Kata pepatah, “boys will be boys”. Alias pria tidak akan pernah lepas dari kebocahannya. Mau disebut dewasa dari sisi mana pun, pria tidak akan lepas dari hal yang dipandang kekanak-kanakan.
Mungkin ini akibat pendidikan patriarkis di masyarakat. Di mana pria punya privilege untuk tetap memenuhi aktualisasi diri. Baik dari hobi sampai koleksi, pria dipandang lumrah melakukannya daripada wanita. Ya sudah, nyatanya memang demikian. Dan saya juga tidak ingin membahas perihal perkara ketimpangan gender ini.
Yang ingin saya tekankan adalah perkara bagaimana pria memenuhi aktualisasi diri. Apalagi setelah memiliki ikatan, baik dengan pacar maupun istri. Ketika uang yang diperoleh harus dialokasikan untuk kehidupan keluarga dahulu, lalu bagaimana pria tetap memiliki keleluasaan untuk memenuhi hasrat pribadinya?
Apalagi bicara hobi pria hari ini. Biaya untuk memenuhi kepuasan batin ini bukanlah angka yang kecil. Bahkan sekadar mancing saja, ada budget yang tetap harus dikeluarkan. Lagipula, kata pepatah lagi kalau hobi pria akan sama sepanjang masa. Hanya beda besaran biaya saja. Dulu main mobil-mobilan, kini pengen mobil beneran. Dulu main monopoli, kini suka merebut ruang hidup demi hotel.
Dengan pola yang demikian, lahirlah istilah “uang laki”. Mungkin Anda berpikir kok uang ada gendernya. Tapi, yang dimaksud adalah anggaran khusus yang dimiliki pria untuk urusan hobi. Pada wanita sendiri memang dikenal istilah “uang makeup”, tapi pada praktiknya tetap berbeda. Kalau orang Jawa, mungkin lebih akrab dengan istilah “duit lanang” yang artinya sama saja.
Uang laki tidak digunakan untuk urusan luar rumah. Semua fokus dalam pemenuhan hobi dan aspirasi pria. Sedangkan uang makeup lebih ke pengadaan riasan diri wanita. Pria punya anggaran serupa uang makeup, apalagi kalau penampilan menjadi tuntutan mereka. Tapi, umumnya lepas dari perkara sandang.
Beberapa kawan saya memang menganggarkan uang laki. Mas Sonny menggunakan uang laki untuk membeli action figure jejepangan (dasar wibu). Mas Adit menggunakan uang tersebut untuk urusan game online. Mas Dodi memakainya untuk koleksi sepatu Air Jordan yang sebenarnya tidak nyaman dipakai. Sedangkan Mas Gigih untuk kenikmatan tembakau, dari cerutu sampai cangklong.
Setiap pria punya anggaran berbeda untuk uang laki. Tentu didasari oleh seberapa mahal hobi mereka. Mas Dodi perlu anggaran dua juta lebih untuk beli sepatu Nike yang bau keringat buruh itu. Mas Sonny kadang hanya butuh beberapa ratus ribu untuk membeli figur Hatsune Miku yang penuh bau bawang.
Jadi tidak ada formulasi seberapa besar untuk pos ini. Semua kembali ke dua hal: seberapa mahal hobi pria, dan seberapa besar pendapatannya. Biasanya uang laki lebih dekat dengan perkara penghasilan. Kalau Mas Sonny sudah punya pendapatan 100 juta per bulan, saya yakin dia akan menabung untuk beli Gundam skala 1:1. Sekali lagi, dasar wibu!
Tapi, yang sering jadi pertanyaan adalah: bagaimana uang laki ini tidak mengganggu urusan dapur. Bahkan dalam perkara pacaran, sering jadi alasan ribut. Seolah-olah uang laki adalah cara pria menyembunyikan aset dari pasangannya.
Inilah pentingnya transparasi. Mungkin terdengar pria kok nggak punya kontrol. Tapi, saya pribadi tidak menyepakati urusan kontrol dalam relasi ini. Daripada sembunyi-sembunyi, lebih baik terbuka perkara ini. Intinya kesepahaman bahwa uang laki tidak mengganggu anggaran hidup bersama. Dan tujuannya jelas: untuk memenuhi aktualisasi diri.
Oke, kembali ke masalah bagaimana uang laki ini tidak mengganggu keuangan lain. Dari semua orang yang punya anggaran ini, mereka punya satu jawaban. Carilah uang laki di luar penghasilan tetap. Ini terlihat idealis, tapi tetaplah realistis.
Untuk yang punya softskill yang laku dijual, uang laki akan diperoleh dari itu. Entah jadi konsultan, punya bisnis kecil, sampai jual beli hobi. Urusan jual beli hobi ini terbukti cara ampuh untuk memelihara hobi itu sendiri. Yang hobi burung kicau pasti sudah biasa melakukan ini. Pelihara burung kicau sampai menang kompetisi, lalu jual untuk membeli burung lain.
Atau jika Anda bisa menulis, bisa jadi Mojok dan kanal serupa membantu memenuhi kebutuhan uang laki. Toh selama ini, fee dari poin Terminal Mojok saya pakai untuk urusan hobi. Untuk beli patch, rompi Ramones, sampai barang tak penting sekelas sabuk yang punk banget. Minimal, uang hidup saya tidak terganggu.
Yang penting adalah keterbukaan dan paham situasi. Kalau gaji pokok mepet untuk keperluan hidup, ya jangan sampai beras kalah dengan action figure. Karena sebelum kita bisa mengaktualisasikan diri, ada perkara yang lebih penting: urusan sandang, pangan, dan papan.