Seorang teman bercerita pada saya bahwa ketika ia berkendara dengan mobil bertenaga besar dan stabil seperti Pajero, melaju dengan kecepatan 140 km/jam pun tidak goyang sama sekali. Sama seperti saat berkendara dengan kecepatan 80 km/jam menggunakan mobil yang bobotnya lebih ringan. Ia bahkan tergoda untuk meningkatkan kecepatan saat berada di jalan tol yang lurus dan mulus.
Namun, sebuah benturan kecil dengan sambungan jalan yang kurang rata saat kecepatannya mencapai 150 km/jam membuat mobilnya terasa sedikit “melayang” selama beberapa detik. “Coba saat itu aku sambil mainan handphone, mungkin bisa kecelakaan.”
Saya pun jadi penasaran tentang perbedaan antara mobil-mobil besar seperti Pajero dengan mobil biasa seperti Avanza milik saya. Mengapa yang satu lebih stabil dan lainnya lebih mudah “goyang”. Namun, saat terjadi kecelakaan yang satu lebih mudah memakan korban jiwa dan yang lain lebih (katakanlah) “aman”. Ternyata jawabannya ada pada jenis sasis mobil yang digunakan.
Mobil besar seperti Pajero, mobil SUV off-road lainnya, dan truk memiliki sasis jenis ladder-frame. Sasis ladder frame ini menggunakan dua buah batang besar yang diikat oleh cross-member pada bagian depan, tengah, dan belakang sehingga bentuknya menyerupai tangga.
Sasis yang digunakan sejak awal kemunculan mobil ini memiliki keunggulan lebih murah untuk diproduksi karena sasis terpisah dari badan mobil. Selain itu, ia lebih kuat menahan beban berat dan dapat memberikan dimensi kolong mobil yang lebih tinggi, cocok untuk kendaraan off-road. Kekurangannya adalah sasis mobil jenis ini akan memiliki bobot yang lebih berat. Ground clearance (tinggi badan mobil dari tanah) yang lebih tinggi bikin mobil jenis ini lebih rawan mengalami limbung, bahkan terguling.
Jenis sasis mobil kedua adalah monokok. Sasis monokok adalah penemuan yang lebih baru dibandingkan jenis sasis ladder-frame. Sasis monokok menyatukan sasis dan badan kendaraan sehingga disebut juga dengan istilah unibody. Oleh karena sasis dan badan kendaraan yang jadi satu, kendaraan dengan jenis sasis ini lebih nyaman dan mudah dikendarai.
Kelebihan lain dari sasis mobil monokok adalah bobot kendaraan dapat ditekan sehingga tidak terlalu berat. Sasis jenis ini juga dapat diintegrasikan dengan konstruksi crumple zone yang dapat meredam efek benturan saat terjadi kecelakaan.
Crumple zone atau zona benturan ini adalah bagian dari sasis yang sengaja dibuat rapuh sehingga tenaga dari benturan hanya merusak bagian tersebut dan tidak sampai ke kabin tempat penumpang berada. Biasanya crumple zone ditempatkan di bagian depan, samping dan belakang mobil.
Ingat peristiwa kecelakaan yang melibatkan putra Ahmad Dhani beberapa tahun silam? Mobil Mitsubishi Lancer yang dikendarai Dul Jaelani itu nampak ringsek berat, namun tidak demikian dengan bagian kabin. Itulah cara kerja crumple zone. Menyelamatkan kabin dan penumpang di dalamnya dengan mengorbankan bagian lain dari mobil.
Meskipun membuat mobil lebih nyaman dikendarai dan lebih aman (setelah dikombinasikan dengan crumple zone), tetap ada kekurangan dari sasis jenis monokok. Pembuatan sasis monokok lebih mahal dibandingkan sasis model ladder-frame karena harus menyatu dengan badan kendaraan. Selain itu, ground-clearance-nya lebih rendah sehingga kurang sesuai untuk kendaraan off-road. Sasis monokok juga tidak sekuat tipe ladder-frame dalam menahan beban.
Nah, itulah tadi beberapa perbedaan antara dua jenis sasis mobil. Mana yang akan Anda pilih untuk kendaraan Anda? Kalau pilihan saya jelas: yang harganya lebih murah.
Sumber gambar: Pixabay