Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Perbedaan Mendasar Daerah Istimewa Yogyakarta, Kota Yogyakarta, Yogya, dan Jogja

Dani Ismantoko oleh Dani Ismantoko
30 Januari 2021
A A
Saking Ndesonya Soal Jogja, Saya Pernah Beli Pecel di Angkringan terminal mojok.co
Share on FacebookShare on Twitter

Dalam sebuah diskusi sastra yang pernah saya ikuti, saya pernah mendengar almarhum Iman Budhi Santosa, penyair yang bersahaja itu, bersikukuh menyebut tempat ber-UMR terendah se-Indonesia itu dengan sebutan Yogya, bukan Jogja. Bagi beliau Yogya punya makna, dan Jogja tidak. Lantas DIY, Kota Yogyakarta, Yogya, dan Jogja itu bedanya apa?

Perihal nama ini tidak bisa dimungkiri bahwa Jogja lebih akrab di telinga banyak orang daripada Yogya, Kota Yogyakarta, atau Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal tersebut bukan tanpa alasan. Kata Jogja secara lisan mudah diucapkan, karena huruf J lebih membuat lidah tidak belibet daripada huruf Y. Pemerintah daerah pun membranding pariwisata yang ada di kawasan Yogyakarta dengan diberi embel-embel nama Jogja. Selain itu jargon Jogja istimewa begitu sering kita dengar dari lisan ke lisan, juga sering kita lihat dalam bentuk tulisan.

Setahu saya perihal penyebutan nama-nama yang berbeda di satu-satunya kerajaan di Indonesia yang masih diakui secara formal-administratif tersebut punya fungsi yang juga beda.

Pertama, Daerah Istimewa Yogyakarta yang sering disingkat D.I. Yogyakarta atau DIY. Nama tersebut berfungsi sebagai nama formal-administratif di sebuah provinsi sekaligus satu-satunya kerajaan di Indonesia yang diakui secara formal-administratif tersebut. Di dalamnya ada empat kabupaten dan satu kota madya. Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Bantul, dan Kota Yogyakarta.

Nama DIY penting dipakai oleh warganya untuk kepengurusan berbagai hal yang bersifat formal-administratif yang biasanya diharuskan menuliskan alamat sampai tingkat provinsi. Seperti pembuatan KTP, KK, SIM, bahkan rekening bank.

Kedua, Kota Yogyakarta. Yogyakarta adalah nama kota madya di provinsi DIY. Kalau di peta terletak di tengah-tengah provinsi DIY. Nama tersebut hampir sama fungsinya dengan nama DIY. Berfungsi untuk kepengurusan formal-administratif yang biasanya diharuskan menuliskan alamat. Kalau yang ini khusus untuk warga yang berdomisili di Kota Yogyakarta, yang KTP-nya beralamat di Yogyakarta.

Ketiga, Yogya. Nama Yogya adalah sebutan singkat dari Yogyakarta, yang sebenarnya jarang dipakai walau bagian utama dari nama Yogyakarta yang berasal dari kata Yogya dan Karta. Kata “yogya” berasal dari kata “ayogya” atau “ayodhya” yang berarti kedamaian, dan kata “karta” mempunyai arti baik.

Keempat, Jogja. Sepemahaman saya, Jogja ini bisa berfungsi menjadi dua macam. Pertama, untuk menyebut secara mudah Kota Yogyakarta saja secara lisan. Kedua, untuk menyebut dengan mudah DIY secara keseluruhan secara lisan.

Baca Juga:

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Untuk antarorang se-provinsi DIY, fungsi pertama yang dipakai. Sebab biasanya kalau berkenalan dengan orang yang lingkupnya se-provinsi saja, orang dari masing-masing daerah akan menyebutkan asalnya dari salah satu kabupaten, atau dari kota madya. Misalnya, orang Bantul memperkenalkan diri kalau dia asalnya dari Bantul. Begitu juga orang Sleman, Kulonprogo, dan Gunung Kidul.

Untuk orang-orang antarprovinsi DIY dengan orang-orang di luar provinsi DIY, memakai fungsi yang kedua. Entah itu orang Sleman, Bantul, Kulonprogo, Gunung Kidul seringkali jika berkenalan dengan orang Bandung atau Jakarta akan mengatakan bahwa mereka berasal dari Jogja. Dan itu juga berlaku sebaliknya. Orang-orang luar DIY yang sedang berada di salah satu daerah di provinsi DIY, entah di Bantul, Kulonprogo, Sleman atau Gunung Kidul, pasti akan menganggap bahwa dirinya sedang berada di Jogja.

