Percuma Probolinggo Punya Wisata Pegunungan yang Indah tapi Akses Jalannya Rusak Parah

Percuma Probolinggo Punya Wisata Pegunungan yang Indah kalau Akses Jalannya Rusak Parah

Percuma Probolinggo Punya Wisata Pegunungan yang Indah tapi Akses Jalannya Rusak Parah (unsplash.com)

Probolinggo memiliki banyak hal menarik. Dari buah mangga yang manis sampai anggur yang segar menjadi ciri khas kabupaten ini. Dari lautan yang luas sampai pegunungan yang asri juga menjadi daya tarik sebagian wisatawan.

Akan tetapi semua itu seperti hadiah yang dibungkus terlalu erat: sulit dinikmati karena akses jalan yang sangat mengenaskan. Wisata alam di Probolinggo memang luar biasa, tapi sayangnya, perjalanan menuju ke sana bisa bikin orang kapok.

Jalan menuju tempat wisata bikin nyali ciut

Mari kita ambil contoh Bermi Eco Park yang ada di Desa Bermi, Kecamatan Krucil. Tempatnya indah, udaranya sejuk, cocok buat piknik atau sekadar rehat dari hiruk-pikuk kota. Tapi coba dulu lewat jalannya. Dari pasar tradisional Krucil sampai ke lokasi, lubang menganga di mana-mana. Batu-batu makadam berserakan. Kalau naik motor matic, siap-siap jantung Anda berdebar setiap kali ban menghantam lubang.

Lalu ada pula Air Terjun Jaran Goyang di Desa Guyangan. Jaraknya tak seberapa jauh, tapi perjuangan menuju ke sana bisa bikin nyali ciut, sebab jalan cor—bukan aspal—sudah berlubang dan sebagian kawatnya mulai keluar.

Belum lagi Air Terjun Hyang Darungan yang juga terletak di Desa Bermi, jalannya lebih mirip jalur off-road. Bagi wisatawan yang tidak mengendarai motor trail, lebih baik urungkan niat kalian kawan.

Masih ada satu lagi, yaitu Air Terjun Kali Pedati yang ada di Desa Kalianan, Kecamatan Krucil. Jika ngomongin akses jalan ke sana, problemnya sama saja dengan wisata-wisata yang ada di atas.

Sebagai orang yang lahir dan tinggal di Probolinggo, saya tahu betul rasanya. Pulang dari pesantren saja harus berjibaku dengan jalanan yang bikin motor lebih sering minta servis: tebeng rusak seperti rongsokan, baut-baut hilang.

Baca halaman selanjutnya: Ini penyebab kenapa jalan pegunungan di Probolinggo banyak yang rusak…

Ini dia penyebab kenapa jalan pegunungan di Probolinggo banyak yang rusak

Orang luar yang sekali berkunjung biasanya enggan kembali. Saya pernah mengajak teman pesantren saya yang berasal dari luar kota ke wisata Air Terjun Jaran Goyang di Probolinggo. Selesai perjalanan, dia langsung angkat tangan.

“Nggak lagi-lagi, deh! Jalannya serem banget!” begitu katanya dengan nada serius di perjalanan.

Teman saya benar sekali. Banyak jalan yang aspalnya sudah mengelupas parah. Ada sebagian yang dicor, tapi tetap berlubang akibat hujan dan kendaraan berat yang lewat setiap hari. Drainase dan irigasi juga nyaris tidak ada. Saat hujan turun, air mengalir bebas, menggerus jalan hingga makin hancur.

Ironisnya, pemerintah daerah Probolinggo malah sibuk promosi wisata tanpa memastikan akses menuju ke sana layak dilewati. Percuma punya tempat indah kalau jalannya lebih mirip uji nyali. Dan, percuma punya kekayaan alam yang melimpah jika akses jalannya bikin pengendara mengucap astagfirullahalazīm.

Dampak kepada UMKM sekitar destinasi wisata dan solusi yang harus dikerjakan pemerintah

Jalan rusak ini bukan sekadar mengganggu wisatawan. Warga lokal yang mengandalkan pariwisata juga kena imbas. Pemilik UMKM di sekitar tempat wisata kehilangan pelanggan. Tukang ojek yang biasa mengantar wisatawan semakin jarang mendapat penumpang. Perekonomian yang seharusnya tumbuh, malah jalan di tempat.

Belum lagi soal keselamatan pengendara terutama saat musim hujan sekarang. Jalan berlubang sering kali jadi penyebab kecelakaan. Ban selip, motor tergelincir, orang jatuh. Biaya servis kendaraan pun jadi beban tambahan bagi masyarakat.

Kalau memang pemerintah serius ingin menjadikan Probolinggo sebagai destinasi wisata unggulan, ada beberapa hal yang harus segera dikerjakan. Yang paling utama adalah perbaiki jalanan dengan benar. Jangan cuma tambal sulam. Bangun jalan dengan kualitas yang baik supaya tidak cepat rusak.

Kedua, harus membangun drainase yang layak agar air hujan yang menggenang di jalan tidak mempercepat kerusakan. Sebab, drainase yang baik bisa mengurangi masalah ini.

Ketiga, harus melibatkan warga lokal. Para warga pasti lebih tahu kondisi di lapangan. Jika mereka dilibatkan dalam perencanaan dan penggarapan, maka solusi yang dibuat akan lebih tepat sasaran.

Dan, yang paling utama ialah transparansi anggaran. Jangan sampai ada proyek perbaikan jalan yang anggarannya besar tapi hasilnya minim dan berkualitas buruk. Publik, dalam hal ini masyarakat, harus tahu ke mana uang itu digunakan.

Akhir kata, bagi saya, potensi wisata di Probolinggo memang sangat besar. Tapi tanpa akses jalan yang baik, semua itu sia-sia. Percuma. Pemerintah perlu berhenti menutup mata dan segera bertindak. Jangan sampai wisatawan dan warga terus-menerus kecewa. Kalau jalan tetap dibiarkan rusak, maka keindahan Probolinggo akan tetap menjadi rahasia, tersembunyi di balik lubang-lubang yang tak kunjung diperbaiki.

Penulis: Adi Purnomo Suharno
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Kraksaan Probolinggo: Tak Terasa seperti Ibu Kota Kabupaten, Kalah Tenar sama Paiton.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version