Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Otomotif

5 Alasan Punya Mobil Pribadi di Jakarta Itu Sekarang Sudah Nggak Worth It

Raihan Muhammad oleh Raihan Muhammad
3 Mei 2025
A A
5 Alasan Punya Mobil Pribadi di Jakarta Itu Sekarang Sudah Nggak Worth It

5 Alasan Punya Mobil Pribadi di Jakarta Itu Sekarang Sudah Nggak Worth It

Share on FacebookShare on Twitter

Dulu, punya mobil pribadi di Jakarta sering dianggap sebagai pencapaian. Setelah bertahun-tahun naik transportasi umum dan menabung, akhirnya bisa membeli kendaraan sendiri terasa seperti naik satu tangga dalam hidup. Rasanya lebih fleksibel, lebih aman, dan tentu saja, lebih nyaman. Setidaknya begitu harapannya.

Namun, seiring waktu, kondisi Jakarta juga berubah. Kemacetan makin parah, biaya hidup makin tinggi, dan ruang gerak makin terbatas. Punya mobil nggak lagi otomatis berarti efisiensi, justru sering kali menambah beban. Baik secara waktu, tenaga, maupun finansial. Banyak orang akhirnya bertanya-tanya, apa benar mobil pribadi masih jadi kebutuhan, atau cuma jadi sumber kerepotan baru?

Tulisan ini nggak lagi menghakimi orang yang punya mobil. Tapi, mari kita coba menimbang ulang, apakah punya mobil di Jakarta sekarang ini benar-benar masih worth it? Atau jangan-jangan, kita cuma terjebak dalam anggapan lama yang tidak relevan lagi dengan situasi hari ini?

Macet, musuh bersama yang sudah jadi “bestie” sehari-hari

Macet di Jakarta itu kayak mantan yang susah move on. Nggak diundang, nggak dinanti, tapi selalu muncul di waktu yang salah. Mau pagi-pagi semangat berangkat kerja, atau pulang sore pengen cepet nyampe rumah, ya ketemunya dia lagi, dia lagi. Kadang mikir, mobil pribadi ini beneran buat mempermudah hidup, atau justru bikin kita lebih sering mikir ulang soal hidup?

Yang bikin nyesek, macet di Jakarta itu nggak harus nunggu jam sibuk. Jalanan bisa padat merayap kapan saja. Kadang cuma mau ke minimarket di ujung kompleks saja bisa kejebak di jalan kayak lagi road trip lintas provinsi. Belum lagi kalau ditambah drama jalan ditutup proyek, perempatan lampu merah yang nyalanya cuma hiasan, atau pengendara lain yang doyan nyalip kayak lagi main GTA.

Awalnya mungkin mikir, “Punya mobil biar bebas dan nyaman.” Tapi ternyata, mobil itu cuma nyaman pas parkir di rumah. Begitu udah di jalan, yang ada malah duduk sambil nahan emosi, liatin spion, buka tutup kaca, dan nanya ke diri sendiri, “Ngapain juga ya gue bawa mobil hari ini?” Jadi kalau sekarang makin banyak yang pindah ke ojek online, MRT, atau bahkan sepeda lipat, ya wajar aja. Mereka mungkin sudah capek sama hubungan toxic bernama macet Jakarta.

Transportasi alternatif makin banyak di Jakarta

Sekarang ke mana-mana di Jakarta nggak harus selalu pakai mobil pribadi. Pilihan transportasi sudah makin beragam dan cukup bisa diandalkan untuk kegiatan sehari-hari. TransJakarta makin luas jangkauannya, MRT dan LRT meskipun belum menjangkau semua area, tapi nyaman dan tepat waktu, dan KRL masih jadi tulang punggung buat yang tinggal agak jauh dari pusat kota.

