Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Personality

Pengalaman Saya 18 Tahun Tinggal di Depan Sawah

Prima Ardiansah Surya oleh Prima Ardiansah Surya
16 Mei 2022
A A
Rasanya 18 Tahun Tinggal di Depan Sawah Terminal Mojok

Rasanya 18 Tahun Tinggal di Depan Sawah (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Saya kurang bisa memahami artikel Mas Bobby Revolta yang membahas tentang betapa susahnya hidup di desa, khususnya dekat sawah, karena alasan kehadiran serangga, ular, biawak, hingga merang. Yah, wajar saja kalau sekali dua kali harus berhadapan dengan itu semua, namanya juga tinggal di dekat sawah. Sebenarnya tinggal di dekat sawah nggak semenyeramkan itu juga, kok.

Begini, saya akan menjelaskan pengalaman saya selama 18 tahun tinggal di depan sawah. Eh, sebenarnya umur saya 25, sih. Saya kurangi 7 tahun karena selama itu saya ada di perantauan, meski begitu saya masih sering pulang ke rumah, kok.

FYI, sawah yang berada di depan rumah saya persis adalah sawah yang luasnya berhektar-hektar milik petani dari dua kabupaten dengan empat desa yang bersinggungan. Jadi bisa dibayangkan betapa “dekatnya” saya dengan sawah, ya.

Pertama, kalau Mas Bobby dalam artikelnya menyinggung kehadiran serangga dan tomcat di rumah yang berada dekat sawah, sebetulnya bukan cuma serangga dan tomcat saja yang suka nongol. Ada lebih banyak lagi jenis serangga yang bisa kita jumpai jika punya rumah di depan sawah kayak saya. Ada kupu putih, serangga bersayap warna putih yang kalau kena bubuk putihnya gatel minta ampun. Ada laron yang sayapnya bakal memenuhi halaman teras kalau lagi musim kawin. Ada pula nyamuk berbagai ukuran dan spesifikasi nyeri gigit yang bermacam-macam pula. 

Laron (Shutterstock.com)

Tapi, serangga-serangga itu nggak tiap hari jumlahnya banyak, kok. Mereka punya siklus. Kalau nyamuk dan laron ikut musim penghujan, hewan sawah pun demikian, ikut siklus hidup padi. Memang betul sih kalau serangga-serangga dan hewan tadi masuk ke dalam rumah, apalagi kalau lampu rumah nekat dinyalain. Tapi, perkara lampu kan bisa dimatikan. Lagi pula, kita sebagai pemilik rumah juga bisa mendesain rumah untuk mencegah hewan-hewan tadi nggak masuk ke dalam rumah, kok. Misalnya saja dengan memasang jaring-jaring di lubang ventilasi untuk mencegah nyamuk atau laron masuk. 

Kedua, jangan bayangkan semua pedesaan itu hutan, Gaes. Di desa saya sendiri, ular dan biawak sudah nggak sebanyak dulu. Di rumah saya nih yang persis berada di depan sawah, selama 10 tahun belakangan ini sudah jarang dimasuki ular. Padahal sawah di depan rumah saya masih utuh berhektar-hektar. Apalagi ketemu biawak. Saya hampir nggak pernah melihat hewan satu ini berkeliaran di dekat rumah dari kecil.

Jangan dibayangin kayak tinggal di hutan yang masih banyak binatang liar (Shutterstock.com)

Ketiga, memang ada banyak tanaman sawah yang jadi masalah musiman. Misalnya kedelai, debu habis diselip itu bikin gatal. Jagung juga sama, debu yang tercecer lewat proses penjemurannya juga bikin gatal. Jadi nggak cuma merang yang bikin gatal.

Tapi, itu semua hadirnya musiman, kok. Kalau sawah depan rumah saya tiga kali panen padi dalam setahun, ya berarti tiga kali saya harus berjuang melawan debu-debu. Kalau rumah saya nggak mengolah padi, ya nggak bakal merasakan gatal-gatal, palingan kena asap hasil bakaran jerami orang-orang dan debu yang jumlahnya sedikit lebih banyak saja.

Baca Juga:

3 Hal tentang Perumahan Cluster yang Bikin Orang-orang Bepikir Dua Kali sebelum Tinggal di Sana

4 Hal yang Bikin Orang Kota seperti Saya Kagok Hidup di Desa

Jemur jagung (Shutterstock.com)

Selama 18 tahun belakangan, selain bisa menikmati keindahan pemandangan dan kesejukan pematang sawah yang ada di depan rumah, saya juga masih bisa merasakan suara merdu burung yang berkicau di pagi hari dan nyanyian kodok yang bertalu-talu di malam musim hujan. Asyik, kan? 

Minat tinggal di depan sawah kayak saya? Kalau memang niat, segera beli tanahnya. Sekarang harga tanah di desa juga sudah mulai naik. Jujur, saya gusar kalau kelak nggak mampu beli tanah di sana.

Penulis: Prima Ardiansah Surya
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 4 Kekurangan Tinggal di Apartemen yang Perlu Dipertimbangkan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 16 Mei 2022 oleh

Tags: depan sawahDesaRumah
Prima Ardiansah Surya

Prima Ardiansah Surya

Dokter internship di RSU Aisyiah Ponorogo dan Puskesmas Jenangan Ponorogo.

ArtikelTerkait

3 Penderitaan Punya Rumah Dekat Kandang Kambing dan Sapi yang Nggak Dipahami Warga Perumahan

3 Penderitaan Punya Rumah Dekat Kandang Kambing dan Sapi yang Nggak Bakal Dipahami Warga Perumahan

6 Mei 2025
Kapan Punya Rumah Lebih Penting Ditanyakan ketimbang Kapan Nikah

Kapan Punya Rumah Lebih Penting Ditanyakan ketimbang Kapan Nikah

9 Mei 2022
Orang Kota Nggak Cocok Menghabiskan Masa Pensiun di Desa, Nggak Usah Sok-sokan Mojok.co

Orang Kota Nggak Cocok Menghabiskan Masa Pensiun di Desa, Nggak Usah Sok-sokan

6 Mei 2024
Beli Rumah Makin Berat di Ongkos, Mending Sewa Rumah (Unsplash)

Demi Menyelesaikan Perdebatan Beli Rumah vs Sewa Rumah, Saya Membuat Hitung-hitungan Paling Valid untuk Anak Muda Duit Pas-pasan

21 Mei 2024
Rumah bekas Belanda

4 Hal Mistis yang Biasa Terjadi di Rumah Bekas Belanda

3 Desember 2021
4 Risiko Punya Rumah Dekat Rel Kereta Api yang Nggak Diketahui Banyak Orang

4 Risiko Punya Rumah Dekat Rel Kereta Api yang Nggak Diketahui Banyak Orang

29 April 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025
Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

16 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.