Pengalaman Pertama Lewat Jalur Tikus Boyolali Magelang: Jalannya Gelap dan Mengerikan, Begitu Bersyukur Masih Selamat Sampai Tujuan

Pengalaman Pertama Lewat Jalur Tikus Boyolali Magelang: Jalannya Gelap dan Mengerikan, Begitu Bersyukur Masih Selamat Sampai Tujuan

Pengalaman Pertama Lewat Jalur Tikus Boyolali Magelang: Jalannya Gelap dan Mengerikan, Begitu Bersyukur Masih Selamat Sampai Tujuan

Semua orang bisa mengaku bernyali besar, tapi ketika lewat jalur tikus Boyolali-Magelang, nyali tersebut akan diuji habis-habisan. Saya salah satunya.

Sebagai warga Mojokerto yang kerap melewati jalur tengkorak Cangar, saya cukup percaya diri ketika melewati jalan yang curam. Rasa percaya diri itu runtuh ketika saya dihadapkan jalur tikus Boyolali-Magelang. Ketidakpahaman saya akan rute Mojokerto-Magelang membuat saya mengandalkan Google Maps. Nahasnya, bukan malah cepat sampai Magelang, justru saya dihadiahi perjalanan seram dan mencekam, sekaligus mengancam nyawa.

Setelah keluar dari tol Solo di pukul 01.00 WIB, saya mengikuti rute di Maps untuk menuju Magelang. Rute tersebut mengarah ke Boyolali. Sebenarnya di sini saya sudah merasa ganjal. Sebab, biasanya kalau ke Magelang saya melewati Yogyakarta. Namun, karena semua orang di mobil tidur, akhirnya saya memilih melanjutkan rute ini, rute yang hanya cocok untuk manusia bermental baja.

Dan tentu saja, saya menyesalinya.

Ruas jalur tikus Boyolali-Magelang yang sempit dan gelap

Saat memasuki kawasan Boyolali suasana menjadi semakin sepi, jarang ada mobil melintas. Meskipun itu masih tergolong jalan besar. Tapi, itu tidak sebanding ketika memasuki area pegunungan. Lampu jalanan mulai tidak ada. Pencahayaan hanya mengandalkan lampu depan mobil. Begitu pun dengan ruas jalanan yang mulai sempit.

Jalanan sempit dan gelap ini bikin setiap jengkal jalan bagaikan ujian mental yang tidak ada habisnya. Sesekali ada mobil yang berpapasan, harus berusaha melipir agar tidak saling bergesekan. Kondisi ini semakin mengerikan kalau berpapasan dengan truk muatan pasir. Jalan yang sempit ini membuat saya berimajinasi yang tidak-tidak. Seperti, bagaimana kalau mobil saya nyenggol dan salah satu dari kami masuk jurang?

Kawasan tidak ramah

Selain kondisi jalan yang sempit dan gelap, jalur tikus Boyolali-Magelang ini bagi saya amat tidak ramah. Hal ini terjadi lantaran entah kebetulan atau bagaimana saya bertemu dengan segerombol pemuda di pinggir jalan. Awalnya saya merasa tenang dan lega karena setelah sekian meter dalam jalanan yang sepi bertemu juga dengan banyak orang.

Akan tetapi, segerombolan pemuda itu seperti berada di bawah kendali minuman keras. Sebagian dari mereka ada yang mendekati mobil saya, lalu meneriaki dan tertawa dengan suara yang sangat keras. Saya tidak bisa membayangkan jika terjadi sesuatu saat itu. Seperti, bagaimana jika mobil saya dibegal dan saya dilempar ke jurang. Melewati jalan ini membuat saya terus menerus berprasangka negatif.

Jurang yang siap menampung Anda jika tergelincir di Jalur Tikus Boyolali-Magelang

Di awal, saya singgung bahwa Jalur tikus Boyolali-Magelang adalah jalur yang menguji nyali. Saya tidak bercanda atau berlebihan, sebab jalur ini memang semengerikan itu.

Jalan ini penuh kelokan yang tajam, plus ada jurang di beberapa titik kelokan tajamnya. Salah sedikit, banmu bisa masuk ke jurang dan terjun bebas. Ini saya nggak berlebihan, yen gak percoyo deloken dewe, Rek.

Meskipun sudah mengarahkan saya ke jalan menyeramkan ini. Untungnya Google Maps menjadi pegangan bagi saya untuk mengantisipasi kelokan-kelokan yang tajam. Jadi saya cukup bisa memperkirakan kecepatan mobil dan tindakan yang diambil untuk melewati jalanan ini. Benar-benar jalan yang menguji ketahanan mental saya.

Jembatan yang sempit

Puncak ketegangan dari panjangnya perjalanan ini, adalah jembatan yang hanya bisa dilewati satu mobil saja. Ada dua jembatan, karena gelap saya tidak tahu tepatnya di mana. Pertama jembatan ini berada di atas sungai yang airnya sangat deras. Terbukti dari kerasnya suara aliran air. Bahkan saya sempat ragu, ini jembatan atau jurang karena aspalnya tidak terlihat jelas. Akhirnya, ayah saya memutuskan untuk turun memastikan apakah ini benar-benar jalan yang bisa dilewati. Syukurlah, jembatannya layak dilewati.

Setelah melewati perkampungan, rute Google Maps mengarahkan melewati jembatan lagi. Tapi keterangan dalam Google Maps jembatan itu hanya untuk roda dua. Saya begitu panik karena kondisi mobil sudah susah putar balik. Syukurlah, ternyata jembatan bisa dilewati, meski lebih sempit.

Saya tiba di Magelang pukul 04.25 WIB alias satu jam lebih lambat dari perkiraan. Rasa syukur dan lega menyelimuti hati saya. Perjalanan yang saya kira akan biasa-biasa saja nyatanya menjadi pengalaman yang sangat menegangkan. Perjalanan ini membuat saya lebih hati-hati dalam memilih rute yang disarankan Google Maps dan tidak kena jebakan macam jalur tikus Boyolali-Magelang ini.

Saya sangat menyesal melewati jalanan ini di malam hari. Selain nyawa saya terancam, saya juga gagal melihat pemandangan indah kawasan tersebut. Tapi kayaknya juga nggak bakalan mikir indah-indahnya juga sih kalau jalurnya kayak gini.

Penulis: Audea Septiana
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Jalan Alternatif Magelang-Boyolali antara Merbabu dan Merapi, Indah Sekaligus Menantang

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version