Plis ya, Kampus di Malang Itu Banyak, Nggak Cuma Universitas Brawijaya doang!

Plis ya, Kampus di Malang Itu Banyak, Nggak Cuma Universitas Brawijaya doang!

Universitas Brawijaya (Anom Harya via Shutterstock.com)

Plis banget nih, kampus di Malang nggak cuma Universitas Brawijaya doang!

Selama manusia hidup, ia pasti membutuhkan validasi dari orang lain, validasi yang memang benar-benar valid dan tidak sekadar guyonan. Validasi dibutuhkan sebagai ajang eksistensi diri di masyarakat. Andai tidak dapat pengakuan dari orang lain, rasa-rasanya seperti ada yang kurang dalam bumbu kehidupan.

Hal serupa juga terjadi pada mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) dan Universitas Negeri Malang (UM), terutama saya atau mungkin kami, mahasiswa UM yang selalu tidak dianggap ada oleh masyarakat (sepengetahuan saya sampai saat ini seperti itu). Apa hubungannya dengan validasi?

Begini. Tiap ada orang luar Malang bertanya saya (atau kalian) kuliah di mana, dan menjawab kuliah di Malang, pasti dikira kuliah di Universitas Brawijaya. Padahal, kampus di kota tersebut buanyak banget. Saya, yang notabene kuliah di UM, jadi bete. Kek nggak ada kampus lain, kek kampus lain nggak dianggap.

Nggak dianggep tuh bikin beteee.

Berangkat dari pernyataan-pernyataan kecil tersebut, kampus yang tetanggaan ini meskipun secara harfiah adem, ayem, tentrem tidak kurang suatu apa pun, diam-diam tiap mahasiswanya memiliki konflik. Tentu saja konflik batin yang tak sampai membuncah hingga menimbulkan kerusuhan.

UB bukan satu-satunya kampus yang ada di Malang

Seperti yang saya jelaskan di awal, jika banyak sekali yang menganggap bahwa kampus yang ada di Malang cuma UB. Untuk menjelaskan kampus lain, seperti UIN, UM, UMM, Polinema, perlu tenaga yang ekstra dan jelas sejelas-jelasnya.

Anggapan masyarakat yang seperti itu sebenarnya tidak masalah dan tidak perlu dipermasalahkan, toh kenyataannya seperti yang saya katakan tadi, jika si Brawijaya memang eksis di kalangan perkampusan. Tetapi, kadang kala, di satu waktu, membuat saya dan beberapa teman saya sebal untuk menjelaskan. Akibat hadirnya anggapan seperti inilah yang satu-dua jenak bikin iri pada kampus tetangga, hehehr.

Masalah kuantitas

Universitas Brawijaya memang punya cakupan jurusan atau prodi lebih luas, sedangkan UM adalah kampus kependidikan sehingga cakupan jurusan atau prodi hanya yang beririsan dengan kependidikan. Bukan lagi barang anyar jika kampus tetangga yang hanya beda satu huruf ini memiliki kesenjangan dalam hal kuantitas (lebih cocok dikatakan perbedaan).

Sebenarnya, baik UB ataupun UM memiliki kuantitas yang menjadi keunggulan masing-masing. Bila UB terdiri dari gedung-gedung yang tinggi menjulang atau gapura yang terlihat estetik dan kental dengan kebudayaan, maka UM memiliki stadion sepak bola atau memiliki Graha Cakrawala—tempat gelaran konser berbagai universitas di Malang.

Apakah perkara kualitas UB lebih unggul, hingga ia jadi top of mind mahasiswa Malang?

Kalah peringkat, beda gaya hidup

Masalah kualitas

Tidak hanya masalah kuantitas, masalah kualitas di kedua universitas tetanggan ini sering memicu perdebatan. Padahal sejatinya tak ada yang menjadi masalah atau dipermasalahkan. Hanya saja masing-masing mahasiswa di kedua kampus ini sering kali sindir-sindiran di media sosial.

Misalnya, pemeringkatan versi Times Higher Education World University Rankings (THE WUR) 2023, UM punya ranking yang lebih baik ketimbang UB. Dari keterlemparan itu, banyak mahasiswa UB di media sosial menganggap bahwa lembaga pemeringkatan itu tidak valid, pun dengan alasan tidak dijadikan panduan pemeringkatan oleh Kemendikbudristek. Demikian, mahasiswa UM yang membalas cibiran itu dan berujung adu ketik.

Gaya hidup

Dari tadi, saya nggak bicara kenapa orang-orang selalu menganggap kuliah di Malang itu pasti di Universitas Brawijaya. Saya tak tahu betul alasannya secara pasti, tapi kalau boleh menduga, selain nama UB yang tak bisa dimungkiri begitu menonjol, mahasiswa UB memang terlihat stand out.

Kalau kalian kuliah di Malang, saya yakin kalian bisa paham mana yang mahasiswa UB, mana yang bukan. Auranya kerasa gitu. Selain itu, terlihat dari gaya hidup mahasiswa UB yang hedon.

Saya nggak ngatain gaya hidup mereka ya. Itu mah pilihan masing-masing. Tapi memang itulah cara membedakan mahasiswa UB dengan yang lain. Lihat aja kampusnya, banyak (banget) mobil berjejer. Selain itu, penampilan mereka memang stand out. Ya, kalau orang akhirnya jadi familiar sama UB, nggak kaget karena memang lebih terlihat.

Sedangkan mahasiswa kampus lain di Malang, ya selayaknya mahasiswa pada umumnya. jadi ya kalau orang kurang paham, ya maklum lah. Toh nggak masalah juga, orang bukan itu yang dikejar.

Tapi, lagi-lagi, bagi klean orang luar Malang, plis ya, banyak kampus lain di Malang. Jangan langsung menghakimi kalau orang kuliah di Malang pasti kuliah di UB. Di kota lain pun begitu, mggak semua mahasiswa di Jogja anak UGM semua. Nggak semua mahasiswa di Solo anak UNS semua. Camkan itu!

Penulis: M. Isnaini Wijaya
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 4 Hal Nggak Enaknya Menjadi Mahasiswa Universitas Brawijaya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version