Sebagai upaya merawat masa kecil yang rentan lenyap, tiba-tiba saya ngidam untuk mencecap kembali nikmatnya madu odeng asli Baduy.
Berbeda dari sekarang, saat kecil dulu rasanya gampang betul untuk mendapatkan produk ini, setiap hari ada saja orang Baduy yang mampir menjajakan dagangannya ke tiap pelosok daerah. Tetapi belakangan ia menjadi sangat sulit untuk ditemukan, mungkin orang-orang Baduy sekarang lebih memilih menjadi youtuber ketimbang jualan, ya. Hareh~ sekalipun beli di lapak online keasliannya kadang patut diragukan.
Di tengah pencarian yang melelahkan, tanpa dugaan sebelumnya, alih-alih mendapatkan pencerahan soal keberadaan akang baduy, saya malah menemukan suatu fakta yang luar biasa, bahwa ternyata penjual madu Baduy yang acap kali berjalan dari satu tempat ke tempat lain dengan cara telanjang kaki adalah agen intel!1!!!1! Wow, fakta yang sangat mengejutkan.
Kesaksian ini saya dapatkan dari seorang kawan, mula-mula saya hanya menganggap ia meracau dan memilih untuk tidak peduli. Tetapi karena kami sudah lama saling mengenal, dan setiap orang selalu menanggung beban moral untuk menjadi pendengar yang baik bagi kawannya, maka saya putuskan untuk mengiyakan segala hal yang ia ucapkan. Lagi pula, pada kondisi negara yang sedang tidak baik-baik saja, berbincang dengan seseorang yang memiliki lingkar otak tidak lebih luas dari Jok motor N-max bukanlah pilihan buruk, dan hiburan gratis semacam itu terlalu sulit untuk dilewatkan, bung!
Ia membuka bualannya dengan asal usul Baduy sebagai kelompok adat yang mengisolasi diri dari interaksi luar. konon mereka adalah sekelompok pengikut prabu pucuk umun yang sakit hati karena kalah dalam ajang sabung ayam dengan Maulana Hasanudin. Berbeda dengan judi ager depan SD, yang dipertaruhkan oleh mereka adalah harga diri. Kesepakatannya begini, barang siapa yang kalah harus tunduk dan masuk pada ajaran yang menang.
Maulana Hasanudin yang sedang dalam misi penyebaran agama islam jelas tertantang dan menerima ajakan itu.
Syahdan. Saat yang dinanti datang. Pucuk umun membawa jalak rarawe sebagai ayam pilih tanding, ia terbuat dari besi baja yang dilapisi air raksa, dan yang pasti bukan impor dari luar negeri. Sedangkan Maulana Hasanudin membawa si jalak putih, ia tercipta dari sorban yang dihentakkan sekali oleh sultan. Untung bukan sorban Picolo, ya. Dengan formasi semacam ini, tentu Roy kiyoshi sekali pun kesulitan menebak siapa yang akan keluar sebagai pemenang.
Dengan bantuan Allah, tanpa dugaan si jalak putih bisa menundukkan si jalak rarawe tanpa perlu mengeluarkan tenaga ekstra. Tapi dasar pucuk umun, bukannya mengakui kekalahan dengan memeluk islam ia dan beberapa pengikut setianya malah kabur dan mengubah wujud menjadi burung beo sambil mengumpat dan berjanji akan membalas kekalahan itu, kelak.
Dan kawan saya, dengan sangat percaya diri mengatakan bahwa orang-orang Baduy yang menjajakan dagangannya adalah agen intelijen yang di utus oleh pucuk umun. Mereka adalah mata-mata, dalam strategi perang itu pernah di singgung dalam buku “The Art of War” karya Sun tzu bahwa kekuatan spionase adalah salah satu kunci keberhasilan menggali informasi dan menaklukkan lawan .
Alangkah bodohnya saya yang selama ini diperdaya oleh teori bikinan orang luar yang komunis dan liberal, astaga! Pasalnya hingga detik ini saya terlampau meyakini penelitian dan laporan para etnograf Belanda yang ditulis oleh Van Hoevell (1845), Jacob dan Miejer (1881), Pleyte (1909) dan Van Tricht (1929) soal muasal Baduy.
Padahal mereka belum jelas sanad keilmuannya, dan perilaku semacam ini jelas adalah selemah-lemahnya iman.
Orang Baduy itu, pengikut pucuk umun yang punya watak dendaman seperti mantan kekasih, jelas harus segera hijrah dan bertaubat agar membatalkan niatnya yang tercela. Dan kita turut aktif mendukung gerakan yang diusung Perusahaan Listrik Negara (PLN) melalui yayasan baitul maal yang terus berdakwah dan menjadikan warga Baduy sebagai mualaf. Kurang baik apa coba mereka, bukannya menyediakan pasokan listrik kepada masyarakat mereka malah berjihad di jalan Allah. Kalau urusan sering mati lampu, ya kita harus tetap bersabar~
Kita juga harus menolak upaya dari aktivis liberal yang terus mendukung agar sunda wiwitan diakui sebagai agama dan masuk dalam kolom KTP, bagaimana coba seandainya hal itu terjadi dan diam-diam pucuk umun dan gengnya melakukan wiwitanisasi. Akan repot, bung. Cuma islam yang memiliki hak penuh untuk berdakwah di Indonesia, agama lain harus kita tolak.
Apalagi mereka agama yang sudah lama mendiami nusantara, harusnya sedikit sopanlah sama tamu macam kita. Dasar tuan rumah tidak tahu diri. Hadeh!
Sambil mencegah balas dendam itu kita juga musti jaga-jaga, siapa tahu kan di dalam sana mereka sudah membangun nuklir untuk menyerang kita. Dan MUI sebagai lembaga yang paling paham soal agama, harus kita dukung untuk sesegera mungkin menurunkan fatwa soal ini. Tentang apa saja lah, yang penting fatwa.
Bermanfaat atau tidaknya jelas bisa dicari belakangan.
Kita juga bisa bekerja sama dengan ormas islam yang memiliki banyak laskar, meraka harus dilatih dengan porsi militer. Kan kurang sopan kalau Cuma ngamuk-ngamuk di pengajian orang atau sweeping buku komunis. Sesekali dihadapkan dengan musuh yang lebih sepadan, prajurit pucuk umun misalnya.
Sudah lah. Lebih baik saya beli kurma saja ketimbang madu Baduy hasil prajurit pucuk umun yang membangkang. Naudzubilllah~