Seumur-umur nyawa saya yang selalu menghirup udara di Kota Solo, tidak pernah sekali pun melihat transportasi bajaj. Kenangan saya melihat bajaj adalah ketika menonton sitkom Bajaj Bajuri lewat TV. Padahal saya ingin sekali tahu rasanya naik transportasi tiga roda itu.
Ketika saya membuka Instagram hari ini, seketika muncul video Reels yang menginformasikan ada aplikasi Maxride yang menawarkan transportasi bajaj. Maxride memang hadir di Solo belum lama ini.
Sungguh benar-benar tidak terduga, saya kaget layaknya mendengar manga One Piece libur dua minggu. Tak perlu berpikir panjang, saat itu juga saya install aplikasi yang berwarna jingga itu lewat Play Store.
Mencoba pengalaman pertama kali naik bajaj di Solo
Di Instagram, Maxride telah memberikan informasi bahwa penumpang bisa menggunakan kode promo SOLOMAX, sehingga bisa naik bajaj secara gratis. Namun setelah saya coba ternyata tidak bisa. Di kolom komentar juga banyak yang mengeluh tidak bisa menggunakan kode tersebut. Admin membalas komentar dengan mengatakan bahwa promo sudah dapat digunakan dan disarankan mencoba kembali.
Sayangnya, saya mencoba berkali-kali memasukkan kode promo tersebut tetap tidak bisa. Ah, persetan dengan kode promo, saya tidak peduli. Mungkin saja saya juga sudah telat menggunakan promonya. Yang penting saya bisa mencoba pengalaman naik bajaj dulu di Solo.
Saya memesan Maxride untuk perjalanan dari Pajang menuju Indomaret di Jalan Veteran. Jaraknya 4,6 kilometer. Ongkosnya Rp18 ribu. Untuk pembayarannya bisa menggunakan uang tunai atau e-wallet dalam aplikasi Maxride yang bernama Dompet.
Waktu penjemputan sedikit memakan waktu. Maklum karena drivernya juga belum terlalu banyak, tak seperti driver ojol. Setelah itu, tibalah bajaj dengan tulisan Maxride. Setelah melihat-lihat dari luar, bajaj ini terlihat lebih modern dan futuristik. Desainnya sungguh keren.
Driver menyapa dengan sopan dan menyuruh saya masuk ke dalam. Setelah masuk ke dalam bajaj, saya langsung merasakan kursinya yang begitu empuk. Bahkan saya khawatir akan ketiduran nanti.
Ketika mulai berjalan, suara mesin bajaj begitu halus sehingga tidak terlalu berisik. Di samping kanan kiri kursi juga terdapat terpal plastik yang digulung. Fungsinya bisa menutup bagian samping agar tidak terkena air saat hujan.
Bisa untuk 3-4 orang sekaligus
Sembari bajaj melaju tujuan. Saya inisiatif untuk mengajak driver ngobrol.
“Maxride bajaj ini sudah mulai sejak kapan di Solo, Pak?” tanya saya.
“Kalau launching baru Jumat kemarin, mulai operasional hari Sabtu,” jawab driver.
Kami pun lanjut mengobrol tentang bajaj. Driver menceritakan bahwa hari itu dia sudah mendapat sembilan orderan. Dari sembilan orderan itu bisa saja ada segerombolan ibu-ibu 3-4 orang naik bajaj sekaligus.
“Bukannya maksimal 3 orang, Pak?” tanya saya penasaran.
“Satunya bisa duduk di samping saya, Mas,” jawabnya.
“Nggak ganggu bapaknya nyetir? Soalnya kan bapak di tengah,” saya bertanya kembali.
“Nggak sih, Mas, masih ada space di samping,” jawabnya enteng.
Setelah saya lihat kursinya bapak driver, memang benar masih ada ruang untuk duduk. Sebab, kursinya sama dengan kursi penumpang. Beberapa penumpang yang mempunyai tujuan dengan jalan searah bisa memanfaatkan keunggulan ini dengan membayar jasa Maxride secara patungan. Yah, hitung-hitung hemat biaya lah, ya.
Di bagian belakang kursi penumpang juga terdapat tempat untuk menyimpan barang-barang. Kalian yang punya bawaan yang banyak bisa menaruhnya di sana.
Sebagai penutup obrolan, saya menanyakan soal bagaimana testimoni para penumpang lain yang mencoba bajaj ini. Kata driver, banyak warga Solo yang menyukai kehadiran bajaj ini, tidak ada respons negatif sama sekali. Mendengar hal itu saya cukup optimis transportasi umum satu ini bisa bertahan di Solo untuk waktu yang lama.
Pengalaman pertama kali naik bajaj di Solo bagi saya cukup menyenangkan. Dengan bajaj yang sudah dimodifikasi mengikuti zaman, terasa lebih elegan dan nyaman. Semoga saja drivernya bisa semakin banyak dan bisa menjangkau banyak penumpang di Solo. Jadi, ayo naik bajaj!
Penulis: Nafiuddin Fadly
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Solo, Kota yang Hanya Ramah ke Wisatawan, tapi Tidak ke Warga Lokal.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
