Terbilang awet, JKT48 masih bertahan hingga sekarang. Melewati masa girlband atau idol group lokal yang dulu sempat menjamur namun sekarang kukut. Rahasia kenapa JKT48 masih eksis mungkin karena mereka terus melakukan regenerasi hingga kini. Setidaknya, terhitung sudah ada generasi ke 10 sejak pertama dikenalkan pada 2011 silam.
Satu hal yang salut untuk diberikan applause adalah fans JKT48 yang terkenal loyal dan memang garis keras, semacam saya ini. Saya dan teman sejawat lainnya yang merupakan fans JKT48 kadang nggak segan-segan mengeluarkan budget yang lumayan hanya untuk sekadar bersalaman dan berfoto dengan para member JKT48.
Nggak sedikit yang lebih memilih bisa salaman sama member dibandingkan untuk urusan mengisi perut saat uang cekak banget. Budget yang sudah disiapkan nggak tahu kenapa habis seketika, apalagi saat saya kelewat baper.
Layaknya perokok aktif, para penggemar idol group ini sama loyalnya. Jika perokok aktif lebih memilih membeli rokok dibanding satu bungkus nasi Padang sama telur, maka fans garis lempeng JKT48 lebih memilih ketemu sang idola daripada mengisi perut saat ada event.
JKT48 menjadi idola yang dapat ditemui setiap hari di kala fans rindu. Ada juga beberapa event yang bisa membuat fans, termasuk saya bisa ketemu para member, yakni di theater. Selain itu ada event musiman semacam handshake festival, konser ulang tahun dan lainnya.
Untuk bisa berfoto dengan member JKT48, biasanya ada biaya administratif yang harus dibayar, nggak gratis, Sis. Paling tidak, satu kali jepret uang Rp100 ribuan bakal keluar dari saku hanya demi impian bersanding dengan member unyu-unyu.
Di kalangan fans, nggak jarang yang memutuskan berfoto lebih dari sekali untuk melampiaskan kesenangannya. Seperti yang saya lakukan sewaktu JKT48 datang ke Solo tempo hari di salah satu mal. Sebagai “fans far”, fans yang nggak bisa tiap hari ketemu member, saya sangat antusias untuk bisa sekadar mengumbar senyum kepada member JKT48. Melakukan 2shoot untuk memenuhi dinding kamar pun sering saya lakukan.
Belum lagi untuk event handshake, yang mana baik fans, member JKT48 bukan saja bisa bertatapan langsung melainkan juga bisa salaman, saling memandang, lalu bilang sayang saling ngobrol ngalor-ngidul. Kadang karena saking terpesonanya dengan member JKT48 yang cantiknya bak bidadari itu, mulut pun enggan bersuara. Nggak bisa mengucap satu kata pun dan tiba-tiba waktu yang dijatah habis begitu saja. FYI aja nih, lha wong satu tiket cuma dikasih waktu 10 detik.
Waktu yang diberikan sangat cekak bahkan jika dibandingkan dengan Instastory masih kalah panjang durasinya. Satu tiket handshake biasanya diberikan sebagai bonus yang didapat dari pembelian single baru seharga Rp40 ribu, ada juga DVD yang harganya Rp80 ribu sih.
Selain itu, sebagai daya tarik dan alasan kenapa JKT48 masih saja eksis sampai sekarang ini yakni cara mereka menganggap fans. Member diharuskan untuk ramah dan terlihat care kepada semua penggemar. Didukung dengan paras cantik dan imut yang dimiliki mereka, siapa juga yang nggak terpana. Tak jarang hal ini membuat saya dan beberapa fans lainnya terbawa perasaan memiliki. Akhirnya kami pun kelewat baper.
Bahkan ada yang menganggap member juga membalas rasa yang nggak pernah diungkapkan itu. Padahal kan itu hanya keramahan semata. Kacau deh.
Setiap hari, melalui media sosial, para member memberi perhatian kepada fans. Mulai dari menyapa dan memberi semangat. Perhatian itu nggak harus dimaksudkan sebagai perhatian secara personal. Lha wong member JKT48 memberi perhatian pada semua penggemarnya kok.
Jika kita berpikir secara jernih, perhatian yang diberikan semua member JKT48 sebenarnya hanya keramahan biasa, keramahan pamrih, keramahan dan perhatian yang diberikan sebagai wujud profesionalitas kerja mereka. Bahkan mereka nggak bakal menanggung urusan baper para penggemarnya.
Ya, mereka hanya berusaha profesional dengan pekerjaannya. Dan dari pemahaman ini, saya jadi berpikir. Sangat tak wajar harus menghabiskan banyak uang hanya untuk kesenangan semu seperti itu, perhatian yang bisa dibilang template, dan paras mereka sebagai daya tarik adalah sesuatu yang semu.
Namun itulah hidup, kadang perasaan sulit dibendung. Pengorbanan menghabiskan uang sekadar untuk bertemu dan berfoto rasanya murah karena semua demi kesenangan.
BACA JUGA Merawat Motor Matic Itu Ribet, 5 Faktor Inilah Penyebabnya dan tulisan Budi lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.