Perihal orang Bantul, Kulonprogo, Sleman, dan Gunung Kidul yang memperkenalkan diri kepada orang di luar DIY dengan memberitahukan bahwa asalnya Jogja itu juga punya beberapa alasan. Pertama, alasan gengsi. Kendati UMR-nya terendah se-Indonesia nama Jogja saya kira masih terdengar cukup keren, terutama karena romantismenya sehingga orang tersebut merasa lebih bangga kalau dianggap sebagai orang Jogja. Walau mungkin asalnya dari pelosok desa, di lereng-lereng pegunungan yang ada di Bantul.

Kedua, alasan pragmatis. Menurut saya, alasan kedua ini masuk akal. Sebab kalau memperkenalkan diri dengan nama yang tidak cukup terkenal akan membuat seseorang menjelaskan secara panjang lebar. Misalnya, orang dari Desa Panjangrejo, Kabupaten Bantul memperkenalkan diri kepada orang Bandung, yang mungkin saja tidak familier dengan nama Bantul seperti ini, “Saya berasal dari Panjangrego.”

Apa reaksi orang Bandung tersebut? Tentu akan bertanya lebih jauh, “Di mana letak Panjangrejo?” Kalau dijawab, “Di daerah Bantul,” masih menimbulkan spekulasi. Kalau orang tersebut tahu Bantul tentu tak akan muncul pertanyaan tambahan. Kalau tidak tahu, akan muncul pertanyaan tambahan, “Di mana Bantul itu?”

Setelah pertanyaan itu, tak akan mungkin muncul pertanyaan lanjutan, karena pasti akan dijawab, “Di Jogja.” Kalau di awal sudah memberitahukan bahwa asalnya dari Jogja, orang tersebut tak akan bertanya secara detail karena sudah paham, kecuali orang tersebut pernah singgah di berbagai wilayah yang ada di Jogja.

Saya kira itulah beberapa perbedaan dari nama DIY, Kota Yogyakarta, Yogya, Jogja dalam penggunaannya. Semoga bisa ngasih pencerahan, ya.

BACA JUGA Nggak Usahlah Ndakik-Ndakik Bicarain Romantisasi Jogja dan tulisan Dani Ismantoko lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 29 Januari 2021 oleh

Tags: Jogjaromantisme jogja
Dani Ismantoko

Dani Ismantoko

Penulis yang kadang-kadang jadi guru MI

ArtikelTerkait

Jalan Tegal Panggung Jogja, Jalan Alternatif Penghubung Kotabaru-Lempuyangan-Malioboro yang Penuh Kritik dan Perlu Dievaluasi

Jalan Tegal Panggung Jogja, Jalan Alternatif Penghubung Kotabaru-Lempuyangan-Malioboro yang Penuh Kritik dan Perlu Dievaluasi

18 Desember 2023
Akui Saja, Batu Lebih Menarik Menjadi Destinasi Study Tour Ketimbang Jogja dan Bali Mojok.co

Sebagai Warga Lokal, Saya Setuju Study Tour ke Batu Malang Lebih Menyenangkan karena Study Tour ke Jogja dan Bali Sangat Membosankan

8 Mei 2025
Bukan Sekadar Warung Makan, Warmindo Bisa Juga Jadi Tempat “Konseling”  Mojok.co

Bukan Sekadar Warung Makan, Warmindo di Jogja Juga Jadi Tempat “Konseling” 

1 Juli 2024
5 Hal yang Jangan Dilakukan ketika Anda Berada di Lampu Merah Condongcatur

5 Hal yang Jangan Dilakukan ketika Anda Berada di Lampu Merah Condongcatur

31 Maret 2024
8 Ciri Orang Jogja Asli yang Nggak Perlu Lagi Ditodong Pertanyaan “KTP Mana?” Mojok.co

8 Ciri Orang Jogja Asli yang Nggak Perlu Lagi Ditodong Pertanyaan “KTP Mana?”

10 Agustus 2025
obituari pak panut mojok

Obituari Pak Panut dan Bagaimana Beliau Menyelamatkan Perut yang Lapar

20 Juli 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.