Belum lama ini, PT PepsiCo Food and Beverages, yang punya Pepsi, muncul lagi di Indonesia. Mereka menandai “kepulangan” ini dengan membangun fasilitas produksi makanan ringan di Cikarang, Jawa Barat, Indonesia, pada 30 Agustus lalu. Kepulangan rival Coca Cola ini wajib dirayakan.
Sebelumnya, “secara tiba-tiba”, Pepsi menghilang dari medan laga pertarungan minuman bersoda di Indonesia. Ada 2 dugaan yang menjadi latar belakangnya. Pertama, dugaan pelanggaran hak ketenagakerjaan dan buruh yang dilakukan oleh IndoAgri melalui anak perusahaannya, yaitu PT London Sumatra Indonesia. Dugaan kedua, karena mereka kalah bersaing dengan merek lain.
Sebetulnya, saya sendiri bahkan “hampir tidak merasakan” hengkangnya Pepsi. Jadi, ketika belum lama ini mendapatkan kabar mereka “pulang” ke Cikarang, saya malah kaget. “Kapan hilangnya brand satu ini?” Yang pasti, hilangnya mereka membuat Coca Cola “kesepian” karena kehilangan lawan.
Daftar Isi
Persaingan sengit antara Pepsi dan Coca Cola
Tahukah kamu bahwa persaingan antara Pepsi dan Coca Cola itu sangat sengit, terutama di pasar Eropa. Masing-masing brand bahkan sampai membuat campaign, yang menurut saya, terlalu sarkas. Nggak lagi saling menyindir, tapi sudah menjatuhkan satu sama lain.
Kalian bisa menemukan iklan persaingan di antara keduanya lewat kanal YouTube. Banyak campaign yang sebetulnya memuat unsur komedi, tapi memang jenis yang “dark”, kalau menurut saya.
Misalnya iklan milik Coca Cola. Mereka menggambarkan ada anak kecil yang ingin mengambil Coca-cola di kulkas. Namun celaka, letaknya ada di posisi paling atas. Maka, si anak kecil itu lalu mengambil beberapa kaleng Pepsi untuk dijadikan tumpuan agar dapat menggapai Coca Cola. Gokil!
Pepsi nggak habis akal. Mereka membuat iklan yang sama. Ada anak kecil yang menggunakan 2 kaleng Coca Cola untuk menggapai lubang vending machine dan membeli Pepsi.
Brand mana yang lebih enak?
Saya pribadi tidak terlalu suka minuman bersoda meski “pernah cocok” sama Pepsi Blue. Namun, kalau boleh memilih, saya akan tetap memilih Nutrisari Blewah saja.
Nah, ketika bertanya kepada beberapa teman, banyak yang memilih Coca Cola. Bukan karena apa, melainkan karena kehadiran brand tersebut lebih duluan saja masuk pasar Indonesia. Jadi, bagi mereka soal kebiasaan saja, bukan semata karena rasa. Mungkin kalau mereka masuk barengan, persaingan di Indonesia bisa sangat sengit seperti di Eropa.
Kalau soal rasa, beberapa teman saya menyatakan Pepsi itu terasa “lebih sopan” di mulut. Ia tidak meninggalkan “rasa kesal” ketika melintasi tenggorokan. Kalau Coca Cola, beberapa ada yang bilang kalau rasanya agak pahit. Sodanya berlebihan, membuat orang yang meminumnya seperti terasa panas/perih.
Ada lagi yang menyatakan kalau Coca Cola lebih cocok menjadi campuran es krim. Misalnya menjadi pelengkap Float yang ada dalam menu McDonalds.
Salah satu teman saya malang bilang gini: “Coca Cola itu paling enak menjadi campuran whiskey. Perpaduan antara rasa gandum dengan karamel menciptakan sebuah rasa yang pas dan enak. Apalagi kalau disajikan dalam keadaan dingin.”
Nostalgia yang mengancam
Pepsi memang masih butuh waktu untuk benar-benar menyapa masyarakat Indonesia. Kalau tidak salah, mereka baru akan dijual lagi pada 2025 mendatang. Namun, saya yakin, sisi nostalgia akan membuat masyarakat bisa menerima mereka. Salah satu varian yang cukup menarik adalah Pepsi Blue.
Saya yang nggak terlalu suka minuman bersoda saja bisa suka sama varian itu. Terlebih, dulu, Pepsi pernah memproduksi game legendaris bernama “Pepsiman”. Generasi 90an yang doyan main PlayStation pasti pernah mencoba game itu setidaknya satu kali.
Selain itu, “Pepsiman” juga sudah banyak dimainkan oleh content creator di TikTok. Jadi, nostalgia akan Pepsi pasti terjaga. Nah, nostalgia inilah yang bisa menjadi ancaman bagi Coca Cola. Rival mereka siap menantang lagi dan kali ini bisa saja pasar minuman bersoda diambil alih Pepsi.
Penulis: Saar AA.
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Saham Coca-Cola Turun Bukan karena Ronaldo