Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Piala Menpora dan Salah Kaprah Publik Memahami Turnamen Pramusim

Fajar Hikmatiar oleh Fajar Hikmatiar
25 Maret 2021
A A
piala menpora turnamen pramusim mojok

piala menpora turnamen pramusim mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Turnamen Piala Menpora baru-baru ini gelar sebagai pelepas dahaga publik setelah sepakbola Indonesia terhenti sejak Maret 2020 lalu. Turnamen ini digadang-gadang sebagai tolok ukur kesiapan—baik dari sisi panitia atau klubnya sendiri—untuk menggelar kompetisi Liga 1 musim 2021. Dengan arti kata lain, Piala Menpora ini adalah turnamen pramusim.

Dengan statusnya sebagai turnamen pramusim, harusnya gelaran ini digunakan untuk mempersiapkan tim dengan sebaik mungkin. Entah itu meramu komposisi pemain, meracik taktik dan strategi, maupun mematangkan mental, dan chemistry para pemain. Tapi kadang, di Indonesia, turnamen pramusim kerap disalahartikan dengan dianggap sebagai turnamen serius, padahal sifatnya hanya uji coba biasa saja.

Berbagai turnamen pramusim di Indonesia seperti, Inter Island Cup, Piala Presiden, Piala Gubernur Kaltim, hingga sekarang Piala Menpora, selalu dianggap sebagai gelar prestisius. Padahal (lagi-lagi), turnamen ini hanya uji coba untuk mematangkan tim.

Suporter klub Indonesia seakan bangga ketika klub kebanggaannya menjuarai turnamen sekelas pramusim. Apalagi jika dalam perjalanannya mengalahkan klub musuh bebuyutan. Hal ini diperparah dengan klubnya sendiri yang seakan memang mati-matian memburu gelar pramusim ini. Melihat hal demikian, saya jadi tidak heran, mengapa tidak ada klub Indonesia yang berprestasi di kancah Asia. Lha wong mentalnya saja hanya sekelas pramusim kok.

Indikator klub yang sangat serius saat turnamen pramusim di antaranya kerap memecat pelatih apabila hasil yang diraih tidak sesuai ekspektasi (baca: juara). Sering melihat kan klub Indonesia memeecat pelatihnya ketika hanya mentok di fase grup? Padahal, ini hanya uji coba lho, segalanya juga belum matang. Masih perlu latihan lagi untuk membangun mental dan chemistry. Masa begitu aja dipecat.

Hal seperti itu mustahil ditemukan di kompetisi Eropa. Ayolah, mana pernah sih Real Madrid atau Bayern Munchen pecat pelatih hanya karena gagal di turnamen International Champions Cup yang biasanya digelar sekitar bulan Juli itu?

Kesalahan dalam mengartikan turnamen pramusim ini memiliki dampak yang cukup serius. Pada gelaran Piala Menpora ini, Patrich Wanggai mendapat perlakuan berbah rasial di kolom komentar sosial medianya setelah laga PSM melawan Persija kemarin. Patrich sendiri mencetak gol untuk kemenangan PSM di laga itu. Pelaku rasis tersebut diindikasi kecewa atas kekalahan timnya di turnamen pramusim ini yang lantas melampiaskannya pada Patrich Wanggai yang mencetak gol di laga itu. Terlepas dengan benar atau tidaknya ada provokasi yang dilakukan olehnya, rasisme adalah hal yang haram dilakukan.

Saya juga melihat banyak sekali komentar-komentar negatif yang menyerang klub ketika kalah dalam pertandingan dalam turnamen ini. Banyak yang meminta tim bermain becus, dan menuntut untuk memenangkan pertandingan. Hey, Bung, ini klub udah satu tahun lebih vakum, dan Anda hanya menuntut menang?

Baca Juga:

Piala Menpora 2021, Mengatasi Masalah dengan Menambah Potensi Masalah

Rasanya aneh aja gitu, ketika klub dan para pemain sudah tidak lagi merasakan kompetisi resmi selama satu tahun, tapi tetap menuntut untuk menang. Berbanding terbalik dengan tujuan awal dari digelarnya turnamen ini sebagai pembuka kompetisi resmi, sebagai tolok ukur kesiapan, sebagai partai uji coba. Masa yang dituntut hanya menang dan juara? Bukannya lebih baik nikmati saja? Katanya pada kangen nonton bola.

Ini semua, lagi-lagi, berasal dari mindset lokal yang berpikir bahwa menang adalah segalanya. Tak peduli kelas apa pun turnamen itu, sing penting menang, Browww!

Mungkin ada yang berkelit, “Yah kan lumayan uang hadiahnya untuk operasional klub”. Lho, memang sesulit apa finansial klub Anda sampai-sampai harus bergantung pada uang hadiah pramusim? Iya tau lagi kondisi serba sulit seperti sekarang, cari sponsor pun sulit, lha tapi kok bisa gitu ngasih kontrak ratusan juta (bahkan mungkin miliaran) rupiah ke pemain lokal berlabel timnas yang padahal tidak bagus-bagus amat. Salah klubnya sendiri dong.

Permasalahan sepak bola Indonesia ini saya rasa sulit dan bercabang. Satu masalah menelurkan masalah lain yang pada akhirnya sulit untuk diselesaikan. Namun, sepertinya, akar dari semua permasalahan ini ada pada mindset atau pola pikir para pelaku sepak bola di Indonesia. Yha salah satunya pola pikir yang salah kaprah soal turnamen pramusim ini. Menang di Piala Menpora saja rasa-rasanya sudah seperti menang di Liga Champions. Awoakwowkwok.

BACA JUGA Sepak Bola Indonesia Sudah Bermasalah dari Hulunya: Curhatan Pemain Tarkam dan tulisan Fajar Hikmatiar lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 25 Maret 2021 oleh

Tags: piala menpora
Fajar Hikmatiar

Fajar Hikmatiar

Cuma mas-mas biasa yang hobi banget nonton bola.

ArtikelTerkait

jadi presiden selama sehari lambang negara jokowi nasionalisme karya anak bangsa jabatan presiden tiga periode sepak bola indonesia piala menpora 2021 iwan bule indonesia jokowi megawati ahok jadi presiden mojok

Piala Menpora 2021, Mengatasi Masalah dengan Menambah Potensi Masalah

19 Februari 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.