Pertemanan kayak di Film Arisan! Itu Beneran Ada Nggak, sih?

Pertemanan kayak di Film Arisan! Itu Beneran Ada Nggak, sih? terminal mojok.co

Pertemanan kayak di Film Arisan! Itu Beneran Ada Nggak, sih? terminal mojok.co

Sebuah film yang gila, pernah menggebrak Indonesia sebanyak dua kali. Arisan!, karya seni yang berhasil mengguncang dunia perfilman lewat dua serinya. Tentu film ini penuh kontroversi dan tak lepas dari kritik tajam banyak pihak. Ada isu-isu sensitif nan berbahaya di sini. Kondisinya udah nggak nyrempet lagi, tapi benar-benar terpampang nyata dan sengaja diangkat. Tapi, justru itu bagus karena isu semacam itu memang ada di sekitar kita, tapi jarang ada yang berani mengemukakannya ke publik.

Di Arisan!, selain LGBT dan kesenjangan sosial, isu soal pertemanan adalah salah satu hal yang menarik dari film ini. Konsep pertemanan para tokoh utamanya sangat menarik. Ini bukan cerita semacam sitkom Friends atau pertemanan di film-film lainnya. Pasalnya, permasalahan pertemanan di film ini lebih kompleks dan nyata di sekitar kita.

Di film Arisan! pertama, seorang Sakti takut untuk berterus terang tentang kondisinya pada teman dan keluarganya. Ia menyembunyikan keadaan dirinya sekian lama. Ia mencari bantuan ke psikiater hingga mengonsumsi obat-obatan aneh dari internet. Pada akhirnya, ia ketahuan juga. Nyatanya, Sakti punya teman yang bisa menerimanya tanpa sedikit pun menghakimi.

Begitu juga yang terjadi pada Meimei dan Andien. Mereka terpuruk. Harta dan karier yang bagus tak menjadikan hidupnya baik-baik saja. Namun, mereka semua saling mendukung, saling menguatkan, dan saling percaya. Meski tentu saja, itu semua tidak terjadi begitu saja.

Di film Arisan! kedua, keadaan berubah drastis. Lita, pariban dari Sakti punya anak di luar nikah. Anehnya, tak ada yang mencibir, termasuk keluarganya. Kalau di kampung saya, anak yang bernasib seperti Talu, pasti dijauhi orang-orang dan tak punya teman. Apalagi Lita tak ingin menikah dan nggak ngasih tahu siapa bapaknya Talu, sudah pasti ia dihujat habis-habisan sama tetangga. Lita menjadi pengacara dan hendak masuk dunia politik, tentu saja keadaan tersebut jadi bahan gorengan yang empuk.

Sakti dan Nino yang di film pertama berpacaran, akhirnya putus dan punya pasangan masing-masing. Namun, keadaan tetap kondusif karena kawan-kawan mereka saling jaga. Nino yang baru bikin film soal LGBT juga dapat serangan, tapi teman-temannya ada untuk mendukung. Begitu pula respons teman-temannya dengan kondisi Meimei yang ternyata mengidap kanker.

Mereka punya sirkel yang positif, sesuatu yang jarang bisa kita dapatkan. Bisa jadi kawan kita yang toksik atau justru diri sendiri yang jadi sumber masalah. Tapi, mereka tidak begitu. Nggak ada yang fake dan ngomongin dari belakang. Kalau setuju ngomong setuju, nggak suka juga ngomong nggak suka. Ada komunikasi yang terjalin dengan apik di antara mereka.

Sayangnya, hidup tak semudah itu memberi jalan keluar. Justru banyak yang terkena masalah karena pertemanan. Memiliki pertemanan sebaik di Arisan!, merupakan berkah yang tak terhingga. Memiliki orang-orang yang mampu menerima dan membantu kita adalah anugerah. Namun, daripada terlalu ribet dengan berharap punya sirkel pertemanan seperti itu, lebih baik kita yang menyiapkan diri jadi teman yang baik untuk orang lain. Tepatnya, menjadi baik, bukan mudah dibodohi.

Sumber Gambar: YouTube Ajid

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version