Politisi Konoha: Bersih, Merakyat, dan Kerja Nyata, tapi Budek juga

Jiraiya Adalah HOS Tjokroaminoto di Konohagakure konoha terminal mojok.co

Jiraiya Adalah HOS Tjokroaminoto di Konohagakure terminal mojok.co

Serial Naruto mungkin sudah tamat, tapi serial ini dilanjutkan ke serial Boruto sebagai penerus cerita selanjutnya dari klan Uzumaki. Di serial Boruto, Naruto terpilih sebagai Hokage, politisi Konoha yang jabatannya paling tinggi. Setelah terpilih, terjadi berbagai perubahan di Konoha terutama di bidang infrastuktur yang dikebut. Walaupun sebagian besar biayanya berasal dari utang, tapi Naruto dengan bangga mengklaim semua pencapaiannya.

Rangkaian pemilihan Hokage periode kedua yang begitu sengit merupakan penanda awal dimulainya perpecahan di masyarakat Konoha. Kini, Konoha dihadapkan dengan masa pergolakan lain setelah selesainya kontroversi pasca pemilihan politisi Hokage. Demo besar-besaran terjadi di berbagai wilayah Konoha menuntut keadilan kepada Naruto dan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Konoha. Berbagai protes tersebut muncul di rezim Naruto, mulai dari gerakan masif di media sosial hingga aksi turun ke jalanan Konoha secara langsung.

Melihat fenomena tersebut, saya jadi teringat suatu wilayah yang katanya surga dunia, tapi telinga pemimpinnya penuh dengan congek. Katanya bersih, merakyat, dan kerja nyata, tapi ternyata nihil, berikut kelima politisi Konoha tersebut.

 #1 Uzumaki Naruto

Sebagai seorang pemimpin, Naruto dianggap sebagai sosok yang sederhana, bersahaja, merakyat, dan suka blusukan ke berbagai daerah terpencil di Konoha. Sosoknya yang dianggap sebagai pahlawan, menjadikan namanya melambung. Ketika tiba pemilihan untuk menduduki jabatan kursi Konoha 1, Naruto yang dikenal sederhana dan merakyat, melenggang dengan mudah di periode pertama. Sebab, para calon lawannya memiliki track record buruk terhadap HAM, salah satunya terkait pembantaian klan Uchiha. Hal ini menjadikannya sebagai opsi terbaik kala itu untuk dipilih. Di periode kedua, walaupun terjadi banyak keributan, pada akhirnya Naruto tetap kembali terpilih.

Nah, di periode kedua ini lebih banyak polemik yang dibuat oleh Naruto. Sosok yang awalnya dikenal sederhana dan merakyat mulai tergeser dengan label kapitalis dan otoriter. Politik dinasti baru serta bagi-bagi kekuasaan lebih nyata terlihat di periode ini. Shinobi yang nggak kompeten pun dipertahankan. Naruto yang awalnya dikenal merakyat, kini dianggap sudah tidak pro kepada rakyat lagi, termasuk dari sebagian besar pendukungnya sendiri.

Semua polemik tersebut, tidak menjadikan Naruto dan kolega bergeming, adem ayam aja. Naruto lebih memilih membungkam semua omongan yang berseberangan dengannya. Mungkin benar, seperti halnya yang ditulis oleh Ben Bland bahwasanya Naruto adalah Man of Contradictions.

#2 Uzumaki Boruto

Sebagai seorang anak Hokage, nama Boruto sudah dikenal banyak orang. Sosoknya sebagai anak hokage yang sudah melihat betapa enaknya mengatur pemerintahan dari kursi kepemimpinan, menjadikannya ingin mengikuti jejak ayahnya untuk menjadi politisi Konoha. Pertama-tama, Boruto mencalonkan diri sebagai ketua kelas di wilayah sekolahnya. Ambisinya terlihat jelas di periode pemilihan kelas saat ini.

