Beberapa hari lalu, sebab agak emosi sama laptop kentang yang saya miliki, tiba-tiba tangan saya bergerak sendiri tepat ke arah hardisk laptop berada. Gerakan tangan bukan mengelusnya dengan lembut dan penuh perasaan sayang, melainkan sekeras nabok helm pengendara motor yang sering zig-zag sembarangan saat jalanan lagi macet. Hasilnya, laptop saya jadi bunyi mirip jangkrik, layarnya hitam, tapi masih hidup, tapi hitam. Ah nggak tahu apa istilahnya. Akhirnya saya tanya sama teman yang ngerti masalah ini, katanya, mending dibawa ke tempat servis laptop aja, biar cepat ditangani dan diatasi.
Saya pun manut aja, karena saya juga nggak tahu ini laptop mau diapakan lagi. Setelah sampai di tempat servisnya, saya ceritakan semua keluhan. Setelah selesai, kata mbak-mbak di tokonya, akan butuh waktu. Bisa sehari, dua hari, tergantung antrean.
Akhirnya laptop saya selesai juga, tapi pihak servis laptop bilang kalau hardisknya perlu diganti. Setelah bilang itu, saya diam sejenak. Lantaran dalam beberapa kasus, kalau udah masalahnya sama si hardisk ini, biayanya nauzubillah mahal. Orang yang ada di telepon pun menanyakan kepastiannya.
Sebab saya nggak tahu lagi mau ngapain, saya iyakan saja. Duit mah masalah belakang. Bodohnya, saya nggak minta waktu untuk tanya sama teman dulu. Lalu, tempat servis laptop menanyakan size hardisk yang mana yang diinginkan. Mereka menawarkan dua pilihan, hardisk dengan 500 gigabyte atau yang 1 terabyte.
Saya langsung tanya harga, pokoknya yang 1 terabyte itu mahal, saya lupa berapa. Tapi, untuk yang 500 gb itu harganya Rp600 ribuan. Modyar, dengan harga itu, habislah sudah uang hasil menggambar beberapa waktu lalu. Akhirnya saya pilih yang 500 gb. Setelah selesai, saya langsung aja ke tempat servis laptop tersebut. Totalnya jadi Rp650 ribu, soalnya sekalian install ulang. Ini juga menyebalkan, paling disayangkan adalah file foto di hape yang saya pindah, hilang semua. Horeee.
Setelah saya ambil, uang dibayarkan, saya langsung ke tempat biasa saya ngopi. Kebetulan di sana ada si teman yang ngerti dunia beginian. Saya ngopi sekaligus meredakan emosi dan pikiran yang agak kaget, sedih, lemas, dan wah pokoknya campur-campur setelah hasil jerih payah gambar habis untuk biaya servis laptop.
Kopi telah dihidangkan, rokok juga sudah ngebul, pikiran lumayan tenang. Hati udah agak tentram karena saya pikir duit bisa dicari lagi, bahkan nggak perlu dicari karena katanya, derajat manusia lebih tinggi dari duit dan masalah-masalah. Tidak harus sedih, murung, dan gusar hanya gara-gara masalah sepele begini. Maklum, manusia. Kalau sudah begini aja, baru sok bijak ala-ala sufi.
Di pertengahan ngopi, teman saya langsung buka pembicaraan tentang bagaimana kerusakan laptop saya. Saya bilang aja, kalau hardisknya kena dan harus ganti. Teman saya langsung tanya lagi soal biaya servis laptopnya. Saya ceritakan semuanya. Dan disini, perasaan dongkol itu timbul lagi. Teman saya bilang, kalau hanya ganti hardisk yang 500 gb, nggak perlu semahal itu. Harganya di online shop hanya setengah dari harga yang saya bayar, jingan. Iya, maaf, saya ngegas.
Saya agak nggak percaya, tapi setelah teman saya mencarikan harga si hardisk ini, ternyata benar, harganya Rp300 ribuan. Wah, saya nggak tahu harus ngomong apa. Teman lain yang kebetulan ada di warung langsung menyahut. Tapi, dengan ketawa. Katanya, dia juga pernah mengalami hal yang sama. Ketika servis laptop di tempat yang sama, RAM-nya diganti ke yang lebih kecil dari RAM bawaan. Terus, ada juga teman lain yang mengatakan hal sama bahwa di tempat servis laptop tersebut, ada beberapa “daleman” laptop yang juga diganti dengan versi yang lebih rendah. Saya nggak tahu apanya, pokoknya pakai istilah-istilah perkomputeran gitu.
Nah, dari sini, saya tambah mangkel. Tapi, buat apa. Mau protes juga sudah males banget. Ya sudah, saya ikhlasin aja. Mungkin tempat servis laptop tadi lagi butuh duit banget sampai tega memanfaatkan ketidaktahuan pelanggan dan mengambil keuntungan dari sana. Kejadian ini, mungkin sudah banyak terjadi.
Makanya, untuk pembaca budiman, kejadian ini harus cukup saya saja yang mengalami. Kalian jangan, pokoknya biar saya saja. Ke depannya, bagi yang kebetulan baca ini dan kebetulan juga laptopnya rusak, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Pertama, jangan terburu-buru untuk benerin laptop ke tempat servis. Pilih dulu tempat yang direkomendasikan oleh teman-teman atau orang-orang di daerah njenengan, cari yang udah terpercaya. Kedua, pelajari sedikit-sedikit tentang masalah yang terjadi dan kira-kira apa saja yang akan diganti atau dibenerin. Cari referensi sebanyak mungkin, bisa dari internet, teman, atau siapa pun, pokoknya jangan bergerak berbekal ketidaktahuan.
Ketiga, jangan terburu-buru mengiyakan anjuran dari tempat servis laptop. Kalem dulu. Pokoknya pelajari dulu, lumayan kan dapat ilmu. Misal, dengan kasus saya tadi. Jadi seharusnya saya belajar dulu, kalau kira-kira hardisknya rusak dan harus diganti, saya harus cari tahu dulu tentang masalah ini. Bisa dibenerin atau nggak. Kalaupun diganti, nanti hardisknya seperti apa, ada alternatif lain atau tidak, dst. dst..
Dear tempat servis laptop yang saya datangi, ambil aja, makan aja, saya ikhlas. Gusti mboten sare.
Photo by Andrea Piacquadio via Pexels.com
BACA JUGA Daripada Memelihara Ayam Sendiri, Mending Serahkan Saja pada Ahlinya dan tulisan Firdaus Al Faqi lainnya.