Manusia memang menyukai perayaan, tak terkecuali perayaan ulang tahun. Hari ini, setidaknya ketika tulisan ini sedang ditulis, saya genap berumur sembilan belas tahun. Atau dalam artian, sudah sembilan belas kali dalam hidup saya, selalu dan pasti ada yang mengucapkan selamat hari ulang tahun pada tanggal dan bulan yang sama.
Memang, sih, bagi sebagian orang, hari ulang tahun adalah hari spesial yang tak boleh dilewatkan tanpa perayaan dan tumpukan kado-kado dari orang terdekat. Apalagi di zaman yang serba canggih ini, yang konon bisa membagikan gambar yang bisa dilihat oleh orang-orang yang jauh sekalipun. Yak, betul! Itu adalah fitur Instagram Story. Masa nggak tau? Itu loh yang sering buat pamer pencapaian kaum-kaum berprestasi yang budiman.
Lalu apa hubungan antara Instagram Story dan perayaan ulang tahun? Tentu saja untuk pamer, Bosku! Pamer ketika usia bertambah tua, ketika usia mulai mendewasakan, dan pastinya diiringi dengan quotes bijak milik Tere Liye yang … ya begitulah. Kalau kata orang edgy di Twitter sih, “Not cup of my tea.”
Kejadian seperti itu memang hanya terjadi setahun sekali. Memang salah, ya? Nggak, kok! Tapi, coba deh, kalian pikir. Perayaan ulang tahun selalu itu-itu saja. Saya kasih contoh, mungkin pukul 00.00 tepat, akan ada orang yang mengirimimu pesan, tentunya berisi ucapan selamat karena sebentar lagi atau secara harfiah umurmu di dunia ini akan berkurang beserta embel-embel doa yang seabrek panjangnya. Atau jika kamu orang yang agak penting, mungkin pas bangun tidur kamu akan menemukan teman-temanmu berdiri di depan kamar sembari membawa kue ulang tahun dan kado-kadonya.
Atau jika kamu berada di circle yang agak bangsat, biasanya teman-temanmu akan melumuri dan melemparimu dengan bahan-bahan dapur. Jika kamu berada di circle yang memang benar-benar bangsat, biasanya teman-temanmu mengajak makan di suatu tempat dan sengaja nggak bawa dompet. Ya biar kamu yang bayarin.
Tapi, sungguh, deh, pola begitu jika diterapkan di setiap perayaan ulang tahun, tentu akan membuat sesuatu yang spesial menjadi sedikit berkurang kenikmatannya. Seperti teori ekonomi yang membahas tentang law of diminishing marginal utility, yaitu semakin banyak satu jenis benda yang kamu habiskan, semakin berkurang kepuasan yang didapat. Kurang lebih sama dengan perayaan ulang tahun ini.
Selain hal-hal di atas, tentunya jika pola perayaan itu berlangsung terus menerus, bukan tidak mungkin malah jadi batu yang menyandung kebahagiaan di hari ultahmu yang akan datang kelak. Loh, kok bisa? Jadi begini, ketika pola itu berulang dan berakhir mengasyikkan, pastinya di lubuk hati yang terdalam kalian ingin mengalami hal yang sama di ulang tahun berikutnya. Masalahnya nggak sesimpel itu, Saudara-saudara!
Bisa jadi saat ulang tahunmu yang akan datang, orang-orang yang ikut menyemarakkan telah memiliki kehidupan yang lain, kehidupan yang lebih penting dibanding sekadar merayakan pesta ulang tahun. Bisa jadi juga kamu sendiri yang terkungkung dengan kesibukan, membuatmu tidak leluasa merayakan atau sekedar menerima perayaan ulang tahun yang dibuat oleh orang-orang terdekatmu.
Hal itu tentu membuat ekspektasi yang semula tinggi, berakhir dengan kekecewaan. Kalian tidak mau begitu, bukan? Kan nggak lucu pas hari ulang tahunmu eh malah kamu sedih, nangis, mecucu karena nggak ada hal spesial dari orang-orang terdekat. Secara tidak langsung juga, kamu menggantungkan kebahagiaan pada orang-orang terdekatmu.
Padahal, daripada harus mengandalkan orang lain dalam perkara perayaan ulang tahun, kamu bisa membuat perayaan sendiri. Contohnya, kamu bisa seharian bermain gim mobile atau berlari ke rental PlayStation terdekat. Kamu bisa seharian nonton drakor atau menonton film, dan yang terakhir tentunya kamu bisa menulis di Mojok seperti yang sedang saya lakukan! Lumayan, itung-itung sebagai kado ulang tahun untuk diri sendiri!
BACA JUGA Saatnya Berkata “Tidak” buat Orang-Orang yang Nagih Traktiran Ulang Tahun