Preman Pensiun Episode 24, Musim 1: Hah? Amin Melamar Kinanti?

sinopsis preman pensiun episode 1 musim 1 mojok.co preman pensiun episode 2 preman pensiun episode 3 episode 4 episode 5 episode 8 episode 10 episode 19 kang bahar

sinopsis preman pensiun episode 1 musim 1 mojok.co preman pensiun episode 2 preman pensiun episode 3 episode 4 episode 5 episode 8 episode 10 episode 19

“Jangan pernah menyesal. Jangan pernah sedih. Kamu hebat! Apa yang kamu lakukan, bukan hanya butuh keberanian, tapi keikhlasan juga. Orang-orang seumur kamu sementara ini, masih tergantung sama keluarga, tapi justru kamu, sudah membantu keluarga.” Dialog di atas menjadi pembuka Preman Pensiun episode 24, diucapkan Kang Bahar kepada Imas yang putus sekolah karena harus membantu keluarga. Imas bekerja pada keluarga Kang Bahar sejak usianya baru 16 tahun. Usia remaja yang harusnya dinikmati, paling tidak jadi anak sekolah. Mengetahui hal tersebut, ada rasa kagum dan dorongan semangat dari Kang Bahar untuk Imas.

Cerita kemudian beralih ke kedatangan Kinanti, Kinasih, dan anak-anak-anaknya Kinasih, yang disambut Kirani dan Amin. Baru saja keluarga kecil Kang Bahar berkumpul, cerita sudah berpindah ke keluarga kecil Kang Mus. Kang Mus dan istrinya mulai membayangkan kehidupan mereka 10 tahun yang akan datang. Mereka membayangkan anak mereka satu-satunya menikah kemudian meninggalkan Kang Mus dan istrinya yang sudah tua. Yang bikin terenyuh adalah ucapan mengandung doa dari Kang Mus dan istrinya. Semoga Eneng dapat suami yang bener. Jangan seperti bapaknya yang nggak berani terus terang kalau ditanya kerjanya apa? Padahal, setiap anak berhak bangga sama orang tuanya. Hmm….

Saat cerita sudah balik lagi ke rumah Kang Bahar, Kinanti menerima telepon dari Adit. Di sini, kita diajak nostalgia sama media sosial yang namanya Path. Dari Path-lah Adit tahu kalau Kinanti lagi di Bandung.

Cerita kemudian menyorot dunia percopetan. Saep dan Ubed berhasil nyopet, tapi isinya cuma 15 ribu. Minim parah, wqwqwq. Pada saat Saep dan Ubed sepakat beroperasi lagi, cerita kembali ke keluarga Kang Bahar. Mereka lagi sarapan dengan suasana penuh canda tawa.

Baru setelah itu, operasi Saep dan Ubed kembali diceritakan. Saat mereka sudah duduk di angkot, Ubed menerima telepon dari Dewi. Dewi marah kepada Ubed karena hari itu Ubed nggak ikut jualan cilok. Ubed beralasan lagi sibuk karena ada urusan sama Saep. Mendengar nama Saep, Dewi jelas langsung menebak bahwa Ubed akan nyopet lagi. Ubed mengelak, tapi Dewi tidak percaya.

Penumpang yang mendengar omongan Ubed langsung risih ketika tahu bahwa Ubed adalah copet. Menyadari suasana mencekam tersebut, Saep langsung berinisiatif untuk turun dari angkot. Karena kejadian tersebut, Saep membuat aturan nggak boleh terima telepon saat sedang beroperasi, Ubed setuju. Mereka pun lanjut beroperasi lagi. Apesnya, kali ini kejadian serupa terjadi lagi. Kali ini Saep yang ditelepon sama Dewi. Sama seperti Ubed, omongan Saep di telepon pun membuat penumpang lain jadi tahu bahwa Saep adalah copet. Ubed berbalik menegur Saep, “Makanya, kalau mau operasi, matiin handphone.” Wqwqwq.

Sekarang mari kita ke Eneng, anaknya Kang Mus. Eneng yang lagi duduk di ayunan bersama temannya sedang membahas pekerjaan bapak masing-masing. Temannya Eneng tampak sedih karena bapaknya sakit-sakitan dan diberhentikan sama bosnya, sementara Eneng tampak sedih karena nggak tahu apa sebenarnya pekerjaan bapaknya.

Setelah membayangkan kehidupan masa tua dan harapan untuk anaknya, kali ini Kang Mus yang siap berangkat kerja, menyampaikan niatnya untuk berhenti dari pekerjaannya, meski belum tahu akan kerja apa nantinya. Bagi istri Kang Mus, nggak masalah Kang Mus kerjanya apa, yang penting bisa sekolahin anak mereka.

Sementara itu, di markas (dekat pasar), Jupri yang baru saja selesai pedekate ke Imas lewat telepon, disamperin Iwan yang lagi galau. Gara-garanya adalah Yuyun yang nggak dagang hari ini karena anaknya sakit. Iwan jadi berniat datang ke rumah Yuyun, tapi nunggu Komar dulu.

