Pasti semua orang pernah menonton kartun, misalnya Sofia The First, Donald Duck, Doraemon, dan lain-lain. Selama menonton, Anda terbiasa memahami cerita berdasarkan sudut pandang pemeran utama dalam kartun tersebut dan mengesampingkan tokoh figuran yang secara umum hanya digunakan untuk menambah kesan dalam kartun. Nah, bagaimana jika anda memahami cerita berlandaskan sudut pandang tokoh figuran?
Setiap orang memiliki versi kebenaran yang berbeda-beda. Dalam ulasan kali ini, saya akan mengajak anda semua untuk mendalami cerita salah satu kartun melalui sudut pandang tokoh figuran, di mana mereka memiliki versi cerita yang berbeda dari cerita tokoh utama.
Mari kita ambil contoh Plankton dari serial kartun SpongeBob Squarepants. Dalam kartun tersebut, Plankton digambarkan sebagai mikroorganisme laut dengan sifat antagonis yang selalu gagal membangun bisnisnya yang bernama Chum Bucket. Mungkin anak-anak akan menertawakan setiap kegagalan Plankton saat hendak mencuri resep Krabby Patty. Ini menandakan bahwa mereka berpaku pada sudut pandang sang tokoh utama, SpongeBob.
Namun, bagaimana jika kita melihat dari sudut pandang Plankton?
Sheldon James Plankton, atau kerap disapa Plankton, adalah pebisnis yang gagal membangun usahanya. Seluruh usaha yang sudah ia kerahkan pun masih belum mampu membawa nama Chum Bucket sebaik Mr. Krab mengembangkan Krusty Krab. Hingga langkah terakhir yang ia gunakan adalah mencuri resep formula dari balik brankas di ruang kerja Mr. Krab, mengikuti jejak Mr. Krab menjual Krabby Patty dan menarik seluruh pelanggan Krusty Krab. Sayangnya, sejak kecil menonton sampai sekarang pun, Plankton belum berhasil mendapatkan resep Krabby Patty.
Terdapat banyak kegagalan yang kita rasakan dalam kehidupan, dan kegagalan tersebut tidak jauh berbeda dengan apa yang Plankton alami. Gagal membangun usaha, stres berat, lalu mulai menghalalkan segala cara untuk kembali membangun usaha tersebut. Banyak kejadian seperti ini dalam kehidupan nyata, bahkan kita sering melihatnya di sinetron yang tayang setiap harinya.
Jika kita menelusuri lebih dalam tokoh Plankton ini, eksistensi Plankton sebagai makhluk hidup cukup dipertaruhkan. Hidup tanpa pemasukan disertai usahanya yang selalu gagal, namun Plankton tidak pernah menyerah. Walaupun yang dilakukannya salah, namun ia tetap berusaha untuk mencuri resep Krabby Patty setiap waktu. Kita dapat mengambil satu kesimpulan bahwa Plankton menghargai segala kesempatan yang ia punya untuk membangun kembali Chum Bucket.
Untuk urusan rumah tangga, Plankton hanya tinggal bersama istrinya yang bernama Karen, dengan wujud komputer yang terlihat sering—bahkan selalu berselisih paham dengan ide-ide Plankton yang diketahui akan berujung gagal.
Walaupun begitu, belum ada episode yang menyatakan bahwa Plankton dan Karen bercerai. Paling jauh hanya saat Karen kabur dari Chum Bucket bersama barang bawaannya, namun ia berhasil kembali lagi.
Bila dilihat dalam realitas, banyak terjadi perceraian akibat faktor kemiskinan, yang penyebabnya adalah gagal atau bangkrut dalam membangun suatu bisnis. Dalam situasi yang dialami Plankton, Karen bisa saja menceraikan Plankton karena tidak menjalankan kewajiban sebagai suami dan mencari pria yang lebih baik lagi, seperti Mr. Krab misalnya. Namun, Karen tetap mempertahankan kehidupan rumah tangganya bersama Plankton dalam menghadapi masa-masa sulitnya. Ia benar-benar menepati setiap janji pernikahan ketika ia dan Plankton menikah.
Bukan hanya dari kartun SpongeBob Squarepants saja, masih banyak kartun lain—bahkan film lain dengan figuran yang membawa jutaan pesan meskipun perannya tidak terlalu signifikan. Dalam kartun SpongeBob Squarepants pun, masih banyak tokoh figuran yang sudut pandangnya bisa kita analisa. Squidward Tentacles si gurita congkak, Mrs. Puff sebagai guru yang lelah dengan tingkah laku SpongeBob, Pearl yang berjuang dengan kehidupan hedonisme ala remaja, dan masih banyak lagi figuran yang sangat relatable dalam kejadian sehari-hari.Â
Setelah membaca ulasan ini, saya ingin mengajak Anda semua untuk kembali merenungkan bagaimana para animator mengemas kartun sedemikian rupa dengan banyak makna tersirat dari setiap adegannya. Bagi anak-anak, mungkin mereka menikmati kartun karena ceritanya yang mudah dimengerti serta animasi yang dibuat semenarik mungkin. Namun, bila kita menelusuri lebih dalam, banyak peristiwa yang bisa kita pelajari dan berguna untuk kehidupan kita sendiri.
Saya harap, kedepannya Anda semua mulai menghargai keberadaan para tokoh figuran yang bersedia mempermanis jalannya cerita di dalam kartu dengan mempelajari peran-perannya.
BACA JUGA Andai SpongeBob Jadi Seorang HRD yang Menolak ‘Orang Dalam’ di Suatu Perusahaan.