Penjelasan soal Berat Perhiasan Emas Bisa Menyusut Setelah Dipakai

berat perhiasan emas menyusut karena apa alasan penjelasan mojok.co

berat perhiasan emas menyusut karena apa alasan penjelasan mojok.co

Setelah saya menulis empat artikel yang mengulas tentang perhiasan emas di Mojok, ada di antara pembaca yang bertanya melalui kolom komentar mengenai alasan berat perhiasan emasnya menyusut setelah dipakai. Hal ini dianggap aneh oleh si penanya, sebab penyusutan berat perhiasannya tidak sama di setiap toko emas. Di salah satu toko langganannya yang sebut saja bernama Toko S, penyusutannya hanya 0,1 gram. Namun, di Toko A, susutnya sampai 0,5 gram. Di kolom komentar tersebut, ia menanyai saya kenapa hal itu bisa terjadi.

Saya berangan-angan, ia pasti merasa bingung dan bahkan mungkin saja juga merasa jengkel kenapa harus ada perbedaan penyusutan seperti ini. Sementara kita tahu sendiri kalau setiap miligram dari emas ini muahalnya bukan main. Baik itu emas muda, yang berkadar 37 persen, dan apalagi emas tua, yang kadarnya 70 sampai 99 persen.

Supaya para pembaca Mojok yang hobi dandan pakai perhiasan emas ini tidak terus-terusan juga ikut bingung mengenai alasan penyusutan ini, maka izinkanlah saya sebelumnya untuk memperkenalkan diri dulu sebagai salah seorang pegawai toko emas di daerah Blitar, Jawa Timur. Di sini saya akan berusaha menjelaskan dengan sebenderang mungkin mengenai alasan penyusutan pada perhiasan emas yang biasa mereka beli ini. Cekidot.

#1 Berat perhiasan menyusut sebab terus bergesekan dengan benda lain

Kita tahu sendiri, benda apa saja kalau terus-terusan bergesekan dengan benda lainnya pasti akan rawan terkikis sedikit demi sedikit. Contoh sederhananya adalah silakan ambil uang logam Rp500. Kemudian ia ditimbang, taruhlah beratnya sekitar 3,13 gram. Setelah itu, goreskan uang itu terus-menerus pada lantai selama sekitar 15 menit—boleh sambil ngopi atau merokok, tentu beratnya akan menyusut, katakanlah tinggal sekitar 2,8 gram-an.

Logika selanjutnya, jika kita memiliki gelang yang kita pakai di lengan kita (ya iya lah, masak di kaki? Kalau yang itu namanya binggel), tentu gelang itu akan bergesekan dengan benda apa saja yang menyentuh tangan kita. Tinggal dihitung sendiri, sudah berapa kali pergelangan tangan kita dan perhiasan yang melingkarinya itu bersentuhan atau bergesekan dengan benda lainnya pada satu hari ini saja? Tentu banyak kali bukan?

Itu adalah jenis pergesekan dan perhitungan sederhana yang masih kita sadari. Dan tentunya, kita jelas tidak mungkin untuk terus-menerus menghitungnya selama dua hari, tiga hari, sebulan, sewindu, dan seterusnya, kecuali hanya dengan perkiraan.

Dan menurut pengalaman saya saat menerima kembali barang dari konsumen yang waktu pembeliannya masih sebentar atau kurang dari satu tahun, rerata beratnya tidak sampai susut akibat persentuhan dengan benda-benda lainnya. Akan tetapi, jika masa pemakaiannya sudah lebih dari dua tahun, barulah indikasi penyusutan ini sangat mungkin terjadi.

#2 Berat perhiasan menyusut karena ada bagiannya yang putus atau hilang

Jika ada komponen perhiasan yang hilang karena terputus atau sebab faktor lainnya, maka besar kemungkinan akan memengaruhi berat perhiasan. Umumnya, komponen perhiasan yang sering kali hilang lantaran putus ini adalah pernak-pernik yang menghiasi gelang variasi atau gelang yang jenis lemas. Karena part dari perhiasan ini kondisinya tak lagi selengkap seperti kondisi awalnya pada saat pembelian, maka setelah melalui proses penimbangan, sudah pasti beratnya pun akan menyusut atau berkurang.

Sementara itu, risiko untuk perhiasan yang berjenis padat atau istilahnya dalam dunia peremasan disebut barang cor-coran, seperti cincin, gelang kolong, risikonya bukanlah putus, akan tetapi barangnya penyok akibat berbenturan dengan benda lain. Jika sudah demikian, biasanya pihak toko pun akan memberikan tambahan biaya perbaikan pada pelanggan, saat mereka menjual kembali barang.

#3 Pihak toko mempertimbangkan risiko berat perhiasan yang akan menyusut setelah proses pencucian

Pada artikel saya di Mojok yang sebelumnya, saya sudah menjelaskan bahwa perhiasan emas yang dicuci akan cenderung mengalami penyusutan. Sejauh pengalaman saya selama mencuci perhiasan emas sendiri ini, rata-rata penyusutan per 100 gram barang adalah sekitar 1 sampai dengan 2 gram.

