Pengalaman Saya Ditipu Makelar Motor: Bilangnya Vespa Tua, Ternyata Bajaj Deluxe

Vespa PTS: Dulu Dipandang Sebelah Mata, Kini Jadi Buruan Utama

Vespa PTS: Dulu Dipandang Sebelah Mata, Kini Jadi Buruan Utama (Pixabay.com)

Urusan membeli Vespa tua bisa sangat pelik dan njelimet. Ujung-ujungnya, karena minim pengetahuan soal mesin, ditipu menjadi akhir cerita yang kudu diterima. Bangsat memang.

Jauh sebelum harga Vespa segila sekarang, teman saya—yang bangsat—membisiki bahwa ada motor murah yang mau dijual. “Harganya murah kok,” katanya. Bahkan cuman butuh uang beratus-ratus ribu saja untuk memboyong satu unit. Saya, tentu saja tertarik.

Sudah terbayang betapa bangganya ketika bisa menaiki motor yang dibeli dengan hanya menggunakan uang tabungan dan dipakai wara-wiri pergi berangkat sekolah. Tentunya bakal kelihatan necis serta jadi pusat perhatian di jalan dong ya.

Keunggulan naik Vespa tua

Omongan teman saya sangat meyakinkan untuk sekelas makelar amatiran yang masih duduk di bangku SMK. Dia begitu detail menjelaskan betapa membeli Vespa tua lewat dia adalah pilihan tepat. Penyesalan yang biasa muncul di belakang ditepis dengan kata-kata ciamik soal Vespa tua yang mesinnya sehat dan ready diajak blusukan ke mana saja. Termasuk sukses menggaet lawan jenis.

Dia bilang, dengan memakai Vespa akan menambah kadar kekerenan seseorang bahkan bisa sekece Gregory Peck di film Roman Holiday. Selain itu, motor yang satu ini juga aman dari curanmor ataupun begal, dulu.

Setelah termakan bujuk rayu, saya setuju dan langsung membayar motor tua tersebut. Laiknya motor tua kebanyakan, motor dengan warna cat agak kusam jalan amat lambat. Dan getaran mesinnya begitu terasa, rasanya kurang nyaman walau sekadar jalan pelan.

Baca halaman selanjutnya

Mesin nggak sehat…

Mesin nggak sehat

Entah mantra apa yang dibaca, yang pasti saya goblok sudah memutuskan membeli motor tua tersebut walau cuman sekali doang melihat dan mencoba unit Vespa berwarna biru kusam. Anehnya pas di lokasi, motor ini bisa langsung nyala tanpa kesulitan berarti. Sekali sela langsung hidup. Pun, urusan kaki-kakinya dalam kondisi optimal, kata dia.

Tahu setelah sampai rumah gimana?

Yups, ekpektasi saya terhempaskan. Dan saya menyesal. Apalagi naik Vespa tua ternyata tak semenyenangkan seperti yang beredar di beberapa film yang tampak begitu asik, mudah dan bisa memadu kasih di atas “tawon tua” sambil menunjukkan wajah sumringah. Alih-alih jadi sekece Gregory Peck yang bisa santai menikmati perjalanan, naik Vespa perlu fokus lebih. Bukan saja fokus ke jalanan, bukan. Melainkan kudu fokus menjaga putaran mesin biar mesin nggak tiba-tiba mati, apalagi mesin tuanya nggak sehat-sehat amat.

Menaiki Vespa tak mudah dan tak pernah mudah, untukmenghidupkan mesinnya saja butuh tekat kuat dan hati yang lapang serta kesabaran lebih dari tipisnya tisu toilet. Sial bagi saya, motor yang “dicaloin” teman saya ini, bisa dibilang sangat, bahkan amat busuk. Ekspektasi saya hilang, terhempaskan.

Masalah pertama muncul ketika pagi hari. Satu hari setelah Vespa tua sampai rumah kemarin sore, mesin susah hidup. Sudah diengkol beberapa kali, kali, dan kali tatap saja nirhasil. Meski sudah mencoba berulang-ulang mesin tetap anteng, tak mengeluarkan suara khasnya, tengtengtengggg.

Tahu berapa sendal jepit yang jadi korban saat itu? Satu? Bukan, bukan. Terhitung ada tiga sendal yang berakhir dengan bolong di tengah saat mencoba mengengkol Vespa tua. Ditambah sama luka baret plus lebam di telapak kaki gara-gara engkolan motor ini. Padahal kapasitas mesinnya cuman 150 cc dan kompresi ruang bakar nggak tinggi loh.

Ternyata Bajaj, baj…

Dan akhir dari semua cerita Vespa tua, ternyata yang saya beli bukan Vespa, melainkan sebiji Bajaj tahun 1978 atau biasa dikenal Bajaj Deluxe 1978. “Bentuk memang mirip, plek ketiplek dengan Vespa tua, tapi kode mesin dan perintilan jeroan mesin sangat-sangat beda. Ini adalah Bajaj buatan India,” kata pemilik bengkel di samping Pasar Kliwon pas saya bawa servis. Dari sisi mesin dan kualitas jelas di bawah Vespa apalagi kalau ngomongin sisi historisitas dan prestige-nya.

Memang Bajaj Deluxe sama-sama memakai ban berdiameter 10 inci, bodi full besi dengan desain sama persis dengan Vespa Super. Dan mesin juga 150 cc tapi soal performa nggak bisa diandalkan. Getaran mesin begitu terasa, tenaganya juga ngempos. Kopling dan selahannya juga lebih keras.

Padahal, sebelumnya, teman saya bilang bahwa Bajaj ada salah satu tipe Vespa.

Sampai akhirnya saya tahu tipe Vespa tua yang lumrah ada bernama Super, Sprint, PX, Exclusive, Excel, dan nggak ada tipe yang namanya Bajaj. Emang tukang ngibul teman saya ini.

Bodohnya lagi saya nggak teliti dulu untuk mencocokan nomor rangka, nomor mesin dengan surat-suratnya. Dan ternyata nomor rangka sudah hilang, keropos nggak berbekas. Tak cuman nomor rangka yang hilang, tapi Bajaj Deluxe berwarna biru kusam akhirnya juga hilang kena tilang karena dikira motor curian. Sial!

Penulis: Budi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Mengenal Tipe Vespa Matic yang Harganya Overpriced

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version