteraan tolok ukur daerah mojok

Makanan Murah sebagai Tolok Ukur Kesejahteraan Daerah Itu Anehnya Paripurna

13 Januari 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.