Pentingnya Organisasi Mahasiswa Daerah (Ormada)

ormada

ormada

Jarak terjauh di dunia, adalah antara bagaimana situasi yang terjadi saat ini dan bagaimana pendapat-pendapat yang brilian kedepannya untuk menghadapi situasi tersebut. Jarak itu akan menjadi terlihat dekat ketika mahasiswa dapat berinterkasi secara langsung dengan masalah-masalah kekinian di lingkungan masyarakatnya. Tidak hanya masalah-masalah penting seputar ekonomi-politik, banyak hal penting lainnya juga menunjang bagi perkembangan masyarakat.

Mahasiswa tidak boleh pesimis dan berpikir bahwa antara keilmuan akademik yang terkesan teoritis, sangat jauh dari realitas sosial kemasyarakatan. Karena tidak ada teori tanpa praktis, sehingga teori tersebut dengan cara bagaimana pun harus ditemukan kesesuainnya dengan realitas sosial, khususnya dalam melihat problem-problem yang terjadi di daerahnya.

Tidak seperti gerakan organisasi di lingkungan kampus yang lebih banyak memperhatikan isu-isu keilmuan secara luas dan mengiringi secara kritis kebijakan politik pemerintah skala nasional, organisasi mahasiswa daerah (selanjutnya ditulis ormada) lebih memiliki arti penting dalam merumuskan dan mengembangkan mekanisme perkembangan sosial-ekonomi-politik pada wilayah kedaerahan.

Harus disadari bahwa gejolak sosial-politik nasional sering kali berasal dari fenomena pinggiran dan pemerintah seringkali melakukan generalisir terhadap kebijakan ekonomi-politik pada kasus wilayah tertentu kepada seluruh wilayah di Indonesia, seperti pembangunan infrastruktur, pengembangan desa, pertanian, dan masih banyak lainnya, ini bukan sesuatu yang bersifat negatif tetapi peran ormada dirasa cukup penting dan signifikan ketika satu kebijakan pemerintah nasional berhubungan secara khusus dengan wilayah kedaerahan tertentu.

Sebagai warga lokal, mahasiswa memiliki peran strategis dalam mekanisme pembangunan daerah dan pengayaan masyarakan pada tingkat lokal, itulah kenapa ormada sangat penting dalam menghubungkan atau menstrasformasikan gagasan-gagasan kreatif di daerahnya.

Secara institusional, ormada perlu merevitasisasi pola pikir dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, nilai-nilai kearifan lokal, dan sikap religiusitas yang dirasa penting untuk memulai perubahan sosial pada skala lebih besar yang tujuannya adalah proyek kemajuan dan memiliki daya saing, tanpa ini ormada justru akan kehilangan tanggungjawab moral dan intelektual bagi daerahnya.

Saat ini, sistem pemerintahan banyak memberikan kekuasaan pada pemerintah daerah atau disebut desentralisasi yang perannya adalah daya pembangunan yang merata. Adanya anggaran khusus untuk daerah, katakanlah anggaran desa, berfungsi untuk menciptakan tatanan kemakmuran dan ini berdampak besar bagi perubahan sosial-ekonomi masyarakat daerah.

Mahasiswa sebagai instrumen atau bagian dari masyarakat dan aset sumber daya manusia daerah berperan dalam menggali, mengembangkan, dan merubah tatanan masyarakat sesuai kapasitas keilmuan yang dimiliki dan sekaligus pengabdian kepada masyarakat sebagaimana tergambar dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Sebuah ormada, hendaknya melakukan perumusan-perumusan strategis organisasi kedaerahan dalam mengemban kewajiban dan cita-cita masyarakat untuk memajukan daerahnya. Tidak ada hal yang lebih penting bagi tanggungjawab mahasiswa di lingkungan ormada, selain mengubah tatanan masyarakat yang lebih baik.

Ilmu yang telah mereka pelajari di lingkungan kampus, harus membumi atau menyentuh dimensi kemasyarakatan guna merumuskan nilai-nilai instrumental dalam menghadapi tantangan-tantangan global yang berimbas pada kehidupan masyarakat. Tidak hanya itu, ormada sebagai agen perubahan, adalah pelopor dalam menentukan arah masa depan daerahnya.