Di luar itu, ojek online pun sudah jadi solusi cepat dan praktis buat banyak orang. Nggak perlu nunggu lama, bisa dipesan dari mana aja, dan cocok buat yang rutenya nggak dilewati moda umum. Mau ke pasar, kantor, stasiun, atau bahkan nganterin anak sekolah—semuanya bisa diselesaikan dalam beberapa ketukan jari. Buat aktivitas harian, ini sudah lebih dari cukup.

Baca Juga:

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

Sekarang pun ada JakLingko, yang bisa dibilang penyelamat angkot Jakarta. Sistemnya lebih tertib, pembayaran sudah pakai kartu atau aplikasi, dan rutenya makin terintegrasi dengan transportasi lain. Nggak lagi tuh angkot ngetem seenaknya atau ugal-ugalan di jalan. Ini jadi opsi murah meriah yang tetap aman, apalagi buat mobilitas jarak dekat antar-wilayah.

Dengan semua pilihan ini, punya mobil pribadi bukan lagi kebutuhan mutlak. Sekarang orang lebih mikir soal efisiensi, waktu tempuh, dan tenaga yang dikeluarkan. Di situasi kota yang makin padat dan dinamis, kadang yang dibutuhkan bukan kendaraan sendiri, tapi cara paling simpel buat sampai tujuan tanpa bikin kepala panas di jalan.

Ganjil-Genap: beli mobil, tapi masih harus tunduk jadwal

Satu hal lagi yang bikin orang mulai ragu bawa mobil di Jakarta: sistem ganjil-genap. Aturan ini awalnya dibuat untuk mengurangi kepadatan lalu lintas, tapi sekarang sudah jadi bagian dari rutinitas kota. Buat pemilik mobil, ini berarti mobil nggak bisa dipakai setiap hari, tergantung nomor pelat dan tanggal di kalender.

Kadang rasanya agak lucu. Sudah keluar banyak biaya buat punya mobil, tapi tetap harus patuh jadwal. Pelat mobil genap? Berarti nggak bisa lewat jalan utama kalau hari ini tanggal ganjil. Mau lewat rute alternatif pun sering kali malah nambah waktu tempuh karena semua orang juga punya ide yang sama.

Akhirnya, banyak yang tetap harus balik lagi ke transportasi umum atau ojek online pada hari-hari tertentu. Di situasi kayak gini, mobil pribadi jadi terasa lebih seperti pilihan cadangan daripada andalan utama. Kalau pun kendaraan pribadi saja harus disesuaikan sama tanggal, makin masuk akal buat mulai mikir ulang: masih sepadan nggak sih, semua repotnya?

Banjir, risiko musiman yang bisa bikin mobil jadi beban di Jakarta

Banjir masih jadi masalah tahunan di banyak wilayah Jakarta. Buat pemilik mobil pribadi, ini jelas bikin waswas. Hujan deras sebentar saja bisa bikin beberapa ruas jalan tergenang, dan kalau mobil sampai terendam, risikonya nggak main-main. Mulai dari mesin yang rusak, sistem kelistrikan yang terganggu, sampai interior yang lembab dan susah dibersihkan.

Selain biaya perbaikan yang bisa cukup besar, mobil yang pernah kena banjir juga biasanya langsung turun nilainya. Apalagi kalau kerusakannya sampai parah dan tercatat dalam riwayat servis. Ketika nanti dijual kembali, harganya bisa jauh di bawah rata-rata pasar. Belum lagi rasa khawatir tiap musim hujan datang. Selalu ada kemungkinan harus ganti rute, cari parkiran yang lebih aman, atau bahkan batal pergi karena kondisi jalan.

Di kota yang rawan banjir seperti Jakarta, punya mobil berarti juga siap menghadapi risiko tambahan. Ini bukan soal menakut-nakuti, tapi realitas yang sering terjadi. Ketika risiko ini ditambahkan ke semua keribetan lain—macet, ganjil-genap, biaya harian—makin masuk akal kalau orang mulai mempertimbangkan alternatif lain yang lebih ringan dan fleksibel.

