Tolong buat Pengelola Coffee Shop di Kediri, Nggak Usah Sok Edgy kalau Masih Butuh Pelanggan

Trend Startup Coffee Shop dan Permainan Berbahaya yang Mereka Lakukan: Bakar Duit Terus sampai Mampus! kediri

Trend Startup Coffee Shop dan Permainan Berbahaya yang Mereka Lakukan: Bakar Duit Terus sampai Mampus! (Pixabay.com)

Dulu saat saya SMA, coffee shop di Kediri belum semenjamur sekarang. Paling hanya ada beberapa cafe itu pun belum yang bertema coffee shop. Mulai 2019, sebelum pandemi kira-kira, satu persatu coffee shop mulai berdiri di Kediri. Temanya juga beragam, ada yang sederhana minimalis, industrial, ataupun cukup elegan dan mewah. Sampai akhirnya setelah pandemi covid mereda rasanya tiap sudut kota Kediri sudah dijajah oleh beragam coffee shop.

Sebagai orang yang bekerja di creative industry, beberapa kali juga saya coba menjelajah coffee shop di Kediri, sekaligus mencoba merger dengan management yang saya kelola. Dari pengalaman-pengalaman ini, sering sekali saya dibikin jengkel oleh para pihak pengelola coffee shop yang banyak gaya dan sok edgy.

Bukannya dapat partner kerjasama yang saya dapat, malah kesal di hati menghadapi ulah-ulah mereka. Masalahnya tidak satu dua coffee shop, sudah ada beberapa yang saya rasa pengelolanya kurang beretika bahkan sampai ke pelayanan cafenya sendiri pun kurang bagus.

Coffee shop isinya cuma satu circle

Dari fenomena ini, yang saya lihat beberapa coffee shop di Kediri ini sebutannya serasa seperti cafe circle. Iya, isinya cuma satu circle karena yang datang itu-itu aja. Satu orang ajak temannya, temannya ajak teman lainnya.

Buktinya sering juga mereka malah asyik sendiri ngobrol sambil ketawa-ketawa. Saya kira itu memang pelanggan, tapi ternyata pas saya lihat lagi berapa orang dari mereka kenal dengan karyawan coffee shop entah barista maupun waitressnya. Pernah pula saya sengaja datang sekaligus ingin membicarakan reservasi, ternyata pihak pengelola datang dari circle yang asyik sendiri itu.

Adapun satu coffee shop yang terlihat dari postingan-postingan di sosial medianya pengunjungnya juga terlihat itu-itu saja yang bergaya. Ini bukan postingan promosi ya, memang postingan yang menunjukkan crowd dari cafe dan pengunjung yang datang itu lagi, itu lagi.

Baca halaman selanjutnya: Pelayanan judes, CS slowrespon, nggak niat bikin usaha…

Pelayanan judes, CS slowrespon, kayak nggak niat bikin usaha

Ini terasa lebih banyak lagi coffee shop yang saya kunjungi pelayanannya malah judes. Dari kasir depan saja pelanggan bukan disambut dengan ramah, malah disambut dengan muka asem. Cara bicaranya pun singkat dan sinis, ada yang ketika cuma ditanya menu ini isinya apa jawabannya kayak ogah-ogahan. Belum lagi di antara mereka sering saling teriak dan tertawa kencang antarkaryawan dan bikin pelanggan tidak nyaman. Minus etika. Padahal hospitality tuh penting di kafe lho.

Saya kira mungkin memang salah karyawannya, ternyata ke pihak pengelola pun sama saja. Karena ada project kolaborasi di management saya dengan coffee shop, beberapa kali saya juga bersinggungan dengan pengelolanya. Entah manager atau pihak marketing. Tidak jarang, pengelola yang saya temui malah berlagak dan sombong. Padahal lumrah sekali namanya sebuah brand usaha saling kerjasama dan jadi kesempatan yang baik. Tapi, ada saja dari pihak pengelola yang menanggapi dengan remeh seolah coffee shopnya bisa berdiri kokoh sendirian. Status saja namanya manager atau marketing, tapi kayaknya nggak paham benar bagaimana kerja manager atau marketing. Yang penting pengelola coffee shop, lumayan buat bahan flexing.

Tidak berhenti di sini, CS alias customer service yang katanya bisa dihubungi kapanpun untuk pelayanan lebih cepat nyatanya cuma kentut belaka. Pernah saya dan kawan saya coba reservasi satu coffee shop tapi malah tidak dibalas. Nekat ke sana yang untungnya masih ada tempat, mau protes taunya karyawan bukan minta maaf eh malah mengelak dengan tampang judes. Adapun saat saya mau reservasi dan bertanya untuk menu, balasnya nunggu 1 hari lagi, kacau memang. Kadang pun saya coba kontak yang katanya manager atau marketing itu untuk ajakan kerjasama atas saran dari karyawan nyatanya tidak dibalas sama sekali. Mungkin memang mereka sudah berada di atas angin dengan para circlenya yang asyik sekali itu.

Sok edgy padahal fasilitas dan kualitas makanan biasa aja

Karyawan dan seluruh pengelolanya saja yang sok edgy, padahal model coffee shop dan fasilitasnya terbilang biasa saja. Seperti bisa dihitung jari cuma berapa coffee shop di Kediri yang menyediakan fasilitas cukup baik dan proper. Part paling menyedihkan adalah ketika AC cuma jadi pajangan. Padahal orang ketika datang ke coffee shop dan memilih ruangan ber-AC biasanya untuk WFC atau mengerjakan tugas. Tapi, sayangnya AC tidak terasa sama sekali, entah sebenarnya itu dinyalakan atau tidak.

Selain itu makanan yang disajakan cenderung biasa saja. Namanya saja sok keren harga dibuat mahal, padahal sangat amat biasa. Masa pernah saya makan nasinya masih keras. Pernah juga parah sekali spageti yang saya pesan kejunya penuh semut. Pesan ice tea mint rasanya kayak promag. Sesederhana nasi goreng saja rasanya nggak asin nggak manis malah awur-awuran. Kacau memang.

Makanya, kalau ketemu pengelola judes atau karyawan judes, rasanya saya sebagai pelanggan yang bayar ini pengen ngasi pelajaran, tempatmu itu loh biasa aja nggak usah sombong deh.

Penulis: Arsyanisa Zelina
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Bisnis Coffee Shop Itu Mahal, Nggak Ngotak, dan (Hampir) Pasti Bangkrut!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version