Menurut kalian apa perbedaan Upin dan Ipin dulu dan sekarang?
Pilihan hiburan bagi anak-anak kini makin bervariasi. Anak-anak bisa bermain board games, bola, hingga game online. Tapi bisa dibilang hiburan paling terjangkau dan disukai oleh anak-anak dari dulu hingga kini adalah nonton animasi kartun.
Ada banyak animasi kartun yang tayang di channel televisi di Indonesia. Nonton kartun di TV menjadi titik masuk pengenalan kartun tersebut ke anak-anak. Dan salah satu kartun yang masih eksis tayang di TV dan tetap menjadi kegemaran anak-anak hingga saat ini adalah Upin dan Ipin.
Upin dan Ipin pertama kali rilis pada 14 September 2007 dan kini telah memiliki total 609 episode. Jika dijumlahkan, berarti serial kartun ini sudah nemenin anak-anak sejak 16 tahun lalu. Setara merawat anak sampai kelas 1 SMA.
Selama belasan tahun itu, sudah pasti akan ada banyak perubahan di animasi buatan Les Copaque itu. Perubahan yang dirasakan ini lumayan kentara, walaupun bukan berupa Upin, Ipin, dkk. lulus TK ataupun naik kelas.
Sebagian penonton setia Upin dan Ipin berpendapat bahwa perubahan ini termasuk downgrade. Ini karena sekarang Upin dan Ipin lebih fokus pada visual effect dibandingkan ceritanya. Separuh lainnya menyikapi perubahannya dengan sikap positif dengan menganggap Upin dan Ipin zaman now jauh lebih menarik dan edukatif daripada zaman lawas. Apa pun pendapatnya, mari kita lihat perbedaan didikan Cikgu Jasmine versus Cikgu Melati.
Daftar Isi
#1 Dulu tengil, sekarang perasa
Perbedaan dari Upin dan Ipin season awal dengan episode baru yang paling di-highlight adalah sifat si kembar. Dulu mereka tengil banget. Bahkan saat jalan pun keduanya membusungkan dada dan mendongakkan kepala. Jan, nggaya banget iki bocah. Mereka nggak ubahnya pemimpin anak-anak Kampung Durian Runtuh. Orang yang lebih tua seperti Abang Saleh pun kadang (terpaksa) nurut sama mereka.
Sekarang, mereka sudah berubah. Penonton Upin dan Ipin berpendapat kalau si kembar sekarang lembek karena selalu pakai senjata air mata dan mudah merajuk. Kalau menurut saya, mereka berdua berubah jadi lebih perasa aja. Lagi pula kalau banyak adegan sedihnya, kita juga ikut nangis karena berempati, kan?
#2 Dulu mandiri, sekarang manja
Perbedaan kedua ini sedikit mirip sama nomor satu. Masih ingat ya sama si kembar yang dulunya berpetualang sampai ke hutan, jualan rambutan di pinggir jalan raya, sampai bikin sepeda sendiri bersama Tok Dalang. Upin dan Ipin versi lawas punya sifat serbamandiri untuk mewujudkan keinginan mereka. Kalau pun punya suatu impian, mereka nggak maksa tapi akan berusaha mencari cara untuk menjadikannya nyata.
Sekarang mereka berdua cenderung manja dan menuntut semua keinginannya dipenuhi. Dan si kembar ini sering banget menjadikan Ehsan sebagai parameternya. Misalnya nih Ehsan naik kapal, mereka ikutan pengin naik juga. Ehsan nonton film di bioskop, Upin dan Ipin pengin juga. Sayangnya sifat mandiri mereka sekarang berubah jadi rengekan dan air mata. Dan tentu saja itu bikin penonton kecewa.
Baca halaman selanjutnya
#3 Dulu cuek, sekarang makin deket…
#3 Dulu cuek, sekarang makin deket
Banyak penonton Upin dan Ipin, terutama yang sudah dewasa, menjodoh-jodohkan Mail dan Mei-mei. Alasannya karena mereka ini duduknya selalu bersebelahan tapi sering berantem dan saling ejek. Sebelas dua belas sama Ron dan Hermione di Harry Potter, deh. Buat para shipper Mail dan Mei-mei, tabiat mereka berdua itu gemes banget.
Kayaknya sih tim kreatif Upin dan Ipin menyadari hal itu. Soalnya di episode-episode terbaru Upin dan Ipin, Mail dan Mei-mei ini makin banyak momen berdua. Mulai berkurang intensitas berantem di antara mereka. Ada sebagian penonton yang menyayangkan karena penginnya Mei-mei terus menjadi sosok kutu buku dan songong karena pinter, serta Mail yang cuek dan cuma peduli sama duit. Sebagian lainnya, yang tentu saja adalah shipper keduanya, justru senang sama perkembangan hubungan Mail dan Mei-mei.
#4 Dulu realistis, sekarang edukatif
Upin dan Ipin di zaman dulu menyajikan rutinitas yang khas anak-anak banget. Di setiap episodenya lebih banyak diperlihatkan kegiatan anak-anak Kampung Durian Runtuh yang belajar di TK, main bersama sepulang sekolah, dan pergi mengaji. Konfliknya masih ringan dan mudah dipahami oleh anak-anak yang usianya sepantaran para tokoh dalam serial kartun ini.
Sekarang Upin dan Ipin lebih banyak menyisipkan konten-konten edukatif yang lebih umum dipelajari orang dewasa dibandingkan season awal. Tapi episode-episode terbarunya sukses mengubah konten-konten “susah” itu jadi mudah dicerna oleh anak-anak. Jadi penonton nggak cuma dapat hiburannya, tapi sekaligus juga pengetahuannya.
#5 Character development
Selain Mail dan Mei-mei yang mulai meredakan tensi masing-masing, beberapa karakter di Upin dan Ipin juga mengalami perkembangan. Sosok yang paling signifikan perkembangannya adalah Fizi. Kalau di season awal Fizi ini yang paling cengeng dan jadi beban, kini ia berubah jadi bocah bermulut pedas. Nggak sedikit dialognya yang bikin penonton naik pitam, misalnya saat ngatain si kembar anak yatim dan botak.
Perubahan juga ditunjukkan oleh Opah. Di awal-awal kemunculannya, Opah ini bijak, nggak banyak bicara, dan hampir nggak pernah pegang teknologi. Sekarang, Opah ini bagaikan karakter khas kartun banget alias lebay. Banyak hal yang dilakukan Opah yang rasanya mustahil dilakukan oleh lansia di kehidupan nyata. Opah kini melek teknologi, up-to-date sama tren, bahkan bisa latah dan lompat kalau kaget.
Ada juga supporting roles yang dulu sudah jarang terlihat, kini makin nggak pernah muncul. Ingat sama Dzul, Ijat, Devi, dan Nurul? Mereka ini dulunya hanya mendapatkan screen time sekelebat atau sekedipan mata. Sekarang? Boro-boro makin banyak porsi screen time-nya, mereka malah nggak pernah diajakin main lagi sama Upin, Ipin, dkk. Semakin nggak kelihatan deh mereka. Jadi wajar kalau misalnya kamu sudah nggak ingat sama mereka bertiga.
Kalau dirangkum, itulah lima perbedaan Upin dan Ipin zaman dahulu dan sekarang. Di setiap season pasti ada plus dan minusnya. Tapi walaupun versi yang terbaru banyak disayangkan dan dinilai bikin kecewa, kita tetap buru-buru menonton kalau ada episode baru, kan?
Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Orang Paling Berpengaruh di Kampung Durian Runtuh Upin dan Ipin.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.