Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Punya Anak Itu Murah, Asalkan Anaknya Tidak Berkebutuhan Khusus

Santi Kurniasari Hanjoyo oleh Santi Kurniasari Hanjoyo
23 Juli 2020
A A
biaya membesarkan anak berkebutuhan khusus itu mahal mojok.co

biaya membesarkan anak berkebutuhan khusus itu mahal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Seorang kenalan saya sudah lama tinggal dan bekerja di Malaysia. Kalau ditanya, nggak mau balik ke kampung? Jawabnya, “Anakku autistik. Di sini ia bisa belajar di sekolah untuk anak berkebutuhan khusus, gratis. Dan meskipun gratis, kualitas pendidikannya sangat baik. Kalau pulang ke Indonesia, di kampungku entah ada sekolah yang bagus untuk anakku atau tidak. Kalaupun ada, entah berapa rupiah yang harus kubayar untuk pendidikan khusus dengan kualitas sebaik itu.”

Seorang sepupu jauh saya pindah ke Amerika Serikat, ikut suaminya yang mendapat beasiswa. Balitanya yang autistik diajak serta. Di akun media sosial, ia sering bercerita tentang berbagai terapi serta kegiatan belajar buah hatinya di sekolah. Dari berbagai postingannya bisa disimpulkan, ia bersyukur bisa pindah ke Negeri Paman Sam karena di sana anaknya mendapat pendidikan serta aneka terapi sesuai kebutuhannya, gratis.

Mendengar cerita mereka, rasanya saya juga kepingin pindah ke Selangor atau ke New York. Sebab anak saya juga berkebutuhan khusus dan memerlukan pendidikan khusus pula. Tapi tidak semudah itu, Sergio Marquina!

Yang pasti sementara ini kami tidak bisa pindah ke luar negeri sehingga semua pendidikan dan terapi khusus yang dibutuhkan oleh anak saya itu, harus kami bayar sendiri. Dan biayanya mahal sekali.

Kenapa tulisan ini dibuat? Mulanya seseorang mengetwit foto 3 orang anak SD yang masing-masing sedang menghadap ke laptop atau tablet, dengan kepsyen, “Lucunya sekolah dari rumah.”

Terus ada yang komen, “Lucu tapi miris. Bayangkan kalau keluarga pas-pasan anak 3 semua pelajaran online pakai gadget, wifi kudu kenceng, bisa jebol keuangan ortu.”

Terus ada yang membalas lagi, “Ya jangan ngent*t dan jangan punya anak 3 orang. Kalau miskin tahu diri dan kendalikan hidup sendiri, ga usah nyalahin kemampuan orang lain. Gitu aja kok repot.”

Komentar terakhir itu dibalas oleh tulisan Mojok berjudul “Orang Miskin Dilarang Punya Anak”. Diperkuat lagi dengan tulisan di Terminal Mojok berjudul “Alasan Mengapa Orang Bisa Tidak Memiliki Empati Sampai Meminta Orang Miskin Jangan Punya Anak”.

Baca Juga:

6 Hal Enaknya Punya Anak di Jepang

Beberapa Hal yang Tak Perlu Dibicarakan Saat Bicara Soal Childfree

Pada dasarnya saya setuju punya anak adalah hak setiap orang yang sudah siap secara fisik, mental, dan finansial. Miskin atau kaya kadang bisa relatif. Tergantung pintar-pintarnya orang mengatur uang. Kalau pinter ngaturnya, penghasilan sebesar UMR masih cukup. Sekolah negeri pun sekarang sudah gratis. Jadi, siapa saja, silakan punya anak.

Tapi dengan dua “asal”. Yang kesatu, asal jangan banyak-banyak (dua anak cukup, atau paling banter tiga. Ingat, populasi penduduk negara kita sudah 269 juta jiwa). Yang kedua, asal si anak tidak berkebutuhan khusus. Sebab membesarkan anak berkebutuhan khusus itu mahal sekali. Masalahnya, kita nggak bisa pesen atau minta anak yang tidak berkebutuhan khusus pada Tuhan.

Teman saya bilang, “Gile, uang sekolah di SD Internasional Anu mahal sekali! Per bulan 5 juta lebih! Tapi memang fasilitasnya bagus banget.” Dengan meringis saya timpali, “Biaya terapi dan uang sekolah anakku tiap bulan lebih mahal dari itu.”

Teman saya melongo tidak percaya. Ha wong anak saya sekolah dan terapinya cuma di ruko kok. Bukan di area seluas sekian hektare berpagar gedung megah. Saya ambil sehelai kertas, dan saya jembrengkan rincian biayanya.