Jika berat perhiasan yang hilang akibat penyusutan ini dikalikan dengan harga emas kadar muda yang saya jual saat ini, yakni per gram-nya sekitar Rp340.000, berarti saya harus siap-siap menanggung biaya penyusutan sekitar Rp340.000 sampai dengan Rp680.000 per 100 gramnya. Atau jika dibagi dengan jumlah barang yang dicuci, maka risiko penyusutannya sekitar Rp3.400 hingga Rp6.800 per gram.

Tapi tentu saja, hitung-hitungan saya ini tidak mutlak. Angka ini hanyalah hitungan rata-rata, berdasarkan pengalaman pribadi saya saat mencuci perhiasan sendiri. Yang besar kemungkinan hasilnya juga akan berbeda dengan pengalaman toko emas lainnya. Dan risiko biaya penyusutan ini belum ditambah dengan biaya untuk obat cuci perhiasan yang kisarannya Rp1.500 per gram-nya.

Wabilkhusus, untuk barang yang sudah sangat lama dipakai oleh konsumen, biasanya nilai riilnya akan cenderung menyusut, meskipun jika ditimbang nilainya meningkat. Bertambahnya bobot perhiasan yang dipakai lama oleh konsumen ini pada umumnya disebabkan oleh adanya kotoran yang hinggap dan mengerak pada bagian dalam perhiasan.

Saya memiliki pengalaman pribadi tentang bobot perhiasan yang lama dipakai oleh konsumen ini. Yakni pada saat membeli kembali (buyback) sebuah kalung rantai dari salah seorang konsumen. Sewaktu perhiasannya itu saya timbang, ternyata beratnya tidaklah semakin berkurang namun justru bertambah.

Waktu itu, saya melihat tulisan yang tertera pada surat perhiasan tercatat 8 gram, sementara barang yang ada di atas timbangan digital itu menunjukkan angka 8,3 gram. Pikir saya, jelas tidak mungkin perhiasan itu akan bertambah berat dengan sendirinya, kecuali ia telah dirasuki arwah benda lain yang menyebabkan bobotnya bertambah.

Pada umumnya, hal yang menyebabkan perhiasan bertambah berat adalah sebab ia kemasukan air, kemasukan sabun, atau ketambahan bolot dari si empunya perhiasan—kalau ia sudah memakainya dalam waktu yang sangat lama.

Biasanya untuk kasus-kasus seperti ini, saya dan pada umumnya toko perhiasan emas lainnya akan membakar perhiasan supaya tahu berat asli barang pada saat kondisinya sudah kering dan bebas dari kerak. Setelah melalui proses pembakaran, barulah perhiasan akan ditimbang. Dan berat itulah yang akan dijadikan acuan sebagai bobot riil perhiasan pada saat ini.

Dan sebagai catatan dari beberapa toko perhiasan, kemungkinan besar barang yang sudah dipakai dalam waktu yang sangat lama, misalnya lebih dari lima tahun, maka beratnya cenderung akan menyusut, kecuali ia amat juwaraaang sekali dipakai.

Namun konsumen tidak perlu khawatir, seiring berjalannya waktu, nilai atau harga perhiasan itu juga akan meningkat dengan sendirinya. Apalagi jika pemiliknya telaten dan sabar saat menyimpan barang, katakanlah minimal selama lima tahun saja, ditambah ia rajin bolak-balik datang ke toko emas untuk nanyain harganya. Pastinya, ia akan sangat berpeluang untuk menjual kembali barangnya dengan harga yang lebih mahal. Belum lagi dengan situasi di musim pandemi sekarang ini, harga emas cenderung melesat naik. Buktinya, silakan cek sendiri pada laman Harga Emas.

Dan sebagai penutup, saya ingin memberikan saran. Jika kita tidak ingin berurusan dengan risiko penyusutan dari perhiasan yang kita miliki, alangkah baiknya jika perhiasan itu jarang-jarang dipakai. Misalnya, ia dipakai pada saat menghadiri acara-acara kondangan saja, dan itu pun masih diseleksi lagi. Kalau kondangannya untuk kelas lokalan saja, memakai gelang yang imitasi. Sementara untuk perhiasan emasnya disimpan baik-baik di rumah biar ia bobok dengan tenang.

Dan jika ingin lebih aman lagi, saya sangat merekomendasikan untuk membeli emas batangan yang kadarnya 24 karat. Di antara keunggulannya adalah harganya selalu mengikuti tren harga emas dunia, yang mudah kita pantau sewaktu-waktu. Dan selain itu, ia juga bebas risiko penyusutan sebab tidak mungkin akan kita pakai kecuali saat mau kita jual di tokonya nanti.

Semoga sedikit ulasan ini bisa memberikan sedikit pencerahan dan meredakan kegelisahan mbak-mbakku, bulek-bulekku, dan budheku yang hobinya mengoleksi perhiasan emas.

BACA JUGA Begini Cara Toko Emas Menghitung Harga dan Ongkos dalam Jual Beli Perhiasan Emas dan tulisan Muhammad Adib Mawardi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version