Pesan Penting dari Anak Broken Home untuk Anda yang Gemar Julid Isu Perceraian

Magang di Pengadilan Agama Bikin Saya Lebih Realistis dalam Memandang Pernikahan broken home

Ilustrasi perceraian

Muak. Jujur saya sudah cukup muak melihat pemberitaan ataupun kabar isu perceraian yang terus saja digoreng oleh media-media atau netizen. Apalagi akhir-akhir ini terdapat kabar perceraian salah satu selebgram atau artis yang sedang bergulir. Tidak perlu saya sebut namanya pasti Anda-anda sudah tahu siapa beliau yang saya maksud.

Mengejutkannya lagi rasanya apabila tidak mengikuti setiap proses hubungan mereka ini. Netizen seperti sangat lapar dan haus akan gosip tersebut sampai-sampai bisa membuat netizen ini sakit atau meninggal kalau ketinggalan.

Isu perceraian dalam suatu hubungan perkawinan menurut saya adalah hal yang betul-betul sangat privat dan sangat sensitif level dewa. Tidak mudah untuk membicarakan perkara ini. Sebab, saya paham betul bagaimana rasanya menjadi korban dalam perceraian suatu perkawinan. Maka saya sangat heran dan kebingungan setengah mati mengapa netijen atau masyarakat gosipers masih saja ingin tahu perceraian seseorang.

Wahai para netizen tolong baca tulisan ini. Begini saya coba jelaskan mengapa tindakan kalian perlu berhenti sekarang juga.

Perceraian pada intinya adalah melakukan pemutusan hubungan. Hubungan dalam hal apa? Hubungan dalam hal yang membutuhkan perasaan dan sangat intim. Jadi saya bisa ibaratkan bahwa perceraian ini sama saja seperti orang pacaran tapi tiba-tiba putus. Perbedaannya, orang yang melakukan perceraian ini levelnya sudah masuk stadium akhir. Bukan hal yang bisa diremehkan lagi.

Sekarang begini. Bayangkan saja dirimu yang baru saja putus dari pacarmu itu atau baru mau putus. Seperti baru muncul ada isu-isu miring kalau hubungan pacaranmu ini goyang dan tidak lama lagi diprediksi akan berakhir. Nah, lagi dalam keadaan seperti itu, semua orang dalam duniamu sudah tau kabar tersebut dan menggosip di belakangmu atau di depanmu juga. Dari teman dekatmu, teman nongkrongmu, sampai teman yang cuma sekadar sapa juga ikutan ngegosip. Kira-kira apakah Anda merasakan kenyamanan dalam situasi tersebut?

Isu atau hal yang sangat privasi dalam hidupmu sudah terbongkar dan menjadi buah bibir di lingkunganmu. Padahal baru urusan putus hubungan pacaran. Sudah sangat tidak enak bukan?

Tepat, itulah rasanya jadi pusat perhatian dalam isu perceraian.

Sebagai orang yang pernah terlibat dalam proses perceraian yakni sebagai korban perceraian. Proses dalam mendapatkan status anak broken home terasa sangat-sangat berat. Dari sudut pandang sebagai anak saja, melihat kedua orang tua yang sudah bertahun-tahun bersama dalam suka duka pahit manis kehidupan. Kemudian saya menjadi saksi proses berpisahnya mereka berdua. Saya sudah merasa tidak kuat dan getir sekali rasanya menelan pil kehidupan satu ini.

Hanya sebagai saksi saja saya sudah tidak sanggup, bagaimana dengan beliau-beliau yang menjalani hal tersebut secara langsung? Dua sejoli yang akhirnya memutuskan untuk saling berpisah dari tali suci yang dahulu pernah menyatukan mereka. Membayangkan saja saya tidak sanggup.

Ada satu momen yang betul-betul saya rasakan bahwa menjalani perceraian itu sangat-sangat berat. Momen itu ketika keluarga kecil saya melakukan ibaratnya “diskusi” terakhir apa yang sedang terjadi. Hasil akhir diskusi keluar dengan hasil yang tidak diinginkan. Saya masih ingat betul momen Bapak saya dengan raut mukanya yang mencoba tegar di hadapan anak-anaknya. Mencoba meyakinkan bahwa semua yang terjadi kedepan akan baik-baik saja dan Kami sebagai anaknya tidak perlu risau.

Akan tetapi, setelah momen itu pula Bapak saya pamit sejenak untuk menenangkan diri. Dimana saya sebagai seorang anaknya yang melihat jatuh bangunya kehidupan Bapak saya sedari kecil hingga saat itu. Belum pernah melihat beliau sampai berpamitan sejenak kepada Kami untuk menguatkan diri menghadapi permasalahan perceraian itu. Mungkin bahasa sederhananya seperti mengurung diri dalam kamar tapi tidak ingin terkesan mencuekan orang luar. Menurut saya, perceraian tersebut benar-benar memukul benteng pertahanan Bapak saya.

Sejak saat itu saya betul-betul belajar dan memahami untuk tidak sekalipun mengorek, mengikuti, atau seakan-akan mengejar gosip dalam hal privasi kehidupan seseorang terlebih masalah perceraian. Saya tidak tahu apa yang menjadi motivasi atau dorongan orang-orang sampai ingin tahu perceraian seseorang. Entah itu idolamu atau bukan. Sudahlah apa yang sedang dialami oleh orang tersebut. Lebih baik jangan terus-terusan digoreng atau bahkan disebarluaskan.

Kalaupun memang kenyataan pahit yang sedang terjadi seperti itu. Ya sudah, jangan malah kita sebagai orang luar makin memperkeruh kondisi mereka yang sedang dilanda masalah. Menunjukan empati, simpati dan dukungan kepada mereka masih banyak sekali cara yang bisa dilakukan. Tapi, yang jelas menyebarluaskan dan menggoreng isu pribadi mereka bukanlah satu dari hal tersebut.

Terakhir, sebelum bertindak semakin jauh ataupun mengganggu kehidupan orang lain. Meskipun Anda ini hanyalah butiran debu dalam gurun internet yang sebenarnya orang tersebut tidak mengetahi anda. Tapi, tetaplah ingat Bro, apa yang akan tanam itu yang akan Anda tuai.

BACA JUGA Pernikahan yang Didasari Cinta Mengapa Bisa Berakhir Seumur Jagung? dan tulisan Dimas Purna Adi Siswa lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version