Ada sebuah mutiara yang terletak di pesisir barat Sumatera, tepatnya di Provinsi Lampung, yang menyimpan sejuta keindahan yang tak banyak orang luar daerah tau apalagi menjamahnya. Dengan luas 2.953,48 km² Pesisir Barat menyimpan keindahan pasir putih yang masih bersih serta buih lautan nan mempesona. Sepanjang Kabupaten ini merupakan garis pantai yang tak ada habisnya. Sebenarnya tak sedikit wisatawan mancanegara yang datang dan berlibur untuk bermain selancar di tanah ini. Yap, Pesisir Barat ini memiliki ombak yang indah dan cocok dijadikan area berselancar, bahkan kerap menjadi tuan rumah dalam ajang selancar Internasional.
Perjalanan menuju surga tanah Sumatera ini cukup panjang dari Kota Bandar Lampung , memakan waktu hampir satu hari. Sebenarnya menuju tempat ini bisa melewati dua alternatif jalur, namun saya sendiri terbiasa melewati jalur dari arah Kota Liwa. Dari Liwa menuju Kabupaten Pesisir Barat ini harus melewati jalanan yang cukup berkelok-kelok dan yang kanan kirinya merupakan tebing dan jurang yang cukup curam, juga karena lokasi Pesisir Barat ini cukup rendah dari permukaan laut sedangkan Kota Liwa berada di bukit yang cukup tinggi sehingga jika tidak terbiasa akan membuat telinga berdengung karena perubahan ketinggiannya.
Kabupaten Pesisir Barat ini cukup baru, ia merupakan pecahan dari Kabupaten Lampung Barat sehingga suasananya masih benar-benar asri, desa-desa yang tersusun rapi, dan untuk fasilitas-fasilitas umum juga belum ramai di sini.
Mungkin salah satu spot wisata yang cukup dikenal adalah Pulau Pisang, yang mana untuk menjangkaunya memerlukan akses penyebrangan berupa jukung, yakni kapal yang mirip perahu yang dibantu oleh tenaga mesin. Tidak jauh dari Pulau pisang ada sebuah daerah bernama Tebakak yang memiliki ombak pemecah karang yang sangat indah, sangat cocok untuk berfoto ataupun berlibur di lokasi ini. Namun, sayangnya daerah Tebakak ini bukan diperuntukkan untuk mandi karena sangat berisiko tinggi.
Selain Tebakak, daerah yang cukup banyak pengunjungnya adalah Labuhan Jukung yang mungkin sudah menjadi situs resmi yang terkenal di Pesisir Barat. Labuhan Jukung sendiri berarti tempat untuk Jukung berlabuh, seperti yang sudah saya sebutkan di atas bahwa jukung merupakan kapal khas daerah sana yang berenergikan masin. Para pelancong dan penjual sudah cukup ramai di sini, walaupun kebanyakan memang orang-orang lokal. Ombaknya cukup ramah, maka dari itu di daerah sini pengunjung diperbolehkan untuk mandi.
Selanjutnya sampai pada desa yang selalu saya rindu, Tanjung Setia namanya. Ombaknya benar-benar ramah, namun di balik keramahannya ada juga spot yang memang menjadi wilayah pegiat selancar untuk menjalankan hobinya. Di bibir pantai terdapat banyak terumbu karang yang masih terawat, bintang laut yang indah, ganggang, serta rumput laut yang masih melimpah. Ada lagi hewan laut yang biasa kami sebut amumang/umang-umang dengan berbagai ukuran dan biasa dibawa pulang oleh pengunjung untuk dibawa ke rumah sebagai oleh-oleh. Perawatan umang-umang ini tidak sulit, hanya pastikan umang-umang selalu dalam kondisi basah dan beri ia makan berupa daging kelapa.
Mata pencaharian utama penduduk desa ini adalah nelayan yang hasilnya dapat dikonsumsi sendiri ataupun dijual. Puluhan bahkan ratusan jenis makanan laut ini dikirim ke berbagai kota di luar Pesisir Barat. Air lautnya yang stabil serta hangat sangat berpotensi untuk menjadi rumah berbagai hewan laut, termasuk di dalamnya hewan yang cukup langka yaitu black marlin, atau biasa penduduk sini menyebutnya ikan Tuhuk. Black marlin ini merupakan salah satu ikan tercepat di dunia yakni dengan kecepatan 82 mph (120 kaki/s), memiliki kadar protein dan vitamin yang sangat tinggi, tak heran jika ikan ini sangat diburu para penggiat makanan laut. Selain itu ikan yang hanya dapat ditemukan di beberapa titik perairan di dunia (termasuk di dalamnya Pesisir Barat) ini menjadi salah satu kekayaan laut Indonesia.
Maka dari itu, mutiara terpendam Indonesia ini harus tetap dijaga kemilaunya karena beberapa tahun terakhir tak sedikit perubahan terjadi di area pantai, yakni dengan kondisi bibir pantai yang tidak sebersih dulu serta warna pasir yang tak lagi putih seperti dulu. Indonesia kaya, tak ada ragu lagi tentangnya. Indonesia layak untuk dicinta, tanpa kiat-kiat, pun tanpa syarat. Dan kini, salah satu mutiara Sumatera memanggil, mempertahankannya untuk tetap berharga, dan mencintainya untuk tetap jadi surga.
BACA JUGA Urutan Karakter Utama yang Punya Sifat Paling Realistis dalam Drama Korea Start-Up