Komar yang ditunggu sama Iwan ternyata lagi di markas besar bareng Jamal dan Gobang. Mereka lagi dapat peringatan setelah kejadian Jamal yang menjalani bisnis sendiri (terkait pengawalan artis). Kang Mus memperingatkan untuk tidak bisnis sendiri-sendiri, kecuali memang mau keluar dari jaringan bisnis Kang Bahar. Suasana menegangkan terasa pada bagian ini.

Setelah itu, kita diajak santai tapi serius dengan cerita dari keluarga Kang Bahar. Kinanti yang meminta izin pada Kang Bahar untuk disopirin sama Amin, jadi tahu bahwa Amin sudah disuruh untuk cari kerjaan lain, soalnya Kang Bahar memang sudah jarang, bahkan hampir tidak pernah ke mana-mana lagi. Kang Bahar juga cerita ke Kinanti bahwa Amin berniat jualan cireng. Mendengar hal tersebut, Kinanti tidak setuju. Kinanti tetap mau Amin bekerja pada Kang Bahar. Sementara itu, tahu bahwa dirinya akan kembali bertugas, Amin bahagia sekali. Saking bahagianya, dia baru pergi dari hadapan Kinanti dan Kang Bahar setelah disuruh oleh Kinanti.

Keputusan Kang Bahar yang menyuruh Amin mencari kerjaan lain oleh Kinanti disampaikan kepada kedua kakaknya. Kirani yang datang lebih dulu daripada mereka pun sebenarnya sudah tahu hal tersebut. Ketika Kinasih baru berencana ingin membicarakan perihal Amin dengan Kang Bahar, Kang Bahar ternyata sudah tahu. Keputusan akhirnya, Amin tetap bekerja pada Kang Bahar.

Setelah dari markas besar, Komar yang diboncengin Gobang kembali ke markas dekat pasar. Sampainya di sana (setelah adegan pantun dari Komar untuk Gobang), Komar langsung nanyain Iwan ke Jupri. Jupri pun menceritakan tentang Iwan yang berniat menjenguk anak Yuyun yang lagi sakit. Komar jelas tidak suka mendengar cerita tersebut.

Niat Iwan menjenguk anak Yuyun ternyata benar-benar dilakukan. Belum juga masuk ke rumahnya Yuyun, Iwan yang lagi ngomong sama Yuyun terkejut melihat Dikdik. Iwan tampak marah karena Dikdik ada di sana, sementara Yuyun kelihatan bingung dan salah tingkah dengan apa yang sedang terjadi.

Cerita beralih ke Jamal dan anak buahnya. Setelah sedikit memuji penampilan Murad dan Pipit, Jamal yang tahu bahwa bisnisnya sudah tercium oleh Kang Mus, memberi dua pilihan kepada anak buahnya: main cantik atau perang. Dikdik keberatan dengan pilihan kedua, alasannya bukan karena takut, tapi sadar bahwa Kang Mus masih punya pengaruh yang cukup kuat.

Di markas dekat pasar, Iwan, Komar, dan Jupri membahas tentang Iwan yang ketemu Dikdik di rumahnya Yuyun. Komar tidak menyangka kalau Dikdik juga naksir Yuyun. Soalnya, sepengetahuan Komar, Dikdik lagi deket sama Imas.

Cerita balik lagi ke rumah Kang Bahar. Setelah mengantarkan minuman untuk Kang Bahar, Imas yang kembali ke dapur menyapa Amin yang kembali memakai baju dinasnya sebagai seorang sopir. Amin memberi tahu bahwa dia ditugaskan untuk mengantar Kinanti. Oleh Imas, Amin disarankan untuk melamar jadi sopir Kinanti. Amin menerima saran Imas.

Setelah pamit kepada Kang Bahar kemudian mengajak anak-anak Kinasih untuk menemani Kang Bahar, Kinanti pun pergi bersama Amin.

Sementara itu, Jupri yang memang lagi ngedeketin Imas, memberi tahu Iwan dan Komar bahwa Dikdik sudah nggak deket lagi sama Imas. Di rumah Kang Bahar, Imas lagi ngobrol-ngobrol sama sopirnya Kirani. Cerita tentang berapa lama dia dan Amin bekerja dan tentang Amin yang nggak akan jadi sopir Kang Bahar lagi.

Di mobil, Amin menyampaikan saran dari Imas. Maksudnya mau bilang ngelamar jadi sopir Kinanti, ngomongnya malah mau ngelamar Kinanti, wqwqwq. Kinanti pun memberi tahu Amin bahwa dia masih tetap bekerja pada keluarga Kang Bahar.

