Pak Bobby, Program Stiker Parkir Berlangganan di Medan Sudah Bagus, tapi Tukang Parkir Liar Masih Bertebaran dan Cuma Bikin Ribut di Jalan

Pak Bobby, Program Stiker Parkir Berlangganan di Medan Sudah Bagus, tapi Tukang Parkir Liar Masih Bertebaran dan Cuma Bikin Ribut di Jalan

Pak Bobby, Program Stiker Parkir Berlangganan di Medan Sudah Bagus, tapi Tukang Parkir Liar Masih Bertebaran dan Cuma Bikin Ribut di Jalan (unsplash.com)

Meski saat ini di Medan sudah berjalan program stiker parkir berlangganan, kehadiran tukang parkir liar di mana-mana masih meresahkan.

Kota Medan dan tukang parkir liar seolah dua hal yang sulit dipisahkan. Tanpa tukang parkir liar, Medan bukanlah seperti kota yang kita kenal. Bukan begitu, Pak Bobby Nasution?

Bukan tanpa alasan saya menyebutkan nama wali kota yang juga menantu Presiden Jokowi tersebut. Sebagai orang nomor satu di kota ini, beliau sebenarnya sudah berupaya untuk merubah image Kota Medan yang dikenal dengan tukang parkir liarnya yang garang. Namun, hal itu tampaknya tidak mudah.

Baru-baru ini, diluncurkan sebuah kebijakan baru berupa stiker parkir berlangganan. Cukup membayar sekitar Rp130 ribu per tahun untuk roda empat dan Rp90 ribu per tahun untuk roda dua, pengendara akan mendapat sebuah stiker barcode yang ditempelkan di kendaraannya. Nah, stiker berlangganan tersebut berlaku di 145 titik parkir di Kota Medan. 

Kebijakan tersebut seharusnya mengurangi beban pengendara yang sering terkena pungutan parkir liar sekaligus meningkatkan keteraturan di Gotham City-nya Indonesia ini. Namun sayang seribu sayang, realitanya jauh dari itu.

Bikin program stiker parkir berlangganan, tapi tukang parkir liar masih di mana-mana, ujungnya cuma bikin ribut

Alih-alih bikin teratur, kebijakan ini malah bikin tambah puyeng para pengendara. Pertama, kebijakan e-parking saja belum lama disahkan, kini sudah ditimpa lagi dengan kebijakan stiker parkir berlangganan. Wajar kalau masyarakat bingung karena programnya berganti-ganti.

Kedua, masyarakat juga tidak merasa bebas dari kutipan parkir setelah membeli stiker ini. Bagaimana tidak, para tukang parkir liar saja masih bertebaran di mana-mana. Lihat saja di akun-akun Instagram lokal Kota Medan, tak sedikit pengendara yang mencoba memviralkan momen saat mereka tetap diminta kutipan meski sudah punya stiker. 

Kalau kebijakan semacam ini mau berjalan mulus, bukankah langkah pertama adalah dengan memberantas keberadaan tukang parkir liar terlebih dahulu? Harusnya Itu menjadi salah satu tugas utama Dishub Medan saat ini. 

Di satu sisi, saya sebenarnya yakin bahwa pemerintah kota pasti sudah menyiapkan langkah-langkah antisipasi. Misalnya seperti masyarakat yang diminta melapor jika masih diminta kutipan oleh tukang parkir liar. Tapi, masak masyarakat harus ribut di jalan dulu baru mereka bisa ditindak? 

Program tak pandang bulu, pengendara dari luar kota juga wajib ikut meski cuma sesekali ke Medan

Belum sampai di situ. Sejumlah video viral juga menunjukkan bagaimana keributan terjadi antara pengendara dari luar Kota Medan yang ribut dengan petugas Dishub Medan. Karena tak punya stiker parkir berlangganan, petugas Dishub diduga mengusir pengendara dari luar kota yang sedang parkir. Waduh.

Dari sini saya semakin menyayangkan soal kebijakan ini. KTP saya memang di Langkat, namun sesekali saya juga pasti akan ke Medan entah karena keperluan apa. Tapi kalau begini, buat apa saya harus berlangganan stiker parkir senilai Rp130 ribu kalau ke Medan saja belum tentu sebulan sekali. Ini tidak masuk akal.

Belum lagi soal belum beresnya masalah yang saya sebutkan di awal. Sudah bayar stiker berlangganan, ke Medan cuma sesekali, eh, pas parkir masih didatangi tukang parkir liar. Baru mikirinnya saja udah kebayang malesnya seperti apa.

Programnya bagus, Pak Bobby, tapi implementasinya buruk padahal berpotensi jadi “bahan jualan” untuk maju Gubernur

Bicara kebijakan bukan hanya soal desain di atas kertas, tapi juga mengenai kesiapan sistem dan pengawasan yang memadai. Kalau itu beres, program stiker parkir berlangganan ini bisa banget untuk dijadikan bahan kampanye ketika Pak Bobby naik ke pencalonan Gubernur Sumatera Utara. Semua sudah tahu sama tahu, kok.

Saya saja yang bukan warga Medan, sedikit banyak bisa kena imbas dari kebijakan ini. Artinya, sayang sekali kalau program sebagus ini tapi implementasinya justru berantakan. Bukannya jadi modal jualan yang bagus untuk maju Pilgub, yang ada ntar malah jadi bahan kritikan lawan politiknya, lho. Sekadar mengingatkan…

Penulis: Muhammad Irsyad
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 10 Hal yang Bikin Nggak Betah dan Kecewa Selama Tinggal di Medan, Cabut Aja Langsung!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version