Di kota-kota besar Indonesia, sebagaimana di Yogyakarta, mahasiswa pasti memiliki ormada, paling tidak pada wilayah propinsi khususnya untuk mahasiswa yang berasal dari daerah selain pulau Jawa. Dalam banyak hal, ormada memiliki hubungan strategis dengan pemerintah daerah, seperti adanya program-program kedaerahan yang diselenggarakan ormada, memperkenalkan budaya dan nilai-nilai lokal kepada orang lain, dan juga pendanaan bagi program ormada yang berasal dari pemerintah daerah. Ini salah satu peran penting ormada pada wilayah di mana ia hidup dan bergerak, meskipun ini berjangka pendek namun keterlibatan mahasiswa di lingkungan ormada tidak boleh dipandang sebelah mata.

Masalahnya adalah banyak mahasiswa saat ini yang bersikap pesimis terhadap ormada, dianggap tidak penting, kurang menunjang keilmuan akademik, menganggu aktifitas belajar, dan yang tidak kalah tragisnya adalah mahasiswa enggan pulang ke daerah masing-masing ketika ia sudah lulus kuliah, mereka mengagap keilmuan yang selama ini mereka geluti tidak cocok dengan kondisi sosial masyarakatnya dan sebagai titik aman mereka mencari prospek kerja yang lebih menjanjikan, mencari daya saing yang lebih tinggi, dan melupakan daerahnya sekedar sebagai kampung halaman masa kecil yang penuh kenangan indah.

Hal ini sebenarnya lebih merupakan problem di mana mahasiswa tidak mengerti untuk apa sebenarnya ormada diselenggarakan. Mainset semacam ini harus dirubah karena ormada jauh memiliki arti penting pada jangka waktu yang lebih lama, khususnya dalam memobilisasi peran mahasiswa dalam pembangunan nasional di masa depan yang lebih baik.

Istilah “agen perubahan” sebenarnya lebih cocok dihubungkan dengan agenda perubahan masyarakat pada skala yang lebih kecil. Demikian itu karena masalah demi masalah sebenarnya seringali muncul pada wilayah tertentu dan kemudian ditarik pada kesimpulan-kesimpulan general, lalu timbullah gagasan-gagasan besar untuk merubahnya.

Mahasiswa sebagai duta masyarakat, memiliki peranan penting sebagai pelopor agen perubahan. Tidak ada yang lebih memiliki sikap kritis dari pada seorang mahasiswa yang melawan ketidakadilan dan ketimpangan sosial, hal ini bukan berarti mahasiswa lebih pintar, tetapi mereka memiliki sikap netral dan objektif dalam melihat problem kekinian.

Pemerintah atau politisi misalnya, mereka mempertimbangkan kebijakan berdasarkan kepentingan tertentu, kadang subjektif, dan seringkali justru menimbulkan masalah baru ketika satu masalah ingin diselesaikan. Berbeda dengan mahasiswa, keterikatan mereka hanya pada wilayah rumusan-rumusan objektif terhadap apa yang sedang mereka hadapi atau perjuangkan. Itulah kenapa ormada memiliki peranan penting dalam menghubungkan sikap kritis dan kreatif mahasiswa menjadi suatu kebijakan praktis di lingkungan daerah.

Sebagai pelopor agen perubahan, ormada hendaknya bergerak dalam dua arah. Pertama, mengorganisir mahasiswa daerah yang bersikap apatis terhadap ormada, melakukan interaksi positif dengan ormada lainnya, melaksanakan program-program positif di bidang seni-budaya untuk memperkenalkan nilai-nilai lokal yang luhur kepada khalayak luar, pemberdayaan ekonomi-kreatif bagi anggota ormada, dan memperkenalkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang peta pemerintahan di daerahnya, khususnya problem-problem yang terjadi di daerah tersebut.

Kedua, melakukan interaksi politik dan diplomasi lokal kepada pemerintah daerah dan mencari solusi terhadap problem kekinian di wilayah daerah. Setiap individu harus diberdayakan untuk mengembangkan sejumlah keilmuan khusus yang mereka miliki dan mencari titik temu dengan problem kedaerahan yang berkaitan dengan keilmuannya, dalam arti mengubah teori menjadi praktis. Yang terakhir adalah merumuskan proyeksi masa depan, seperti pengelolaan pertanian secara lebih produktif pada jangka panjang, penyadaran kepada masyarakat tentang arti penting ilmu pengetahuan dan daya gunanya bagi mereka, dan menciptakan daya saing yang tinggi antar daerah agar masyarakat lebih bersikap kompetitif bagi kemakmuran, keadilan sosial, dan kemajuan. Di sinilah letak dan arti penting gerakan ormada bagi perubahan sosial yang lebih baik. (*)

BACA JUGA Pelaku Rasisme Telah Diproses Hukum, Papua Aman dan Kondusif atau tulisan Rohmatul Izad lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version