Preman Pensiun Kesempatan Kedua: Jawaban buat Ending Preman Pensiun 4 yang Gantung

preman pensiun kesempatan kedua review jalan cerita sinopsis mojok.co

preman pensiun kesempatan kedua review jalan cerita sinopsis mojok.co

Akhirnya yang dinanti tiba. Terminal tempat Willy dan kawan-kawan jadi adegan pembuka dari Preman Pensiun Kesempatan Kedua. Dan Terminal Mojok adalah tempat pertama yang saya pikirkan pertama kali untuk kirim tulisan ini.

Spoiler alert!

Kamu yang selama ini cuma bisa menerka-nerka ending Preman Pensiun 4 Ramadan kemarin, harus banget nonton Preman Pensiun Kesempatan Kedua. Dalam film itu dijawab beberapa penyelesaian masalah yang dimunculkan dalam Preman Pensiun 4, meski masih menyisakan pertanyaan. Selain itu, kita juga dapat informasi tambahan terkait beberapa karakter baru.

Film ini menjadi jawaban atas penyelesaian masalah dalam Preman Pensiun 4 karena memang latar waktu yang ditampilkan masih di periode yang sama. Terminal masih dipegang Willy. Ada Mira, Gugum, Serena, Susi Susanti, dan karakter lainnya. Selain itu, beberapa pemain Tukang Ojek Pengkolan seperti Ojak dan Mas Pur juga ditampilkan dalam film ini. Kalau Tisna sih emang sudah ditampilkan sejak PP 1.

Terus, gimana masalah ending yang gantung di Preman Pensiun 4 dan diselesaikan dalam Preman Pensiun Kesempatan Kedua ini? Mari bahas satu-satu.

#1 Masalah Saep, Mira, dan Gugum

Dalam Preman Pensiun 4, berkat bantuan Cecep, Mira berhasil keluar dari bisnis copet Saep. Gugum juga sudah bisa keluar karena Saep ditodong gawainya. Gugum lalu gabung dengan Ubed, magang jualan cilok. Saat itu kita tentu masih punya pertanyaan, what’s next? Apakah Saep akan tetap mengejar Gugum? Bagaimana nasib Saep?

Nah, dalam Preman Pensiun Kesempatan Kedua dijelaskan bahwa ternyata Saep berhenti mengejar Mira dan Gugum. Seperti dulu, ia mulai lagi bersolo karir, meski akhirnya dia cari partner lagi. Sialnya, Saep nyopet Ojak yang baru datang dari Jakarta dan mau ngedatengin Tisna. Mengetahui temannya dicopet, Tisna meminta tolong Ujang untuk temukan dompet Ojak. Ujang meminta tolong Cecep. Awalnya, saya kira nasib Saep akan jelek lagi dan bakal diciduk Cecep, tapi ternyata tidak. Sebab Cecep lebih memilih untuk cari dompetnya aja dengan cara mempelajari proses nyopet.

Akhirnya Saep justru dapat mahasiswa copet baru lagi untuk kuliah di Academy of Bandung Copet-nya. Sedangkan Gugum sudah nggak magang lagi di Ubed dan Mira sudah punya pacar, meski kemudian putus juga sambil kerja jualan kaos dengan Bohim.

#2 Masalah terminal

Tidak seperti yang saya duga, terminal justru akhirnya dipegang kembali oleh Bubun yang sudah bebas dari penjara. Kubu oposisi Willy, dibantu Boy—pengkhianat terminal—berhasil menyingkirkan sedikit demi sedikit anak buah Willy. Hal itu dilakukan untuk melemahkan kekuatan Willy agar lebih mudah menduduki terminal lagi. Tapi, Willy nggak tinggal diam, dia sempat kasih serangan balik, meski nggak terlalu keras, dia juga menghajar salah satu dari kubu oposisi itu.

Sayangnya, saat Bubun keluar dari penjara karena dapat potongan masa penahanan, dengan setelan rambut kayak char. utama GTA, dia kemudian datang ke terminal dan menghajar semua kubu Willy. Persis kayak cara Cecep kuasai terminal di Preman Pensiun 4 lalu. Yang masih jadi pertanyaan adalah utang Bubun kepada Silvia, sebab Bubun nggak bilang setuju kalau utangnya akan dia bayar.

#3 Masalah si Emak dan Kang Mus

Kalau ada pertanyaan apakah dengan bergabungnya Serena sebagai tim marketing di bisnis kicimpringnya Kang Mus membuat usahanya jadi lancar atau tidak, jawabannya adalah ya. Bisnis Kang Mus jadi lebih lancar. Hal itu dibuktikan beberapa faktor seperti pada adegan awal ketika ada tukang oleh-oleh yang minta jualan Kicimpring Family dengan hubungi Cecep. Selain itu, ada juga adegan saat Ceu Edoh mau masukin tetangganya kerja di Kicimpring Family.