Sama seperti ayahnya dulu, Boruto merintis karier politiknya dari strata paling bawah dulu, yakni sebagai ketua kelas. Baru, nanti (mungkin) kalau elektabilitasnya sudah bagus, dicalonkan naik jadi ketua kelompok, tapi nggak harus sampai misinya selesai. Kita nggak pernah tahu sih, terserah Masashi Kishimoto aja deh.

#3 Nara Shikamaru

Sebagai anak dari Nara Shikaku, Shikamaru mewarisi bakat ayahnya sebagai sosok yang cerdas. Tapi, walaupun orangnya cerdas, Shikamaru ini lebih sering diam. Entah, sadar atau nggak, beliau itu adalah politisi Konoha yang seharusnya membantu tugas dari Hokage. Tapi, beliau malah sering hilang entah kemana. Walaupun hanya sekadar menyapa rakyat Konoha saja jarang. Jadi, kadang saya mikir buat apa juga, ya, Naruto itu dibantu Shikamaru kalau tugas dan fungsinya untuk desa saja nggak ada. 

#4 Shimura Danzo

“Kepala, pundak, Danzo lagi, Danzo lagi.”

Meme ini sering muncul di media sosial ketika terjadi pergolakan di rezim Naruto. Sosok Danzo yang lebih vokal dibandingkan dengan Shikamaru, menjadikannya lebih pas jika beliau saja yang menjabat sebagai politisi Konoha pembantu tugas Hokage daripada Shikamaru yang lebih suka diem dan ngilang. Danzo sering mampir atau berbicara kepada Naruto untuk membisikkan hal-hal wagu, chemistry mereka sudah cocok banget. Sebab, Naruto pun manut-manut aja dengan bisikan-bisikan wagunya. Saran saya, mending Danzo ini merangkap jadi Hokage, Wakil Hokage, Menko, eh, atau jabatan ini sudah ya? Ada-ada aja memang politisi Konoha.

#5 Haruno Sakura

Sebagai seorang yang menangani urusan kesehatan Desa Konoha, sosoknya saat ini sangatlah disorot oleh masyarakat desa. Sebab, di Konoha sedang terjadi wabah virus, bahkan virus ini juga menjangkiti seluruh wilayah desa lain. Sakura yang kinerjanya sedari awal dalam menangani kasus ini rada nyeleneh, malah lebih sering hilang dibanding mengupayakan langkah konkret untuk penanganan virus ini.

Statemen Sakura yang absurd ketika di awal virus ini menyerang desa juga sangat bikin jengkel. Mulai dari menyalahkan warga desa yang membeli masker saat awal virus ini terdeteksi yang pada akhirnya menyebabkan harganya menjadi mahal, statemen lainnya yang mengatakan bahwa negara aman dari virus semua berkat kekuatan doa, hingga pernyataannya yang mengatakan bahwa virus ini bisa sembuh sendiri. Tapi, seperti yang kita tahu, pernyataan Sakura ini akhirnya terbantahkan semua oleh waktu.

Kebijakan yang terkesan terpecah belah dan ditangani oleh berbagai bidang institusi serta nihilnya “kehadiran” Sakura sebagai pemegang kewenangan hanya sebagian wajah kusut penanganan pandemi di Konoha. Jokes yang dulu dilontarkan seolah basi dan mati hingga yang mengucapkan juga lebih memilih tidak muncul lagi.

Sejujurnya, saya rindu dengan sosok Sakura apalagi dengan statemen lucunya seperti saat awal pandemi. Atau mungkin, seperti yang disampaikan oleh Danzo bahwa Sakura orangnya mungkin nggak suka lagi bicara di depan umum.

By the way, yang kita bicarakan barusan politisi-politisi di Konoha. Apabila terkesan sama dengan suatu wilayah tertentu, mungkin itu cuma suatu kebetulan saja kok. Beneran deh. Soalnya saya takut ada tukang bakso.

Sumber gambar: Wikimedia Commons

BACA JUGA Lupakan Glorifikasi, ayo Bangun Persiba Bantul! dan tulisan Muhammad Arif N Hafidz lainnya.

Baca Juga:  Preman Pensiun Episode 4, Musim 1: Komar Bikin Ulah Lagi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version