Biaya harian yang diam-diam nggak kecil

Punya mobil nggak cuma soal bisa nyetir dan punya garasi. Ada banyak biaya harian yang sering kali nggak disadari sampai dirasa. Bensin, parkir, tol, cuci mobil, isi saldo e-money, sampai servis rutin. Semuanya kalau dikumpulkan dalam sebulan bisa bikin dompet ketar-ketir. Belum lagi kalau tiba-tiba ada komponen yang rusak dan harus diganti.

Parkir saja misalnya, di Jakarta sekarang makin mahal dan nggak selalu gampang dicari. Di pusat perkantoran, mal, atau kawasan ramai, tarifnya lumayan mahal. Bayangkan kalau mobil dipakai tiap hari kerja, parkirnya saja bisa lebih mahal dari makan siang. Itu pun belum termasuk biaya jalan tol kalau harus melintasi beberapa titik sekaligus.

Sementara itu, transportasi umum dan ojek online jauh lebih fleksibel. Ongkosnya bisa dikontrol, nggak perlu mikir parkiran, dan bisa langsung jalan tanpa harus manuver nyari celah di jalanan yang padat. Untuk keperluan harian, banyak orang akhirnya merasa lebih masuk akal untuk bayar per perjalanan daripada terus-terusan keluar biaya buat mobil yang separuh waktunya cuma diparkir atau terjebak macet.

Jadi, bukan berarti punya mobil pribadi itu sepenuhnya salah atau nggak penting. Buat sebagian orang dan kondisi tertentu, mobil tetap jadi kebutuhan. Terutama kalau punya mobilitas tinggi, punya keluarga dengan anak kecil, atau tinggal di area yang belum terjangkau transportasi umum. 

Tapi, yang perlu digarisbawahi, kondisi Jakarta sekarang sudah banyak berubah. Maka, punya mobil pribadi sebaiknya bukan lagi soal gengsi atau ikut-ikutan, tapi keputusan yang benar-benar dipertimbangkan dari segala sisi. Entah dari biaya, manfaat, dan kenyamanannya.

Penulis: Raihan Muhammad
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Jakarta Adalah Surganya Transportasi Publik, Makanya Mending Jual Aja Kendaraan Pribadimu Itu

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 3 Mei 2025 oleh

Tags: Jakartamobil di jakartamobil pribaditransportasi umum
Raihan Muhammad

Raihan Muhammad

Manusia biasa yang senantiasa menjadi pemulung ilmu dan pengepul pengetahuan.

ArtikelTerkait

Jalan Ciputat Musuh Bebuyutan Mahasiswa UIN Jakarta Mojok.co

Jalan Ciputat Musuh Bebuyutan Mahasiswa UIN Jakarta

2 Desember 2023
Jakarta, Daerah yang Paling Enak Dikritik ketimbang Jogja (Unsplash)

Lebih Enak Mengkritik Jakarta ketimbang Jogja yang Baperan dan Mudah Tersinggung karena Cinta Buta

6 Juni 2024
Johar Baru, Kecamatan Paling Mengenaskan di Jakarta Pusat: Paling Padat, Paling Kumuh, Paling Gagal Dikelola

Johar Baru, Kecamatan Paling Mengenaskan di Jakarta Pusat: Paling Padat, Paling Kumuh, Paling Gagal Kelola

18 April 2025
Kota Bandung Nol Besar Dalam Urusan Transportasi Massal  terminal mojok

Transportasi Massal di Kota Bandung Nilainya Memang Nol Besar, kok

27 September 2021
Sulawesi Bikin Perantau dari Jawa Mengalami Culture Shock karena Transportasi Umumnya Tak Biasa

Sulawesi Bikin Perantau dari Jawa Mengalami Culture Shock karena Transportasi Umumnya Tak Biasa

23 November 2023
Depok Memang Layak Dapat Penghargaan Penataan Transportasi Umum, Selamat!

Depok Memang Layak Dapat Penghargaan Penataan Transportasi Umum, Selamat!

12 September 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.