Ini dia penyebab kenapa jalan pegunungan di Probolinggo banyak yang rusak
Orang luar yang sekali berkunjung biasanya enggan kembali. Saya pernah mengajak teman pesantren saya yang berasal dari luar kota ke wisata Air Terjun Jaran Goyang di Probolinggo. Selesai perjalanan, dia langsung angkat tangan.
“Nggak lagi-lagi, deh! Jalannya serem banget!” begitu katanya dengan nada serius di perjalanan.
Teman saya benar sekali. Banyak jalan yang aspalnya sudah mengelupas parah. Ada sebagian yang dicor, tapi tetap berlubang akibat hujan dan kendaraan berat yang lewat setiap hari. Drainase dan irigasi juga nyaris tidak ada. Saat hujan turun, air mengalir bebas, menggerus jalan hingga makin hancur.
Ironisnya, pemerintah daerah Probolinggo malah sibuk promosi wisata tanpa memastikan akses menuju ke sana layak dilewati. Percuma punya tempat indah kalau jalannya lebih mirip uji nyali. Dan, percuma punya kekayaan alam yang melimpah jika akses jalannya bikin pengendara mengucap astagfirullahalazīm.
Dampak kepada UMKM sekitar destinasi wisata dan solusi yang harus dikerjakan pemerintah
Jalan rusak ini bukan sekadar mengganggu wisatawan. Warga lokal yang mengandalkan pariwisata juga kena imbas. Pemilik UMKM di sekitar tempat wisata kehilangan pelanggan. Tukang ojek yang biasa mengantar wisatawan semakin jarang mendapat penumpang. Perekonomian yang seharusnya tumbuh, malah jalan di tempat.
Belum lagi soal keselamatan pengendara terutama saat musim hujan sekarang. Jalan berlubang sering kali jadi penyebab kecelakaan. Ban selip, motor tergelincir, orang jatuh. Biaya servis kendaraan pun jadi beban tambahan bagi masyarakat.
Kalau memang pemerintah serius ingin menjadikan Probolinggo sebagai destinasi wisata unggulan, ada beberapa hal yang harus segera dikerjakan. Yang paling utama adalah perbaiki jalanan dengan benar. Jangan cuma tambal sulam. Bangun jalan dengan kualitas yang baik supaya tidak cepat rusak.
Kedua, harus membangun drainase yang layak agar air hujan yang menggenang di jalan tidak mempercepat kerusakan. Sebab, drainase yang baik bisa mengurangi masalah ini.
Ketiga, harus melibatkan warga lokal. Para warga pasti lebih tahu kondisi di lapangan. Jika mereka dilibatkan dalam perencanaan dan penggarapan, maka solusi yang dibuat akan lebih tepat sasaran.
Dan, yang paling utama ialah transparansi anggaran. Jangan sampai ada proyek perbaikan jalan yang anggarannya besar tapi hasilnya minim dan berkualitas buruk. Publik, dalam hal ini masyarakat, harus tahu ke mana uang itu digunakan.
Akhir kata, bagi saya, potensi wisata di Probolinggo memang sangat besar. Tapi tanpa akses jalan yang baik, semua itu sia-sia. Percuma. Pemerintah perlu berhenti menutup mata dan segera bertindak. Jangan sampai wisatawan dan warga terus-menerus kecewa. Kalau jalan tetap dibiarkan rusak, maka keindahan Probolinggo akan tetap menjadi rahasia, tersembunyi di balik lubang-lubang yang tak kunjung diperbaiki.
Penulis: Adi Purnomo Suharno
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Kraksaan Probolinggo: Tak Terasa seperti Ibu Kota Kabupaten, Kalah Tenar sama Paiton.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















