Orang kota nggak usah sok-sokan ingin pensiun di desa, belum tentu cocok.
Saya sering membaca beberapa artikel di Terminal Mojok tentang tempat pensiun ideal. Siapa tahu ada yang cocok jadi tempat pensiun bagi saya dan istri kelak. Terus terang, dari sekian banyak yang saya baca, lumayan banyak tempat yang klop di hati.
Akan tetapi, setelah merenung lebih dalam, saya rasa desa nggak bakal cocok buat jadi tempat menua. Sebelum banyak yang tersinggung, saya perlu tegaskan terlebih dulu pernyataan tadi. Maksud saya di sini, orang dari perkotaan kayak saya kurang cocok menua di desa. Bukan orang desa yang nggak bakal cocok menua di daerah pedesaan. Biar argumennya valid, saya akan menjelaskan latar belakang argumen saya tersebut, sebagai berikut:
Daftar Isi
Jarak fasilitas kesehatan perlu dipertimbangkan ketika memutuskan pensiun di desa
Semakin tua, badan kita semakin dekat dengan penyakit. Ketika sakit tentu yang kita butuhkan adalah keberadaan fasilitas kesehatan (faskes). Minimal faskes tingkat I macam puskesmas dan klinik. Sayangnya banyak daerah pedesaan di Indonesia yang masih jauh dari faskes. Terlebih daerah pedesaan di pegunungan yang jadi salah satu tempat ideal untuk pensiun.
Ketika memasuki usia tua dan masa pensiun, memandangi daerah pegunungan dengan udara sejuk memang kegiatan yang enak. Namun, coba bayangkan ketika sakit dan harus mengakses fasilitas kesehatan, kalian harus jauh turun gunung juga bakal sangat merepotkan. Apalagi kalau hanya tinggal berdua dengan pasangan, repotnya bakal dobel-dobel.
“Ah, biasa aja itu, Bang. Buktinya para orang tua di desa biasa aja menghadapi kondisi tersebut.” Memang kalau orang asli desa tersebut mesti sudah biasa dengan kondisi itu. Akan tetapi, orang dari kota seperti saya mungkin bakal kaget dengan faskes yang jauh dari tempat domisili. Mengingat, di daerah perkotaan lazimnya dekat dengan segala macam faskes.
Baca halaman selanjutnya: Kualitas fasilitas …
Kualitas fasilitas kesehatan
“Santai aja, Bang. Di desa pelosok yang mau saya jadikan tempat pensiun sudah ada pustu (puskesmas pembantu). Jadi, perkara faskes beres.” Eiits, belum tentu beres, Gaes. Sekali pun di desa pelosok tempat pensiun kelak sudah ada faskesnya, perlu ditinjau lebih dalam lagi. Apakah faskesnya memiliki peralatan medis yang lengkap? Apakah jumlah nakesnya sudah cukup untuk mengakomodir kebutuhan desa tersebut?
Kita sama-sama tahu, peralatan medis lengkap hanya ada di kota-kota besar Indonesia. Makanya, misalnya kamu sakit di sebuah puskesmas di Cilacap. Jika penyakitmu nggak sanggup ditangani puskesmas, kemudian kamu akan dirujuk ke rumah sakit di pusat Kota Cilacap. Andai rumah sakit Cilacap nggak mampu menangani juga, biasanya akan dirujuk ke Purwokerto. Begitu seterusnya, bahkan bisa sampai Jakarta.
Belum lagi fakta bahwa jumlah nakes di daerah pelosok jelas lebih sedikit ketimbang di kota. Walaupun faskes punya peralatan medis yang lengkap, bila yang mampu mengoperasikannya terbatas, tetap amsyong juga, Gaes. Malah nggak terpakai itu barang.
Oleh sebab itu, buat orang kota, pikir-pikir lagi deh kalau mau pensiun di desa yang pelosok. Pasalnya, ketika kamu sakit, tak semudah itu cari faskes yang berkualitas dan cocok. Beda kalau di kota, pilihan faskesnya jauh lebih banyak.
Sarana dan prasarana untuk kelompok rentan jarang di pedesaan
Semakin tua, bukan hanya faskes yang dekat dan berkualitas saja yang dibutuhkan. Kita perlu juga yang namanya sarana dan prasarana untuk kelompok rentan. Yang termasuk kelompok rentan adalah lansia, anak, perempuan dan penyandang disabilitas.
Kala masih muda, kita nggak butuh yang namanya lift untuk berpindah lantai. Lha wong tubuhnya masih bugar. Cuma naik satu atau dua lantai mah nggak bakal terasa. Silakan bandingkan ketika sudah masuk usia senja. Buat naik tangga satu lantai saja, pasti akan nyari-nyari lift. Lantaran tulang dan sendi mulai melemah.
Kira-kira fasilitas untuk kelompok rentan itu sudah ada belum di desa-desa tempat kamu pensiun besok? Apabila belum ada, rajin-rajin olahraga dan biasakan naik tangga. Agar kaki tetap kuat sampai memasuki usia uzur.
Buat seluruh orang yang tinggal di daerah perkotaan, sebelum terlambat, susun kembali rencana tempat pensiun kelak. Jangan sampai sudah mantap pindah ke desa saat pensiun, tapi malah menyesal. Jangan berharap pemerintah bakal menyulap beberapa persoalan tadi dengan sekejap. Karena di antara semua kepahitan hidup, yang paling pahit adalah berharap pada pemerintah.
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Menjamurnya Rekomendasi Tempat Tinggal setelah Pensiun Adalah Gerbang Menuju Keruwetan Daerah
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.