Perbandingan 2 Maskapai Lokal Terbaik: Batik Air Masih Lebih Unggul daripada Citilink

Perbandingan 2 Maskapai Penguasa Pangsa Pasar Penerbangan Indonesia: Batik Air Masih Lebih Unggul daripada Citilink

Perbandingan 2 Maskapai Lokal: Batik Air Masih Lebih Unggul daripada Citilink (Unsplash.com)

Membandingkan Batik Air dan Citilink mungkin akan dinilai sebagian orang kurang fair. Sebab, Batik Air sebenarnya bukan LCC (low cost carier), Batik Air justru merupakan maskapai full service layaknya Garuda Indonesia. Boleh dibilang Batik Air ini kelas premiumnya Lion Air lah. Sementara Citilink adalah LCC, atau sederhananya, maskapai murahnya Garuda. Jika harus dibandingkan antara dua perusahaan tersebut (Garuda Group dan Lion Group) harusnya kita membandingkan Citilink vs Lion Air atau Batik Air vs Garuda Indonesia.

Akan tetapi saya membandingkan Citilink dan Batik nggak asal juga, sih. Setidaknya ada dua alasan utama yang mendasarinya.

Pertama, kalau kita bandingkan Citilink dengan Lion Air, sudah pasti Lion Air kalah. Sebab, Citilink adalah maskapai LCC yang mendapatkan bintang 4 dari Skytrax dan APEX, sementara Lion Air justru menjadi maskapai terburuk di dunia versi Bounce dalam The 2022 Airline Index. Pada tahun 2015 lalu Lion Air juga masuk 22 maskapai paling buruk versi Skytrax. Ya mosok kita mau meragukan penilain Skytrax dan Travel Bounce yang sudah expert di bidangnya, Rek?

Kedua, jika kita melihat media sosial, lebih banyak netizen yang bertanya lebih bagus Batik Air atau Citilink, mendingan naik Batik Air atau Citilink, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang intinya membandingkan Citilink dan Batik Air. Saya jarang melihat ada orang yang membandingkan Citilink dengan Lion Air.

Saya rasa dua hal tersebut sudah cukup kuat untuk dijadikan alasan membandingkan Batik Air dan Citilink. Apalagi kedua maskapai ini adalah penguasa pangsa pasar penerbangan dalam negeri. Bukannya mau menyepelekan Pelita Air, Super Air Jet, maupun TransNusa ya? Tapi, ketiga maskapai tersebut memang belum sepopuler Citilink dan Batik Air.

Harga tiket

Selagi masih naik maskapai kelas ekonomi, saya kira kita semua adalah rakyat jelata yang masih mementingkan harga. Kalau bisa sih harga tiketnya semurah mungkin dan layanan sebaik mungkin.

Nah, jika kita melihat harganya, Citilink memang lebih murah dari pada Batik Air (untuk rute penerbangan yang sama). Saya ambil contoh rute Surabaya-Jakarta. Rata-rata harga tiket Citilink untuk rute tersebut di hari kerja adalah Rp750 ribuan. Sementara Batik Air mematok harga Rp800 ribuan. Kalau kalian protes “Halah, cuma selisih Rp50 ribu saja!” Hlooo, meskipun Rp50 ribu, itu tetap uang, Gaes. Buat beli gorengan bisa dapat satu kresek penuh!

Untuk rute yang sama, antara Citilink dan Batik Air memang umumnya punya selisih harga antara Rp50 ribu sampai Rp150 ribuan. Ini untuk rute yang pendek (1-2 jam), ygy. Misalnya Surabaya-Jakarta, Surabaya-Makassar, atau Jakarta-Jogja. Sebenarnya saya juga ingin membandingkan harga untuk rute panjangnya, tapi Citilink jarang membuka rute panjang. Rute-rute panjang mereka seperti Jakarta-Ternate dicover Garuda Indonesia. Biasanya kalau mau menggunakan Citilink penerbangan domestik tapi jarak jauh harus oper atau transit (nggak langsung) dan itu ribet.

Baca halaman selanjutnya

Fasilitas di kabin pesawat…

Fasilitas di kabin pesawat

Batik Air dan Citilink sebenarnya sama-sama memiliki pesawat A320neo dan A320-200 yang sering digunakan untuk rute pendek. Jadi, sebenarnya kalau mau dibandingkan ya agak susah. Ha wong pesawat yang digunakan sama, lho. Palingan kita hanya bisa membandingkannya dari segi kenyamanan kursi, fasilitas, dan kebersihannya saja.

