Preman Pensiun: Sinetron yang Berpotensi Jadi Peaky Blinders versi Indonesia

Preman Pensiun: Sinetron yang Berpotensi Jadi Peaky Blinders versi Indonesia sigma male foto tangan merokok

Preman Pensiun: Sinetron yang Berpotensi Jadi Peaky Blinders versi Indonesia (Pixabay.com)

Sederhana saja, sinetron di Indonesia yang sukses adalah sinetron yang mampu bertahan lama. Preman Pensiun mungkin salah satunya. Telah masuk ke musim ketujuh, Preman Pensiun berhasil bertahan di industri sinetron Indonesia. Genre drama yang dibalut dengan aksi serta komedi racikan Aris Nugraha tersebut nampaknya berhasil menarik perhatian masyarakat Indonesia yang mencintai sinetron televisi. Dan saya yakin, dengan pengembangan cerita, Preman Pensiun akan jadi Peaky Blinders versi Indonesia. Lho kok?

Keberhasilan Preman Pensiun tersebut tampaknya membuat tim produksi terjebak di zona nyaman. Setidaknya hal itulah yang saya rasakan. Padahal potensi yang dimiliki sinetron tersebut sangat besar, bahkan saya bisa bilang mampu setara dengan seri Peaky Blinders. Jebakan zona nyaman tersebut setidaknya terlihat dalam alur cerita yang berputar di situ-situ saja dan terkesan tidak mau mencoba hal yang jauh lebih besar. Semua terjebak di terminal, parkiran, dan bisnis kecimpring milik Kang Mus yang dibantu pengelolaanya oleh anak buahnya.

Kalau nggak, ya nyeritain Saep. Hadeh.

Menurut saya pengembangan cerita yang lebih berani akan mampu mengembangkan potensi Preman Pensiun. Oleh karena itu, upaya untuk keluar dari lingkup sinetron bisa menjadi langkah utama agar pengembangan cerita dari Preman Pensiun bisa melesat dan meningkatkan kualitasnya. Berubah menjadi seri Netflix atau platform lainnya mungkin bisa jadi alternatif. Apalagi Netflix juga telah menyiarkan film Preman Pensiun The Movie di platformnya, bisa lah nego pendanaan seri.

Sekarang mari kita bahas tentang bagaimana cerita Preman Pensiun bisa dikembangkan. Pengembangan itu bisa dimulai dengan mengembangkan karakter Kang Mus yang jadi ambisius. Bayangkan saja, setelah sukses usaha kecimpring, Kang Mus ingin membuka usaha di berbagai bidang dan membuka sebuah holding company yang besar. Tentu dalam perjalanan ke sana akan bisa dibumbui konflik antarpengusaha yang juga memiliki preman-premannya.

Jawa Barat sebagai provinsi dengan kasus korupsi terbanyak di Indonesia menurut KPK bisa menjadi bahan pemulus cerita. Dalam perjalanan Kang Mus untuk semakin berkuasa sangat bisa dibenturkan dengan pejabat-pejabat korup yang ingin menjegalnya. Tentu saja, Muslihat tidak akan diam saja. Sebagai usaha untuk melawan pejabat korup itu, Kang Mus bisa melakukan intrik politik dengan memperluas kerja samanya dengan ormas dan pejabat politik yang juga memiliki kepentingan tertentu.

Hingga pada akhirnya mungkin saja Kang Mus bisa melenggang menjadi milyuner dan menjabat sebagai DPR atau Gubernur Jawa Barat. Potensi Preman Pensiun begitu besar dan saya yakin banyak orang menanti perkembangannya.

Baca halaman selanjutnya

Peaky Blinders versi Indonesia

Memang tidak mudah mengembangkan Preman Pensiun menjadi seri atau film layar lebar. Apalagi produksi film seri biasanya akan membutuhkan dana produksi yang lebih besar dan tempat penyiaran filmnya harus sesuai dengan pasar yang dituju. Akan tetapi, industri film Indonesia yang mulai melakukan digitalisasi penyiaran tampaknya bisa menjawab permasalahan tersebut. Banyak platform penyiaran dalam negri dan luar negeri yang mulai digunakan di Indonesia. Sebut saja Netflix, Amazon Prime, Bioskop Online, dan Viu.

Kerja sama dengan platform streaming online bisa menjadi solusi. Usaha menggandeng Netflix untuk mendanai produksi dan penyiaran bisa menjadi alternatif agar Preman Pensiun masih bisa diakses di seluruh Indonesia meskipun harus berbayar. Mendapatkan eksposur audiens internasional juga menjadi keuntungan besar apabila Preman Pensiun berhasil melakukan kerja sama dengan Netflix. Tentunya masalah terbesar adalah negosiasi antara MNC Pictures sebagai rumah produksi Preman Pensiun dengan Netflix sebagai pihak yang akan diajak kerja sama atau membeli hak siar tersebut.

Karena kemiripan cerita, tokoh, dan jenis bisnis yang digeluti, harusnya Netflix beranilah bertaruh untuk Kang Mus. Kalau digarap serius, bisa banget seri ini jadi Peaky Blinders versi Asia. Nggak menutup kemungkinan kan? Bisa banget.

Sebagai penonton saya berharap Preman Pensiun tidak berakhir dengan cerita yang membosankan. Begitu besar potensi dan semua itu layak dimanfaatkan. Kapan lagi kita punya tokoh yang bisa toe to toe dengan Thomas Shelby?

Penulis: Muhammad Arief Bimaputra
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Peaky Blinders dan Cara Merokok Thomas Shelby yang Elegan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version