Tempo hari kawan saya menulis cerita di dinding Facebook-nya tentang apa yang dia alami saat makan malam di restoran Italia favoritnya. Saat itu, dia memesan pizza dan beef lasagna untuk menu makan malam. Dia menikmati pizzanya langsung dengan tangan, ndak pakai pisau, garpu, dan tetek bengek lainnya itu. Alih-alih ingat table manner, blio membersihkan sisa krim dan saus dari lasagna yang masih tersisa di piring dengan potongan roti.
Saat sedang asyik membersihkan piringnya, sekumpulan anak muda di meja sebelah ternyata dari tadi mengamati dan membicarakan teman saya tersebut. Mereka heran dengan cara makan teman saya, karena di restoran mahal kok makan pizza pakai tangan. Sudah gitu makannya tak bersisa lagi karena sudah dibersihkan dengan roti. Dibilang kampungan dan jorok, bahkan ada yang mengambil foto secara diam-diam. Bukannya berburuk sangka, tapi pasti untuk diunggah pada media sosial dengan caption-caption yang merendahkan.
Saya pun meninggalkan komentar pada statusnya tersebut, “Yang jelas tidak ada dari mereka sing alumni Prancis atau Italia, Mas”. Agak jumawa tapi biarlah, toh pada kenyataannya orang-orang Prancis dan Italia yang saya temui ya makan pizza dan membersihkan sisa saus di piring dengan roti. Ndak usah jauh-jauh ke Eropa lah, saya pun kalau makan nasi Padang atau makanan bersaus, piringnya bisa sampai mengkilap tak sapu bersih pakai jari atau lauk yang tersisa.
Saya rasa sudah banyak yang membahas tentang kelebihan makan langsung dengan tangan. Selain membuat suasana di ruang makan menjadi lebih hangat, makan langsung dengan tangan juga dianggap jauh lebih sehat karena tubuh akan lebih peka terhadap makanan sebagai respons pertemuan antara saraf-saraf di ujung jari dengan makanan yang disantap.
Nah, perkara membersihkan sisa-sisa makanan dengan roti ini yang mungkin masih kontroversial bagi beberapa orang. Saya pribadi 99,9 persen selalu melakukan hal tersebut. Rasanya seperti melakukan dosa besar apabila menyia-nyiakan semua kuah atau saus enak yang sudah tersaji. Sisa 0,1 persennya adalah kejadian yang sangat, sangat langka. Bahkan saya pun hampir ndak bisa mengingat kapan saya ndak melakukan pembersihan piring.
Dulu saya pernah tanya ke kawan-kawan saya di Prancis dan Italia, kenapa kok mereka cenderung melakukan hal tersebut. Menurut penuturan kawan-kawan saya, kegiatan pembersihan piring adalah suatu pujian untuk si juru masak, menandakan bahwa hasil masakannya sangat lezat sehingga tidak ada yang tersisa, walau hanya setetes. Selain itu, pembersihan piring juga sangat membantu petugas cuci piring di dapur. Pantesan dulu tiap kali makan di restoran kok selalu ada roti baguette dan pain. Ya fungsinya ternyata untuk itu.
Lagi pula, kalau saya yang jadi juru masaknya, tentu akan sangat bahagia melihat orang melakukan hal tersebut terhadap karya masakan saya. Pembersihan piring adalah penghargaan tertinggi yang dapat kita lakukan sebagai sebuah apresiasi terhadap karya si juru masak. Sejauh ini sih, belum ada koki atau pelayan yang protes ke saya, kenapa kok piringnya selalu ke dapur dalam keadaan bersih walafiat. Atau mungkin setidaknya belum, ya?
Buat kalian yang belum pernah mencoba, saya sangat menyarankan untuk melakukannya. Dan hal yang paling penting dalam melakukan pembersihan piring adalah tekniknya. Jangan, misalnya, melakukan pembersihan piring dengan satu tangkup roti tawar. Kegedean, Bos! Disobek dulu itu rotinya, baru kemudian dioleskan ke piring yang masih ada sisa-sisa saus atau krim. Kalau studi kasus masakan Indonesia, ya rotinya bisalah diganti sama lauk pauk seperti ayam, tempe, tahu, telur, dan sejenisnya. Ingat, potong kecil-kecil sebagai bentuk kesopanan.
Jadi, pinggirkan dulu tetek bengek table manner. Gunakan tangan kalian, nikmati kelezatan sisa saus, krim, atau bumbu di piringmu itu. Maka hal ini lebih baik bagimu jika kalian mengetahui.
BACA JUGA Pengalaman Table Manner dan Pembuktian Restoran Mahal Porsinya Sedikit dan tulisan Bachtiar Mutaqin lainnya.