Nelangsa Jadi Mahasiswa Prodi Sains Informasi Geografi UPI Bandung: Kuliah Berpindah-pindah sampai Numpang Kelas di Fakultas Lain

Nelangsa Jadi Mahasiswa Prodi Sains Informasi Geografi UPI Bandung: Kuliah Berpindah-pindah sampai Numpang Kelas di Fakultas Lain

Nelangsa Jadi Mahasiswa Prodi Sains Informasi Geografi UPI Bandung: Kuliah Berpindah-pindah sampai Numpang Kelas di Fakultas Lain (unsplash.com)

Menjadi mahasiswa prodi Sains Informasi Geografi UPI Bandung nggak melulu suka. Ada juga dukanya, salah satunya karena kuliah numpang sampai ke fakultas lain.

Masuk ke sebuah program studi baru di universitas ternama rasanya campur-campur. Ada semangat untuk menjadi bagian dari tonggak sejarah, pelopor, dan ikut membangun identitas. Namun ada juga perasaan takut karena ahrus menghadapi tantangan yang tak dihadapi mahasiswa dari prodi yang sudah mapan. Salah satunya perihal fasilitas pembelajaran yang belum memadai.

Di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, saya mengalami itu secara langsung tepatnya di Prodi Sains Informasi Geografi. Kuliah di bawah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) yang sudah penuh sesak dengan berbagai program studi membuat kami mahasiswa prodi baru kerap kali tidak memiliki ruang belajar yang tetap. Kelas harus berpindah-pindah bahkan sampai menumpang ke fakultas lain. Sebuah dinamika yang melelahkan, tetapi pada akhirnya juga menguatkan.

Prodi Sains Informasi Geografi kelasnya berpindah-pindah, dari perpustakaan sampai fakultas orang

Sebagai mahasiswa angkatan kedua di prodi yang baru berdiri, saya harus terbiasa dengan kondisi ruang kuliah yang tidak tetap. Gedung FPIPS tempat bernaung kami sudah sangat padat dan minim ruang kosong. Tak jarang, jadwal kuliah harus menyesuaikan dengan ruang yang tersedia, bukan sebaliknya.

Akibatnya, kami pernah belajar di perpustakaan bahkan harus menumpang belajar di Fakultas Ilmu Pendidikan yang lokasinya berbeda gedung. Jadwal kuliah terasa seperti peta harta karun, harus ditelusuri tiap minggu untuk mencari tahu akan belajar di mana. Kondisi ini tentu berdampak pada kenyamanan belajar. Kadang tidak ada LCD, kadang kursi tidak cukup, dan itu harus kami lalui dengan senang hati.

Prodi Sains Informasi Geografi masih asing di telinga orang

Sebagai prodi baru, nama jurusan kami belum terlalu dikenal oleh mahasiswa lain, bahkan mungkin oleh sebagian dosen dan staf kampus juga. Saat memperkenalkan diri, sering kali kami harus menjelaskan secara panjang lebar tentang prodi kami dan apa yang dipelajari. Tidak sedikit pula yang mengira kami bagian dari prodi lain karena tempat kuliah yang berpindah-pindah.

Hal ini menciptakan perasaan minoritas, seolah prodi Sains Informasi Geografi belum sepenuhnya diakui oleh ekosistem kampus UPI Bandung. Tapi di sisi lain, kondisi ini membuat kami lebih aktif menjelaskan, mempromosikan, dan menjunjung identitas prodi sendiri dengan penuh kebanggaan. Kami menjadi duta tidak resmi bagi eksistensi program studi yang sedang bertumbuh ini.

Tak cuma ruangan yang sulit, akses dan waktu juga

Belajar di kondisi yang berbeda beda tentu menyulitkan dalam hal logistik. Jarak antargedung di Kampus UPI Bandung tidak bisa dibilang dekat. Kadang kuliah pagi di satu gedung, lalu siang harus pindah ke tempat lain yang cukup jauh, membuat waktu dan tenaga banyak terbuang hanya untuk berpindah tempat.

Selain itu, berpindah-pindah lokasi juga menyulitkan dalam membangun rutinitas belajar yang nyaman Mahasiswa harus selalu membawa semua perlengkapan karena tidak ada ruangan tetap untuk menyimpan alat tulis atau bahkan sekadar duduk santai sejenak sebelum kuliah dimulai.

Dari keterbatasan tumbuh solidaritas

Meski secara fasilitas kami berada di bawah bayang-bayang prodi-prodi besar, tapi dari kondisi inilah kami belajar arti kekompakan. Keterbatasan yang kami alami justru memupuk solidaritas di antara mahasiswa prodi Sains Informasi Geografi. Setiap info perubahan kelas disampaikan dari mulut ke mulut, grup chat selalu aktif, dan semua orang saling bantu jika ada yang tertinggal informasi.

Hubungan antara mahasiswa menjadi lebih akrab, tidak hanya karena sering satu kelas, tapi juga karena berbagai keresahan yang sama. Kami menjadi saksi perjuangan satu sama lain. Dan dari sanalah tumbuh rasa memiliki yang lebih kuat terhadap prodi yang kami jalani bersama. Meskipun menjadi mahasiswa dari prodi baru bukanlah hal yang mudah, pengalaman ini membentuk karakter kami.

Kami belajar bukan hanya dari mata kuliah, tetapi juga dari proses beradaptasi dengan segala keterbatasan. Mahasiswa prodi Sains Informasi Geografi tidak sekadar menimba ilmu, tapi juga ikut membangun fondasi untuk generasi setelah kami. Kondisi ini mungkin tidak ideal, tapi justru di sinilah kami mendapat pelajaran penting tentang bertahan, bekerja sama, dan berkontribusi dalam sistem yang belum sempurna. Kisah ini akan menjadi cerita yang membanggakan, bahwa kami pernah menjadi bagian dari awal mula perjuangan.

Penulis: Ruslan Abdul Munir
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Satu-Satunya Hal Tidak Berpendidikan di UPI Adalah Kebiasaan Parkir Mahasiswanya, di Luar Nalar!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version