Saya sering mendengar ungkapan “nggak punya baju” dari para perempuan. Entah menjadi kebiasaan perempuan atau bukan, hal kecil namun meresahkan ini ternyata memang cukup menganggu. Bukan hanya di kalangan teman seumuran saja, di kalangan ibu-ibu pun saya sering mendengar ungkapan tersebut. Bahkan, salah seorang paman saya pernah curhat bercerita tentang istrinya yang kerap minta izin untuk membeli baju setiap kali ada acara.
Kata paman saya, dia sampai heran dengan kebiasaan istrinya yang suka bilang nggak punya baju, padahal lemari pakaian di rumahnya sudah hampir penuh. Sekarang mari beralih pada kasus di kalangan teman-teman sebaya. Setiap mengagendakan sebuah acara, pasti yang teman-teman perempuan saya pikirkan bukan acaranya, tetapi outfit of the day (OOTD) yang akan mereka gunakan. Sehingga nggak jarang, ketika diajak jalan secara dadakan mereka berpikir seribu kali.
Ujung-ujungnya, pada beberapa alasan yang membuat mereka tak bisa ikut serta adalah masalah baju. “Aduh, nggak ada baju nih, baru dicuci kemarin” atau “Aku keluar pakai baju apa? Nggak ada baju tauuu” atau “Pinjam baju deh, aku nggak ada baju buat keluar, nih” dan kalimat-kalimat serupa lainnya. Padahal ketika lemari pakaiannya dibuka, mau pakai baju berlapis-lapis pun bisa. Lemarinya nggak kosong, ada kok satu atau dua set baju yang bisa dipakai keluar.
Sayangnya, ungkapan para perempuan soal baju itu memang bukan maksud mereka gitu, Mylov. Mereka, dan kadang diri saya sendiri, mengatakan demikian lantaran punya maksud tertentu. Jadi, bukan berarti gembel benar-benar nggak punya baju, ya. Kira-kira ini maksud di balik kalimat tersebut.
#1 Tidak memiliki pakaian yang sesuai dengan situasi dan kondisi
Memang sih nggak semua perempuan punya prinsip ke mana-mana harus matching. Bukan hanya perihal pemilihan warna, namun juga dalam mencocokkan pakaian mereka dengan situasi dan kondisi yang akan mereka hadapi nantinya. Misalnya, saat hendak pergi ke pantai. Nggak mungkin kan kalau tiba-tiba pakai OOTD naik gunung. Salah kostum adalah sebuah hal yang paling dihindari para perempuan ketika hendak keluar.
Oleh karena itu, jika ada sebuah acara dan dihadiri banyak perempuan, harusnya diapresiasi. Di balik kehadiran mereka, ada drama panjang di mana perempuan harus mempersiapkan banyak hal termasuk baju dari jauh-jauh hari. Kalau persiapan itu gagal, jangan harap batang hidungnya bakal nongol. Catat!
#2 Tidak memiliki waktu untuk menyiapkan pakaian
Dulu saat masih tinggal di asrama kuliah, saya punya seorang teman satu kamar yang rapi banget. Saking rapinya, susunan baju di lemari pakaian teman saya itu sesuai urutan hari. Jadi, pas weekend dia merapikan lemarinya dan mulai memilih set pakaian yang akan digunakan untuk kuliah di hari Senin sampai Jumat. Baju yang paling atas bakal ia gunakan hari Senin, dan baju paling bawah bakal ia gunakan di hari Jumat.
Begini kesimpulan saya, waktu pemilihan baju yang sengaja teman saya khususkan di akhir pekan itu sangat penting. Meskipun tidak serinci demikian, rata-rata teman saya di asrama atau kampus memiliki kebiasaan serupa. Setidaknya beberapa menit sebelum keluar, mereka akan berdiri di depan tumpukan baju untuk memilih pakaian. Jadi, wajar dong semisal tiba-tiba mereka bilang, “Nggak ada baju” bisa saja itu karena mereka nggak sempat memilih baju yang sesuai~
#3 Bosan dengan gaya berpakaian yang begitu-begitu saja
Siapa yang nggak tahu kalau lemari pakaian itu sudah nggak muat kapasitasnya? Tapi, kenapa masih pada suka bilang nggak punya baju? Inilah maksudnya. Dari sekian banyak pakaian yang ada di lemari, sebenarnya semua masih layak pakai. Akan tetapi, gayanya mungkin sudah nggak sesuai dengan tren saat ini, sehingga membeli beberapa pakaian yang dianggap kekinian dianggap perlu. Kalau begitu, kenapa nggak coba dikombinasikan saja?
Masalahnya, nggak semua orang pandai mix and match pakaian, Bund! Dan nggak semua orang punya tingkat kepercayaan tinggi untuk keluar dengan pakaian yang menurut mereka sudah pas, walau nggak mengikuti tren kekinian.
“Masak pakai warna kuning lagi?”
“Kayaknya baju gue gini-gini mulu, nggak ada perubahan dari semester satu. Mirip maba, ih!”
Hmmm… Angel wes, angel.
#4 Baju yang tersisa sudah pernah dipakai dalam acara yang sama
Maksud dari ungkapan “nggak punya baju” yang terakhir adalah stok pakaian di lemari hanya tersisa pakaian yang sudah pernah digunakan dalam beberapa acara. Terlebih, sudah didokumentasikan alias sudah pernah difoto dan foto tersebut nangkring di feed Instagram atau medsos lainnya.
“Pokoknya jangan dipakai dulu dalam waktu dekat. Beri jarak sejauh mungkin.” penganut maksud seperti ini biasanya juga akan mengatakan hal yang sama ketika dihadapkan kembali dengan sebuah acara yang sama. Misalnya, “Duh, baju ini sudah aku pakai pas reuni tahun lalu. Masak pakai lagi? Kalau lihat foto-foto lama dikira aku nggak ganti baju, dong!” atau “Ih, baju ini lagi. Ini sudah kupakai pas pernikahannya A sebulan lalu. Nggak mungkin aku pakai buat lima bulan ke depan.” Buset, dah!
Nah, empat hal di atas setidaknya bisa mewakili beberapa maksud perempuan dibalik ungkapan “nggak punya baju” dan semoga nggak ada lagi yang gagal paham dengan ungkapan yang sudah lazim tersebut. Ungkapan tersebut juga terkadang keluar karena refleks kok, susah banget nge-rem. Ya tiba-tiba saja begitu, tiba-tiba saja merasa nggak punya baju, tiba-tiba saja langsung pengin beli baju lagi, dan beli baju terosss~
BACA JUGA Mengapa Emak-Emak Sebaiknya Tidak Belajar Nyetir Mobil kepada Suami dan tulisan Alhaditsatur Rofiqoh lainnya.