Jalan Panjang Menuju Film Legal: Perjuangan Orang Pelosok Kalimantan untuk Sekadar Nonton Film

Siasat Nonton Bioskop 5 Alasan Jam Terakhir Adalah Golden Hour (Unsplash.com) kalimantan

Siasat Nonton Bioskop 5 Alasan Jam Terakhir Adalah Golden Hour (Unsplash.com)

Perjuangan orang Kalimantan pelosok macam saya untuk nonton film legal di bioskop itu nggak kaleng-kaleng. Orang kota besar nggak akan ngarti dah

Sebagai orang yang tinggal di area kecamatan yang minim fasilitas, ada satu kemewahan kota besar yang saya rasa adalah hak semua orang tidak peduli apa status kotanya. Hak yang saya maksud adalah untuk menikmati sinema legal dengan aman dan nyaman. Ya siapa yang tidak mau memiliki akses untuk menonton film bagus setiap harinya. Ya nggak juga tiap hari sih, gaji mepet UMR ya tahu diri aja, cukup kalau ada film yang bagus-bagus aja.

Sayangnya, di Kalimantan, tepatnya di daerah saya tinggal, bioskop hanya ada di kota besar. Jaringan bioskop nasional yang sudah terkenal nyaman, letaknya ratusan kilometer dari rumah. Perlu waktu 6-7 jam berkendara. Namun, saat ini sudah ada jaringan bioskop nasional yang lebih murah tiketnya dan letaknya nggak jauh banget dari rumah. Gaskan nggak nih?

Letaknya hanya 2 jam dari rumah

Ini jebakan sih. Benar bahwa berjarak 2 jam, tapi perlu naik kapal feri lagi. Hal inilah yang selalu kami (movie enthusiast lokal) keluhkan, kenapa ada bioskop tapi letaknya di pulau sebelah???

Dari rumah ke pelabuhan perlu waktu 30-40 menit berkendara, dilanjut naik kapal menyeberangi selat selama 30-40 menit juga. Kemudian lanjut dari pelabuhan seberang ke lokasi bioskop di pusat kota yang lamanya juga 40 menit berkendara. Sudah habis berapa lama hanya untuk satu kali perjalanan? 2 jam lah ya, menit lebihnya saja lagi kurang tambah. Belum lagi kalau hujan, hedeh.

Biaya harian

Karena kita perlu naik kapal feri, maka akan ada tambahan biaya tiket kapal selain biaya bensin motor. Anehnya pergi boncengan akan lebih murah jika dibandingkan naik motor sendirian. Belum lagi biaya beli jajanan di atas kapal. Apalagi kalau perlu makan siang yang dikarenakan jam tayang film yang sesudah siang hari. Ya paling nggak 100 ribu rupiah lah ya ongkosnya.

Harga tiket bundling air minum

Setelah tiba di bioskop dan antre tiket, pengunjung akan membayar harga tiket 35 ribu ditambah harga air minum yang digetok harga 7 ribu rupiah per buah. Mau menolak tapi nggak bisa. Terpaksa diiyakan, ya mau gimana, sudah keputusan manajemen yang saya pikir pasti akal-akalan saja agar tempat ini punya penghasilan tambahan atau biar ada angka cantik penjualan kalau laporan ke pusat.

Terlepas dari keluhan di atas, sejujurnya ya saya sangat bersyukur sekali bahwa bioskop bisa dijangkau lebih mudah. Siapa yang menyangka di pulau sebelah ada yang mau membuka bisnis ini. Berkat bioskop murah tapi nggak murah juga ini. Saya dan teman-teman bisa menonton film lokal dan luar negeri barengan dengan orang di kota besar juga. Ya itu tadi, asal mau menurunkan standar kenyamanan dan misuh dikit.

Itulah rasanya hidup sebagai penyuka film di Kalimantan pelosok kayak saya. Semoga saja, akses bioskop di Kalimantan segera merata dan memudahkan kami, para pencinta film, menonton film secara legal.

Penulis: Muhammad Bayu Andhini
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Jangan Heran, Orang Madura Memang Harus Demo Apalagi Menyangkut Harga Tembakau

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version