Sampai di tempat janjian bersama Adit, Adit harus kecewa karena setelah salaman, niatnya untuk cipika-cipiki malah nggak ditangkep sama Kinanti. Kabar tentang Kinanti yang akan menyelesaikan tugas akhirnya, yang sama artinya dia akan tinggal lebih lama di Bandung, menjadi kabar bahagia bagi Adit. Sementara itu, Amin yang lagi nungguin Kinanti, dilihat oleh Ubed dan Saep. Ubed langsung menyapa Amin lalu ngobrol sama Amin tentang rencana jualan cireng dan Amin yang kembali tampil ganteng (Ubed masih menyangka Amin adalah manajer), sedangkan Saep memilih sembunyi. Ubed baru sadar Saep nggak ada waktu dia mau ngenalin Saep ke Amin.

Adegan romantis muncul dari cerita Kinanti dan Adit. Setelah saling mengungkapkan rasa kangen dan nggak bisa saling melupakan, Adit nembak Kinanti (lagi). Perihal bapaknya Kinanti yang adalah seorang preman, dianggap sebagai bukan masalah bagi Adit. Wajah Kinanti pun berseri-seri mendengar pernyataan Adit.

Saep yang tadi ngumpet, nyusulin Ubed yang sudah jalan setelah selesai ngobrol dengan Amin. Saep pun cerita bahwa Amin adalah korban copetnya bersama Junaedi. Pas Saep cerita kalau isi dompetnya Amin ternyata minim, Ubed nggak percaya. Masa manajer (isi) dompetnya minim?

Kembali lagi Kinanti dan Adit. Kinanti merasa bingung, mau tetap kerja di Jakarta, atau kembali ke Bandung menyelesaikan tugas akhir di bangku kuliah. Namanya lagi jatuh cinta, kesempatan ini pun dijadikan Adit sebagai jalan untuk sering ketemu.

Sementara itu, dari dunia percopetan, ada satu dialog menarik dari Saep, “Isi dompet orang nggak bisa dinilai dari penampilannya.” Wow, mantap, Saep!

Setelahnya, cerita masih berlanjut dari Kinanti dan Ubed. Kinanti yang bahagia karena baru jadian, Ubed yang galau karena teleponnya nggak diangkat sama Dewi.

Cerita masih berlanjut, kali ini di rumah Kang Mus dan markas dekat pasar. Temanya sama, tentang curhat. Kang Mus dibilang kepo sama anaknya karena pengen tahu curhatan teman anaknya, sementara Komar ditelepon sama Ujang yang pengen curhat. Ketika anaknya Kang Mus minta bantuan Kang Mus mencarikan pekerjaan untuk bapak temannya yang baru diberhentikan dari pekerjaannya, Kang Mus yang lagi makan langsung berhenti mengunyah makanannya karena terkejut. Setelah Kang Mus minum dan merasa enakan, cerita malah kembali pada Ubed. Ubed ngedatangin Dewi, tapi Dewi-nya masih cuek, seperti nggak mau ngelihat Ubed.

Lalu, balik lagi deh ke Kang Mus dan anaknya. Kang Mus cerita tentang pekerjaannya yang antara ada dan tiada, anaknya Kang Mus bingung. Belum sempat cerita lebih banyak, Kang Mus ditegur sama anaknya karena makanannya nggak dihabisin.

Kalau tadi Ubed cuma berusaha berdiri di hadapan Dewi, kali ini Ubed ngomong di belakangnya Dewi sambil menyentuh lengannya Dewi. Sama Dewi, tangannya Ubed malah ditepis, lalu diusap-usap, kayak orang jijik gitu. Ubed tersinggung, lalu ngomong ke Dewi, “Kenapa cuma diusap-usap pakai tangan? Kenapa nggak pakai pasir atau debu sampai tujuh kali?” Ubed langsung pergi meninggalkan Dewi dengan perasaan dan wajah yang galau.

Setelah tadi cuma ngomong via telepon, kali ini Ujang sudah ketemu sama Komar. Ujang curhat kalau dia nggak betah ikut sama Jamal karena merasa dibeda-bedakan dengan Dikdik. Dikdik dapat fasilitas yang bagus dan kerjaan yang oke, sementara Ujang nggak dapat fasilitas apa-apa dan kerjaannya cuma kerjaan receh nagih iuran. Ujang pun berniat kerja di pasar, ikut Kang Komar. Akan tetapi Komar menolak karena sudah punya tiga anak buah (Iwan, Jupri, dan Joni). Ngomongnya sih tiga, tapi jarinya menunjukkan angka 5.

Setelah dijeda dengan adegan Kang mus yang minta minum ke istrinya karena kepedesan, cerita balik lagi ke curhatan Ujang. Sebagai jalan keluar, Komar menyarankan Ujang untuk pindah ke terminal dan ngomong ke Gobang. Ujang yang diam aja, membuat Komar kesal, “Kan posisinya sedang ngobrol bukan sedang berpidato,” demikian protes Komar.

Minuman yang tadi diminta Kang Mus sudah datang. Ada segelas besar teh yang dibawa sama istrinya. Pas lagi minum, telepon masuk. Ternyata telepon dari Gobang yang bingung dengan kedatangan Jamal ke terminal. Kang Mus yang lagi kepedesan, nggak menanggapi laporan Gobang.

Baca sinopsis semua episode Preman Pensiun musim 1 di sini.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version