Menjadi cantik dan tampan adalah keinginan setiap orang. Namun berhubung saya adalah perempuan, maka yang saya inginkan adalah terlihat cantik. Dengan dorongan itu, maka bukan hanya saya—tapi seluruh perempuan pasti akan mengupayakan segala cara untuk mewujudkan keinginannya menjadi cantik. Caranya bisa bermacam-macam, ada yang selalu memperbarui outfit, memoles make up, menggunakan skincare, atau bahkan bisa perawatan seluruh tubuh.
Oh tapi sayangnya, bagi perempuan yang sehari-hari terlihat biasa aja dan tiba-tiba berpenampilan cantik, akan memunculkan respon keterkejutan bagi orang-orang di sekitarnya. Salah satu contohnya adalah pertanyaan yang (mungkin) sering kita dengar tumben cantik, mau kemana?. Jika kalian pernah menanyakan hal ini kepada mereka yang berusaha terlihat cantik tanpa ingin pergi kemana-mana, coba pikirkan bagaimana jika dia merasa minder?
Tentu saja saya tulisan ini tidak ditujukan bagi mereka yang memiliki kepercayaan diri tinggi. Atau mungkin bisa jadi pertanyaan itu sekilas memang tampak biasa saja. Tapi percayalah bagi beberapa perempuan, pertanyaan itu semacam sentilan yang bisa merusak semangatnya untuk bisa tampil cantik.
Begini maksudnya. Mereka yang sebelumnya suka merasa kurang percaya diri dengan penampilannya lalu akhirnya mencoba memperbaiki penampilannya—ya meskipun tidak kemana-mana. Apa memang kalau ingin terlihat cantik harus ketika berpergian saja? Sejujurnya, pertanyaan itu lebih mengarah ke pertanyaan sindiran untuk perempuan yang setiap harinya berwajah jelek biasa aja.
Pertanyaan itu seolah-olah menjadi simbol keterkejutan dan ketidakberterimaan seseorang atas perubahan individu lain yang lebih baik. Jadi sebenarnya pentingkah pertanyaan itu ditanyakan saat kita melihat seseorang tampil beda?
Pertama-tama sebagai perempuan yang pernah mengalami hal seperti ini, saya ingin meluruskan kepada kalian yang pernah menanyakan pertanyaanSebagai perempuan yang pernah mengalami hal seperti ini, saya ingin meluruskan kepada kalian yang pernah menanyakan pertanyaan tumben cantik, mau kemana?. Bagi saya pribadi, menjadi cantik itu bisa dengan atau tanpa make up alias relatif. Kebetulan waktu kejadian itu saya alami, saya memang sedang tidak menggunakan make up. Tapi anehnya, pertanyaan itu tetap ditujukan bagi saya.
1.Menjadi pengguna pemula skincare
Pertanyaan-pertanyaan itu juga seringkali muncul jika seseorang terlihat cantik tanpa make up sekalipun. Bisa jadi ia hanya menggunakan sebuah produk skincare yang membuat wajahnya menjadi lebih segar dari biasanya. Tapi pertanyaan tumben cantik, mau kemana?, seperti menjadi penanda bahwa sehari-harinya mereka ini tidak cantik, yang berbeda hanyalah karena bisa jadi ia baru jadi pengguna skincare.
Jadi untuk memenuhi kebutuhan kepo anda-anda sekalian, tanyakan pertanyaan lain seperti “Apa kamu memakai skincare? Wajahmu terlihat lebih cerah dari sebelumnya.” Saya yakin kadar ejek yang dapat merundungnya bisa lebih kecil dari pada pertanyaan tumben cantik, mau kemana?. Bisa jadi pertanyaan itu menyentil sisi kesensitifannya sebagai perempuan.
2. Ingin menjajal baju baru yang tidak biasa dari biasanya
Terkadang pertanyaan itu juga bisa muncul karena pakaian yang dikenakan. Seakan-akan perempuan boleh terlihat menarik hanya ketika akan berpergian dan tidak pada hari-hari biasa. Tentu saja ini berhubungan erat dengan kebiasaan perempuan yang suka memakai daster atau baju babydoll. Lalu adanya perubahan penampilan baju seolah-olah jadi hal yang tidak biasa. Maka munculah pertanyaan itu.
Untuk meminimalisasi pertanyaan yang menimbulkan makna ganda, sebaiknya perlu mengganti pertanyaan tumben cantik, mau kemana? bisa dengan pertanyaan lain seperti, “Ciye, pakai baju baru ya? Beli di mana?”. Dengan begitu mereka sendiri yang akan menanyakan tentang penampilannya—apakah mereka cantik (pantas) menggunakan baju itu atau tidak? Sebaiknya coba pikirkan lagi untuk menjawab pertanyaan ini yhaaa~
3. Sedang belajar tutorial make up
Untuk yang satu ini khusus mereka-mereka yang biasanya tanpa menggunakan make up dan kebetulan terlihat berbeda karena menggunakan make up. Seseorang yang melihat itu, biasanya memang akan mengira ia akan menghadiri sebuah acara. Namun ada baiknya pertanyaan seperti tumben cantik, mau kemana? diganti. Karena bisa jadi, pertanyaan itu akan mengubah kebiasaannya—dari tidak suka make up dan tidak narsis, menjadi kebalikannya.
”Lagi belajar make up? Belajar make up dimana? Pantas sekali dengan tipikal wajahmu”. Saya yakin pertanyaan itu akan terdengar jauh lebih baik. Bertanya sekaligus memuji dengan cara yang baik justru akan meningkatkan kepercayaan diri seorang perempuan. Eits, bukan berarti perempuan adalah manusia yang narsis ya?
Jika di antara kalian ada yang memiliki perspektif lain soal pertanyaan ini dan akan mengatakan, “Kami kan memang heran, mereka terlihat beda dari biasanya. Kami kira mereka akan berpergian. Lagi pula kami berniat memuji”. Memuji sama sekali tidak salah. Tapi, mengutarakan kalimat perlu dipertimbangkan juga kan bagaimana dampaknya? Bagaimana jika pujian kita justru menimbulkan penafsiran ganda? Coba pikirkan soal parafrasa. heuheu (*)