Kesan menyeramkan dan angker sering dirasakan banyak orang ketika sedang melewati Penjara Kalisosok Surabaya. Bangunan tua yang terletak di Jalan Kasuari No. 5 Kecamatan Krembangan ini membuat bulu kuduk siapa pun yang lewat sana berdiri.
Sebagai orang yang sudah lama tinggal di Kota Pahlawan, saya punya hobi jalan-jalan. Saya biasa jalan-jalan secara acak saja. Kadang saya melewati gemerlapnya Kota Surabaya, kadang juga menyelami sisi lain dari Kota Pahlawan. Bagi saya, kota ini seperti rentetan cerita yang harus saya tuntaskan satu per satu. Terutama jika Kota Surabaya harus digandengkan dengan sejarah. Maka setiap gang, setiap jalan, pohon, dan bangunan selalu menyimpan sejarah yang perlu saya diperhatikan.
Ngomong-ngomong soal sejarah di Surabaya, saya menyadari kalau ini pasti jadi pembahasan yang menarik. Sebab, berbicara sejarah di Kota Pahlawan seolah nggak ada habisnya. Saya bilang begini karena beberapa waktu lalu saya membaca tulisan Mas Dito soal Gedung Setan Surabaya. Bayangkan, sebelumnya saya sama sekali nggak pernah jika gedung yang kerap saya lewati ketika menikmati city light dari flyover Jalan Diponegoro itu memiliki rangkaian sejarah yang menerangkan.
Dari situ, saya akhirnya tertarik juga untuk mengulas beberapa tempat sejarah di Surabaya. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah Penjara Kalisosok Surabaya. Penjara satu ini memiliki nilai historis sangat tinggi di Kota Surabaya. Namun, saya juga nggak pernah menyangka jika ketertarikan saya soal penjara ini menggiring saya pada hal mengejutkan. Ketika saya menelusuri apa yang terjadi di masa lalu di tempat ini, saya terkejut kalau penjara ini lebih mirip gedung angker ketimbang cagar budaya.
Daftar Isi
Sejarah Penjara Kalisosok Surabaya
Saya mengawali penelusuran dengan mencari kapan dan mengapa penjara ini didirikan. Berdasarkan sumber yang saya peroleh, dahulu, terdapat dua jenis penjara yang ada di Kota Surabaya. Pertama ada penjara dalam kota (Binnenboei) dan kedua ada penjara luar kota (Buitenboei). Dan benar saja, Penjara Kalisosok merupakan penjara yang ada di dalam kota.
Kemudian saya juga mendapat informasi tambahan bahwa Penjara Kalisosok Surabaya ternyata didirikan oleh Daendels pada tahun 1808. Pembangunan penjara ini disinyalir menghabiskan biaya hingga 8000 gulden. Namun pada tahun 1845, penjara dalam kota ini diinisiasi untuk diperbesar dan diperluas. Inisiasi tersebut akhirnya disetujui tiga tahun setelahnya. Dan pada 1850, dengan adanya 12 lokasi tahanan baru, Penjara Kalisosok diaktifkan dan langsung digunakan.
Bangunan yang menyimpan banyak sejarah, tapi kian memprihatinkan
Seiring dengan berjalannya waktu, Penjara Kalisosok Surabaya menyimpan cerita yang harusnya diukir untuk pembelajaran masa depan. Penelusuran saya menemukan bahwa kondisi terkini penjara ini sangat memprihatinkan. Saat penelusuran, saya tentu tak bisa masuk dengan sembarangan, sebab saat ini bangunan bekas penjara ini sudah jadi cagar budaya.
Akan tetapi, dari luarnya saja saya bisa melihat. Penjara yang dulu terkesan megah, kini sangat berubah. Pohon-pohon liar, semak belukar, dan bermacam jenis rerumputan hidup di dinding dan atap bangunan. Tentu ini menjadi bukti betapa menyedihkannya bangunan bersejarah ini. Itulah mengapa, siapa pun yang lewat bangunan bekas penjara ini sekarang bukannya merasa takjub akan nilai historisnya, malah jadi takut dengan tempat ini.
Padahal perlu diketahui bahwa Penjara Kalisosok Surabaya menjadi saksi bisu ditahannya beberapa tokoh nasional kemerdekaan Indonesia oleh Belanda. Dari hasil penelusuran lanjutan, ada beberapa nama yang berhasil saya kumpulkan. Sebut saja presiden pertama kita Ir. Soekarno, pencipta lagu Indonesia Raya W.R. Soepratman, KH. Mas Mansyur, dan bahkan guru bangsa kita, yakni HOS Tjokroaminoto.
Cerita mistis lebih terkenal ketimbang cerita sejarah
Akan tetapi sebagaimana yang sudah saya katakan, Penjara Kalisosok Surabaya saat ini lebih dikenal sebagai tempat angker ketimbang tempat yang bersejarah. Cerita-cerita mistis dan horor lambat laun populer menyelimuti tempat ini. Bahkan tak jarang saya mendapatkan cerita dari banyak orang jika tempat ini sering terdengar suara teriakan dan tangisan gaib yang konon berasal dari para penghuni penjara dulu. Belum lagi cerita suster Belanda dan tetek bengeknya itu.
Saya rasa, hal-hal seperti ini perlu disudahi. Sebab, kalau cerita ini terus-menerus diceritakan, maka sama saja seperti kita sedang melupakan sejarah dengan perlahan. Hal ini terbukti, lantaran banyak orang yang bilang kalau Penjara Kalisosok Surabaya saat ini lebih cocok untuk kegiatan uji nyali ketimbang wisata edukasi. Padahal sekali lagi, penjara ini sangat penting bagi perkembangan sejarah kehidupan Kota Surabaya.
Saran saya, sih, mulailah kurangi cerita-cerita misteri yang memojokkan tempat bersejarah ini. Eman-eman. Sebab, jika cerita-cerita horor ini terus berkembang, setidaknya akan ada dua dampak. Pertama, orang akan datang ke sana hanya untuk tes uji nyali, bukan mempelajari nilai histori. Kedua, dengan adanya cerita itu, orang akan jadi takut, dan kalau takut, pembelajaran sejarah soal tempat itu tak akan pernah tersampaikan.
Jadi, stop sampai di sini, ya.
Penulis: Adhitiya Prasta Pratama
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Wisata Kota Lama Surabaya Sebenarnya Indah asal Oknum Fotografer Nggatheli Diberantas.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.