Punya Dana Darurat Adalah Hak Setiap Manusia, Sobat UMR Pasti Bisa Juga Mengumpulkannya!

Punya Dana Darurat Adalah Hak Setiap Manusia. Sobat UMR Pasti Bisa! terminal mojok

Kata siapa gaji UMR sulit punya dana darurat? Yeuh, hold my cappuccino cincau heula. Dana darurat sendiri adalah dana yang dikhususkan terpisah untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Ambil contoh kayak benerin genteng bocor, ngebengkelin ban mobil yang mbledos, atau ganti speedometer motor kalian yang sudah matoy.

Posisi dana darurat pada perencaan keuangan adalah sebagai pondasi. Gambarannya, plarak-plirik investasi mah nanti dulu, deh, kalau kamu belum punya dana darurat. Soalnya begini. Dana itu nantinya yang bisa menjaga kamu dari “dikit-dikit ngutang”. Ya antisipasi jika-jika (amit-amit) keadaan ekonomimu lagi mbleret dan juga yang bisa mem-backup kalau suatu saat kamu ingin pindah quadran (misalnya dari karyawan ke merintis usaha sendiri). Kalau pondasinya kuat, harapannya tentu hal-hal berkelanjutannya jadi lancar.

Bagi saya, punya dana darurat itu lebih ke bagaimana kita mengusahakannya, bukan cepat-cepatan untuk punya. Besaran gaji yang dimilik bukan patokan utama bisa atau nggak. Soalnya nggak jarang dipertanyakan bagaimana bisa mengupayakan punya dana khusus ini jika pemasukan bulanannya kecil. Padahal, prinsip dasar punya dana khusus ini, sih, nggak jauh beda sama nabung biasa. Sisihkan saja uang sejumlah yang ditentukan.

Saya bukan perencana keuangan, bukan pula adiknya Mbak Ligwina. Tapi setidaknya untuk hal mendasar seperti menghitung dan mengupayakan punya dana darurat seperti ini, insyaallah saya mampu.

Kalau mau dirinci lagi, begini kiat-kita memilikinya.

Tentukan jumlah dana yang harus dikumpulkan

Jumlah dana darurat tiap orang berbeda-beda ya, Sahabat. Kuncinya ada di pengeluaran bulanan dan status. Misalkan, pengeluaran bulanan saya ada di angka 2 juta dengan status saya yang single. Jadi, jumlah pengeluaran 2 juta tadi dikali 6. Ketemulah angka 12 juta kan, tuh? Nah, dana yang harus saya miliki adalah 12 juta.

Beda status, beda pula jumlah yang dikalikan. Rumus idealnya begini:

Single: Pengeluaran per bulan x 6

Menikah: Pengeluaran per bulan x 9

Menikah dan punya anak: Pengeluaran per bulan x 12

Siapkan dana

Untuk dana khusus yang satu ini, kamu bisa ambil dari pendapatan/gaji bulanan kamu. Sobat UMR? Ehem, nggak usah khawatir. Ada 2 akal-akalan yang bisa kamu lakuin. Pertama, kurangi pengeluaran bersifat konsumtif. Kedua, alokasikan dana untuk pengeluaran yang nggak perlu ke dana darurat. Kalau kamu mau berupaya sedikit lebih nganu lagi, ya coba saja tambah-tambah penghasilan. Bisa jadi freelance atau kerja sampingan.

Prioritaskan anggaran

Habis gajian, kamu bisa langsung potong anggaran buat dana darurat. Menurut saran yang saya anut, bikin budget-nya teh di awal pas dapat duit. Tanpa fafifu wasweswos, langsung potong, terus masukin ke dana khusus ini.

Simpan di tempat yang tepat

Tempat tepat untuk menaruh dana darurat di mana, sih? Menurut saran yang saya anut, bisa ditaruh di tempat yang aman, mudah dijangkau, dan likuid. Dua contohnya di tabungan (usahakan terpisah dari tabungan untuk keperluan bulanan) atau di reksadana pasar uang (RDPU).

Kalau saya, 50% tabungan 50% reksadana pasar uang. Setengah dana darurat saya taruh di tabungan yang bila kepepet bisa dicairin saat itu juga (untuk kebutuhan mendesak banget), dan setengahnya lagi saya taruh di reksadana pasar uang (pencarian menunggu beberapa hari).

Jangan sampai karena pendapatan kecil, kamu jadi patah arang untuk punya dana darurat. Karena sejatinya, punya dana darurat itu adalah hak setiap manusia. Nggak cuma yang gajinya gede saja. Kuncinya adalah bagaimana kamu mengupayakan untuk punya. Ini bukan perihal bisa atau nggak, tapi lebih ke mau (mengusahakan) atau nggak.

Dah, gitu saja. Semangat menabung~

BACA JUGA Biar Nggak Bikin Ulah Lagi, Akun Perencana Keuangan Baiknya Di-unfollow Aja! dan tulisan Nuriel Shiami Indiraphasa lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version