Pertama, kita mulai dari kursinya terlebih dahulu. Kursi Citilink menurut saya tipis dan agak melengkung. Sementara Batik Air kursinya juga tipis—kurang lebih sama dengan Citilink—tapi bentuk kursinya agak lurus dan nggak terlalu melengkung. Bagi penumpang yang kurus, kursi kedua maskapai tersebut nggak akan terasa perbedaannya saat diduduki. Namun bagi penumpang yang badannya berisi, duduk di kursi Citilink membuat posisi tubuh kita mirip udang. Nggak enak, cuy!

Kursi Citilink juga nampak biasa saja, hanya ada tombul recline untuk mengatur posisi kursi, dan di bagian atasnya diberi penutup berwarna hijau. Sementara Batik Air melengkapi bagian belakang kursinya dengan layar entertainment atau TV kecil. Untuk jarak antarkursi, saya rasa Batik Air sedikit lebih lega dibandingkan Citilink.

Kedua, fasilitas inflight entertainment-nya. Citilink sebenarnya memiliki fasilitas GoPlay yang bisa kita akses di HP selama penerbangan. Sayangnya layanan tersebut berbayar. Sementara Batik Air berbeda. Lantaran di setiap kursi penumpang tersedia layar entertaiment, kita bisa memutar film, main game hingga mendengarkan musik dan ada beragam fasilitas entertainment menarik lain yang bisa diakses melalui aplikasi Tripper. Lumayan banget untuk hiburan di dalam pesawat.

Ketiga, kebersihan dan interior di dalam kabin. Menurut saya, kedua maskapai ini sama bersih. Saya nggak punya masalah dengan kebersihannya. Tapi kalau boleh jujur, interior kabin Citilink yang hijau itu mengingatkan saya pada warna tembok kos-kosan semasa kuliah yang kusam dan menyedihkan. Sementara untuk fasilitas lain seperti kabin, lavatory, hingga buku panduan keselamatan dan buku doa-doa hampir sama antara Citilink dan Batik Air, beda warnanya saja.

Pelayanan dan awak kabin

Meskipun di luar sana ada customer yang memilih maskapai berdasarkan cantik dan gantengnya awak kabin, saya justru nggak pernah memperhatikan hal itu. Bodo amat dengan wajah awak kabin, yang penting keramahan mereka.

Menurut saya, sekali lagi ini berdasarkan pengalaman pribadi saya, ya, awak kabin Batik Air lebih ramah dan helpful. Pramugari Batik Air itu cekatan dan sat-set. Meskipun mereka sibuk, aura ramahnya tetap terpancar, lho. Mungkin karena Batik Air maskapai full service ya, jadi pelayanannya memang dibuat seramah mungkin.

Sementara untuk awak kabin Citilink, meskipun pelayanannya nggak buruk, kadang kurang cekatan. Saya pernah kerepotan menaruh tas ransel di kabin, tapi nggak langsung dibantuin sama awak kabinnya. Lantaran kejadian seperti ini nggak sering, saya sih positive thinking saja, mungkin pramugarinya kebetulan nggak melihat saya. Semoga ke depannya mereka bisa lebih responsif, ya.

Eh, tapi saya ngomong gini bukan berarti awak kabin Citilink jahat. Keramahan dan senyumannya aja yang kurang. Mereka kadang terlalu serius sampai lupa tersenyum. Padahal sebagai penumpang, mata saya biasanya langsung berbinar-binar lho tiap diberi senyuman manis. Untung Citilink masih punya pantun yang lumayan sering bikin saya ketawa.

Ketepatan waktu

Saya sering mendengar guyonan yang beredar di masyarakat kalau nama belakang Lion Group itu delay. Pokoknya jangan naik Lion kalau nggak mau delay. Sejujurnya, selama menggunakan Batik Air, saya hampir nggak pernah mengalami delay. Ada sih keterlambatan, misalnya 10 menit, tapi angka tersebut masih saya anggap wajar.

Sementara di penerbangan Citilink, saya juga nggak pernah punya pengalaman delay dalam durasi panjang. Justru saya sering ditinggal. Iya, ditinggal, Rek! Kejam banget memang Citilink kalau soal keterlambatan. Saya telat check in 3 menit saja langsung no show (ditutup) dan harus membeli tiket lagi. Memang saya yang salah sih karena terlambat, tapi sebagai penumpang, saya berharapnya kalau belum 5 menit kan masih bisa diberi ampun. Hehehe.

Kesimpulannya, secara keseluruhan Batik Air masih yang terbaik, sih, terutama untuk rute jarak pendek. Dengan harga yang selisih sedikit—kadang malah sama—kita bisa mendapatkan fasilitas di dalam kabin yang lebih menarik dengan pelayanan lebih ramah (helpful) bersama Batik Air.

Ini kalau menurut saya, sih. Kalau menurut kalian gimana, Gaes? Kalian tim Batik Air atau Citilink?

Penulis: Tiara Uci
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 6 Hal yang Saya Rasakan Saat Naik Maskapai TransNusa.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version