Masalah si Emak yang pengin sepatu Adinda yang logonya daun singkong tiga gimana? Nah, masalah ini Aris Nugraha dengan apik bisa membungkusnya dengan acara ulang tahun si Emak. Pasalnya, si Emak diberi kejutan yang sebenarnya biasa aja (pura-pura lupa tanggal ulang tahun). Tapi karena momen itu udah ditunggu penonton, rasanya jadi wah aja gitu. Sebab, pada ulang tahun si Emak itulah akhirnya Kang Mus bisa penuhi janjinya buat beliin sepatu Adinda yang logonya daun singkong tiga. Saya merasa ikut bahagia karena lihat mimik muka yang dipasang si Emak saat menerima hadiahnya: senang sambil berkaca-kaca matanya.

Begitulah Aris Nugraha menjawab pertanyaan-pertanyaan menggantung penontonnya pada PP 4. Jauh dari yang saya bayangkan, tapi ya terserah dia, sih, orang dia juga sutradaranya.

Meski secara garis besar cerita yang dikembangkan masih mengacu pada plot Preman Pensiun 4, menurut saya masalah utama Preman Pensiun Kesempatan Kedua ini berbeda. Ya, walau akhirnya misteri siapa yang megang terminal dan Emak yang pengin sepatu sekarang terjawab, tapi inti film ini adalah persoalan sakitnya Pipit yang berpuncak pada kematian. Astagaaa!

Sejak awal saya emang agak nebak kalau Pipit akan mati sih. Soalnya di film Preman Pensiun terakhir aja Aris Nugraha nggak ragu mematikan karakter penting seperti Dikdik. Sebagai penonton saya emang nggak mau itu terjadi, tapi rangkaian peristiwa yang disuguhkan, asli, bikin emosi naik-turun.

Coba lihat adegan Murat yang cerita ke istrinya tentang persahabatan satu paketnya dengan Pipit. Saya yang nonton sejak musim awal Preman Pensiun, yang tahu betapa bad ass-nya seorang Murat, tentu agak terenyuh juga melihat sisi lainnya yang ternyata melow. Dia nggak malu mengakui takut kehilangan Pipit, meski selalu dibikin susah dan kesel. Selain itu, adegan Pipit menuju kematiannya juga lebih bikin merinding. Sedih sekali lihat manusia paling kocak di Preman Pensiun itu untuk ngomong aja mesti tersendat-sendat.

Puncaknya, adegan yang bikin tangis ibu saya membuncah adalah saat si Mawar, keponakannya Pipit, tetiba memeluk erat Ujang dan Cecep bergantian sambil nangis. Tanpa ada kalimat “Pipit sudah meninggal”, saya tahu kalau Pipit sudah tiada. Adegan menyedihkan itu semakin menggetarkan dengan memperlihatkan keadaan Kang Mus yang menerima kabar duka itu, belum lagi dengan Murat. Adegan sedih itu dibarengkan dengan keputusan Mira yang juga sudah membulatkan tekad untuk memutuskan hubungan dengan pacarnya.

Di tengah kesedihan itu, saat mata Kang Mus kosong menatap ke depan, eh gawainya berbunyi. Di seberang sana, Ujang mengabarkan kondisi terbaru Pipit. Meski konyol, tapi emang benar. “Kang… Kang Pipit hidup lagi.” Wah adegan itu bikin saya enak sekali ngeledekin ibu saya yang udah nangis. Saya bilang, dia kena prank. Pasalnya, Pipit bisa hidup lagi karena “disetrum” saat mesin monitor sudah menunjukkan garis lurus. Tuhan beri prank untuk Pipit.

Sepuluh hari setelah kejadian itu, Pipit sudah boleh pulang. Tapi, alih-alih langsung pulang ke rumah, dia meminta untuk diantar ke markas besar, tentu saja untuk bertemu Kang Mus. Ditemani oleh teman mantan preman yang lain, Pipit berjalan di depan. Kang Mus sudah di sana dan menyambut Pipit dengan pertanyaan, “Katanya kamu sudah mati?” Pipit menjawab, “Ya, tapi cuma empat menit.” Kang Mus kemudian tanya lagi. “Kenapa kamu hidup lagi?”

Jawaban Pipit kemudian mengakhiri film ini, “Tuhan kasih kesempatan kedua buat saya. Buat hidup jadi orang bener sebelum benar-benar mati.”

Cerita itu katanya adalah terinspirasi dari cerita asli Ica Naga—nama asli Pipit—yang dirawat selama sepuluh hari karena penyakit paru-paru, jantung, dan ginjal. Selain itu, barangkali cerita Epy Kusnandar yang sempat divonis tidak hidup lama lagi juga menjadi inspirasi cerita ini.

Melihat fenomena tersebut, saya rasanya melihat sisi lain Tuhan yang ternyata suka juga main prank. Tapi prank Tuhan nggak abal-abal kayak Youtuber yang kasih sampah, Tuhan nggak tanggung-tanggung; prank nyawa! Tapi seperti kata Pipit, prank Tuhan itu berbobot sekali maknanya, sebab itu berarti Dia masih memberi kesempatan manusia buat jadi lebih baik lagi, nyuruh manusia sadar kalau dia nggak abadi, akan mati.

Sumber gambar: Instagram Aris Nugraha

BACA JUGA Tukang Ojek Pengkolan Sebaiknya Menghilangkan Tokoh-tokoh Tidak Penting Ini dan tulisan Tazkia Royyan Hikmatiar lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version