  1. Uang sekolah Rp2 juta/bulan. Anak saya belajarnya masih harus one-on-one, satu guru untuk satu murid. Jadi uang sekolahnya memang nggak mungkin murah.
  2. Uang kegiatan sekolah Rp3 juta/tahun. Antara lain untuk berenang dua kali sebulan dan studi wisata.
  3. Uang terapi sensori integrasi dan terapi okupansi dengan terapis, Rp3,5 juta/24 jam pertemuan, seminggu 2 jam. Jadi bayarnya anggap saja 3 bulan sekali.
  4. Uang terapi perilaku kognitif dengan psikolog, Rp3,5 jut/12 jam pertemuan, seminggu 2 jam. Jadi bayarnya anggap saja 1,5 bulan sekali.
  5. Uang les mata pelajaran oleh guru yang berpengalaman mengajar anak berkebutuhan khusus, Rp4 juta/36 jam pertemuan, seminggu 1,5 jam. Jadi bayarnya anggap saja 6 bulan sekali.

Biar nggak bingung, hitung per tahun saja ya. Uang sekolah 24 juta setahun. Uang kegiatan 3 juta. Uang terapi sensori integrasi dan okupansi 14 juta. Uang terapi perilaku kognitif 28 juta. Uang les 8 juta. Total 77 juta setahun. Dibagi 12 bulan berarti sekitar 6,4 juta per bulan.

Tentu biayanya bervariasi. Kalau melihat akun media sosialnya Grace Melia yang juga punya anak berkebutuhan khusus, di Jogja biaya sekolah dan terapinya lebih ringan. Tapi tetap saja jauh dari murah.

Bagaimana kalau anaknya berkebutuhan khusus sedangkan orang tuanya tidak sanggup membayar biaya pendidikan dan terapi? Terus terang saya tidak tahu. Yang beruntung mungkin bisa menyekolahkan anaknya ke sekolah khusus milik pemerintah, gratis. Atau kalau berkebutuhan khususnya ringan saja, bisa masuk ke sekolah biasa.

Mbak yang bekerja di kasir kolam renang (yang sebelum era pandemi biasa dipakai berenang oleh murid-murid sekolah anak saya) pernah bertanya.

“Bu, anaknya berkebutuhan khusus ya? Tapi kok perilakunya baik dan bicaranya lancar. Tidak seperti keponakan saya. Usianya sudah 6 tahun tapi belum bisa bicara. Tidak bisa diatur. Hiperaktif. Orang tuanya kewalahan, jadi sehari-hari ia dikurung di kamar dan dikasih hape supaya anteng.”

Saya jelaskan, anak saya tidak setiap saat berperilaku sebaik itu, hehe. Bicaranya memang lancar, tapi banyak ngoceh. Kadang ya tantrum juga. Tapi karena rutin sekolah (sebelum pandemi) dan terapi, jadinya membaik (amin, ya Tuhan). Keponakannya coba diperiksakan ke klinik tumbuh kembang anak. Terus kalau memang perlu diterapi, ya terapi. Ngaruh kok terapi itu.

“Tapi biayanya pasti mahal ya Bu? Dan prosesnya lama, harus terus-menerus?”

Ya begitulah. Kehidupan keluarga kami cukup sederhana, jarang sekali liburan, dan saya tidak mengenal skinker (hiks). Tapi kami bersyukur diberi rejeki yang cukup sehingga minimal biaya pendidikan anak masih terbayar.

BACA JUGA 3 Alasan Tidak Ingin Punya Anak Bukanlah Sikap Egois dan tulisan Santi Kurniasari Hanjoyo lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 23 Juli 2020 oleh

Tags: anak berkebutuhan khususpunya anak
Santi Kurniasari Hanjoyo

Santi Kurniasari Hanjoyo

Marathoner, ibu rumah tangga yang suka berlari, menulis, dan menyanyi.

ArtikelTerkait

Daftar Istilah dalam Parenting untuk para Calon Orang Tua biar Woles dalam Pergaulan terminal mojok.co

Daftar Istilah dalam Parenting untuk para Calon Orang Tua biar Woles dalam Pergaulan

18 April 2021
Biaya Membesarkan Anak Katanya 3 Miliar: Itu Matematika Manusia, Matematika Tuhan Bisa Berbeda terminal mojok.co

Biaya Membesarkan Anak Katanya 3 Miliar: Itu Matematika Manusia, Matematika Tuhan Bisa Berbeda

12 April 2021

Gitasav Adalah Bukti Sulitnya Perempuan untuk Punya Pilihan

21 Agustus 2021
Beberapa Hal yang Tak Perlu Dibicarakan Saat Bicara Soal Childfree terminal mojok.co

Beberapa Hal yang Tak Perlu Dibicarakan Saat Bicara Soal Childfree

24 Agustus 2021
6 Hal Enaknya Punya Anak di Jepang Terminal Mojok

6 Hal Enaknya Punya Anak di Jepang

29 Juni 2022
Belum Punya Rumah Setelah Lama Nikah Lebih Dimaklumi Dibanding Belum Punya Anak Setelah Lama Nikah terminal mojok.co

Belum Punya Rumah Setelah Lama Nikah Lebih Dimaklumi Dibanding Belum Punya Anak Setelah Lama Nikah

18 April 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.