Pandawa 87 memang tidak seterkenal PO lain, tapi saya rasa, ia adalah bus Jakarta-Solo yang paling nyaman dan sepadan
Memilih PO Bus yang sopirnya nggak gila, jalannya nggak ugal-ugalan, dan punya fasilitas nyaman jadi semacam candu bagi saya. Pasalnya di zaman sekarang, industri Bus makin ramai dan persaingan pun makin ketat. Sebagai penumpang, kita dihadapkan dengan banyak pilihan. Sehingga ketika mendapati kesempatan ke tempat baru dengan rute yang belum pernah dicoba, saya selalu tertantang untuk mencari PO bus apa yang pas, baik dari segi biaya maupun kenyamanan untuk jalur tersebut.
Pengalaman itu akhirnya datang pasca saya selesai kegiatan di Jakarta 2 tahun lalu dan harus ke Solo untuk melanjutkan program beasiswa bahasa. Waktu itu saya merasa perlu mencari PO yang masih asing bagi saya.
Bosan rasanya harus mencoba PO itu lagi, PO itu lagi. Ingin ada sensasi baru. Tentu pilihannya nggak jatuh ke Haryanto, Rosalia Indah, Harapan Jaya, apalagi Sinar Jaya. Akhirnya pilihan saya jatuh ke salah satu PO yang berlogo sama dengan Haryanto, yaitu PO Pandawa 87. Kedua PO tersebut logonya sama-sama wayang tuh. Tapi meski begitu, keduanya bukan dari perusahaan yang sama.
Singkat setelah mencoba PO ini, dan mencobanya beberapa kali setelahnya, penilaian saya adalah PO ini memang underrated, khususnya untuk rute Jakarta-Solo. Sebab, dengan rute yang sama, namanya tertutupi dengan PO lainnya yang lebih popular, ya sebut saja Haryanto, Sinar Jaya, Agra Mas, dan nama-nama PO bus besar lainnya. Sementara PO Pandawa 87 ini lebih dikenal sebagai PO bus wisata premium macam white horse, bukan pemain reguler AKAP.
Sekilas tentang Pandawa 87
PO ini sebenarnya menawarkan sesuatu yang membuat saya sebagai penikmat bus nggak bisa memandangnya sebelah mata. Saya mulai dari profil PO bus ini terlebih dahulu. Dari sisi sejarah, Pandawa 87 ini tipe kariernya di industri bus menganut prinsip alon-alon asal kelakon.
Berdiri 17 April 2014 di Pasuruan, Jawa Timur, didirikan oleh H. Gunawan Agung Aprilianto, awalnya mereka murni bermain di segmen bus pariwisata premium dengan armada Mercedes-Benz dan body Adiputro yang mengilap. Kondisi pandemi yang menghantam sektor wisata, membuat Pandawa 87 akhirnya mencoba nyebur ke industri AKAP.
Setidaknya sejak 2021 mereka buka trayek jarak jauh di Tol Trans Jawa seperti Jakarta–Surabaya–Banyuwangi, lalu berkembang ke lintasan lain termasuk koridor Merak–Jakarta–Solo–Wonogiri. Dari sinilah nama Pandawa 87 pelan-pelan muncul di radar penumpang reguler, bukan cuma rombongan study tour dan rombongan ziarah.
Saya bilang nggak bisa dipandang sebelah mata karena kalau diperhatikan, di rute Jakarta–Solo, Pandawa 87 memposisikan diri sebagai opsi “nyaman tapi masih terjangkau” di tengah keramaian PO besar. Waktu itu saya dapat harga di kisaran Rp250 ribuan untuk rute tersebut. Sekarang ketika saya cek di aplikasi Traveloka, harganya pun hanya naik sedikit, yaitu Rp270 ribu untuk kelas eksekutif. Sementara kelas Sleeper dengan tarif sekitar Rp500.000 per orang.
Durasi perjalanan berkisar 8–9,5 jam, tergantung titik naik (misalnya Kalideres/Pasar Rebo/Pondok Pinang) dan kondisi tol, jadi secara waktu masih kompetitif dengan pemain lain di jalur yang sama. Harga itu termasuk lebih murah beberapa puluh ribu bila dibandingkan dengan PO lainnya. Bahkan secara rating pun, rata-rata armadanya mendapat minimal 4,3 di Traveloka.
Kelas executive-nya nyaman
Untuk kelas executive, PO Bus ini memakai konfigurasi kursi 2–2 dengan total sekitar 30 kursi. Jadi setiap kursi bisa direbahkan, ada leg rest, sandaran tangan, AC sentral, bantal dan selimut, serta colokan listrik/USB di dekat kursi untuk mengisi baterai HP. Yang paling penting, aman dari kebocoran air AC.
Di bagian belakang biasanya tersedia toilet dan kadang smoking room kecil—fasilitas yang jarang ditemui di bus ekonomi. Untuk tarif Rp270.000, penumpang sudah dapat snack awal (roti croissant, tiktak, bembeng, plus air mineral), dan jatah makan satu kali di rumah makan mitra. Bahkan kalau untuk rute yang jauh, misalnya ke Madura, mereka juga memberikan Pop Mie yang bisa diseduh menggunakan air panas dispenser di atas bus saat perjalanan.
Pelayanan yang baik
Dari segi pelayanan, pengalaman saya sendiri merasakan bahwa Pandawa 87 cukup konsisten dalam segala aspek, mulai dari armadanya yang kelihatan terawat, interior bersih, kru ramah dan komunikatif. Hal itu senada juga dengan ulasan beberapa orang yang saya cek melalui beberapa kanal website dan media sosial. Mereka menyebut bahwa bus-bus mereka wangi, AC berfungsi baik, suspensi empuk, dan drivernya pun ya kalau nyetir emang manusiawi lah. Nggak kaya supir yang bawanya ugal-ugalan. Dikira penumpangnya isinya sayuran atau hewan ternak kali.
Untuk tempat makanan, saya agak lupa waktu itu berhentinya di mana. Entah di daerah Subang atau Indramayu. Tapi yang jelas, makanannya bisa dikatakan manusiawi dan punya cita rasa lah. Nggak sekadar hambar dan ala kadarnya. Dikasih beberapa opsi juga, ada soto ayam, nasi goreng, atau nasi biasa dengan lauk yang beragam. Sama dengan PO bus lainnya, untuk penumpang PO Pandawa 87 ini dapat kupon makan dari kru, lalu tinggal memilih lauk utama di etalase.
Sasis bus Pandawa 87 yang bikin perjalanan makin nyaman
Setelah makan, perut kenyang, perjalanan pun berlanjut. Naik ke dalam PO ini rasanya ingin cepat-cepat melanjutkan tidur. Tipe sasis premium Mercedes-Benz dengan body tinggi yang waktu itu saya naiki, membuat laju PO Pandawa 87 terasa stabil di tol, suara mesin relatif halus, dan guncangannya pun minim. Di kelas executive, saya masih bisa tidur duduk dengan nyaman sambil selimutan. Saat bangun, tiba-tiba sudah mendekati area Solo.
Membayar tarif Rp270 ribuan kemudian mendapat fasilitas lengkap mulai dari servis makan, dan kenyamanan suspensi, saya rasa tidak salah kalau saya menganggap di rute Jakarta–Solo, Pandawa 87 ini masih tergolong underrated. Dia tidak seviral beberapa PO besar, tapi diam-diam menawarkan pengalaman perjalanan yang sangat layak untuk diingat.
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA PO Raya, Bus Primadona Warga Solo Raya yang Nyaman Pol Karena Memakai Kursi Pesawat
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.














