Pengalaman-Pengalaman Menghebohkan di Dalam Angkot

angkot

angkot

Transportasi adalah tema yang tak pernah tuntas dibahas. Dari zaman onta merah sebagai tunggangan paling bergengsi sampai Pak Prabowo punya jet pribadi. Sebab ini menyangkut hajat orang banyak. Kendaraan dibutuhkan manusia sebagai usaha untuk menerabas jarak dan kerinduan. Saya tidak akan membicarakan soal bus, kereta, ataupun pesawat. Tentang bus telah banyak ditulis oleh Kiai Faizi. Kereta sudah kenyang dijadikan bahan cerpen Sungging Raga. Sedangkan pesawat saya belum pernah menaikinya. Ini soal angkot alias angkotan kota. Kendaraan yang paling kerap saya tumpangi selain sepeda motor. Kendaraan paling merakyat berongkos murah dan dapat ditemui hampir di semua tempat.

Saya mengenal moda transportasi ini sejak belum sekolah. Waktu itu saya biasa diajak ibu pergi ke pasar dengan menumpang angkot. Saya ingat betul, kebiasaan saya adalah menyetop angkot dengan menggunakan jari telunjuk. Ada kisah konyol mengenai itu. Suatu ketika saya menyetop angko, Ia itu pun berhenti. Tapi saya dan Ibu tidak menaikinya. Karena memang bukan jurusan itu yang kami cari. Saya menyetopnya karena keisengan semata. Hehe.

Mengenai kendaraan ini, setidaknya ada lima pengalaman menghebohkan yang pernah saya alami sewaktu menaiki kendaraan umum tersebut. Pengalaman-pengalaman yang bikin jengkel, ngeri, dan pengen cepat tobat.

  1. Pengamen yang maksa

Pengamen jenis ini ada di mana-mana. Saya pernah ketemu pengamen macam ini di Jakarta, Bekasi, sampai Bandung. Pengamen yang setelah melakukan aksinya (kadang nyanyi betulan dengan suara yang bolehlah, tapi enggak jarang yang nyanyinya enggak niat—sebentar banget dan suaranya jelek minta ampun), minta bayaran ke penumpang dengan lagak memaksa.

Bukan sekali-dua saya dengar pengamen jenis ini mengintimidasi orang yang enggak memberikannya uang dengan, “Cakep-cakep tapi pelit!”, “Gua sumpahin kecopetan lu!”, atau sekadar lompat dari angkot sambil mengumpat-umpat enggak jelas.

Saya maklum hidup mereka susah dan keras. Tapi bukan berarti susah dan kerasnya hidup membuat kita berhak mengintimidasi orang lain.

  1. Orang mabuk bikin rusuh

Suatu ketika dalam perjalanan angkot jurusan Bekasi-Cikarang naiklah seorang lelaki berusia tiga puluhan. Saat itu angkot sedang ramai. Lelaki itu datang dengan badan sempoyongan. Tampangnya kayak orang mabuk. Ia menubruk salah seorang ibu-ibu. Ibu-ibu itu pun berontak dan tak ayal suasana angkot jadi kisruh. Lelaki itu terus bergerak-gerak tak tentu arah seperti cacing kepanasan.

Untunglah, ada seorang bapak-bapak dengan keberanian di atas rata-rata mengusir dan memaksa lelaki itu keluar dari angkot. Sekeluarnya lelaki itu, sekelompok ibu-ibu yang ada dalam angkot pun bersuara semua. Seketika angkot menjadi serupa tempat karaoke. Berisik.

  1. Kecoak di dalam angkot

Pagi itu sunyi, sepi, dan sejuk. Para penumpang di dalam angkot sibuk dengan pikirannya masing-masing. Sampai kemudian seekor kecoak entah dari mana masuk dan seorang perempuan parubaya berteriak. Lantas suasana di dalam kendaraan jadi heboh dan tak keruan. Para penumpang perempuan panik.

“Ada apa, Bu?”

“Ada kecoak,” jawab si ibu yang tadi teriak.

Setelah dilihat-lihat, ternyata kecoak itu nggak pernah ada. Yang ada cuma binatang mainan berbentuk kecil dan memang terlihat agak menjijikan, sih. Dalam hati, saya tertawa-tawa saja dan menyimpan siasat busuk: kalo lagi gabut, kayaknya enak nih ngelempar kecoak di dalam angkot yang lagi penuh, terus kabur.

  1. Bau comberan di antara kami

Kala itu angkot baru memasuki kawasan Stasiun Tambun. Seorang perempuan berambut kusut menyetop kendaraan yang saya naiki. Ia pun lekas naik ketika angkot berhenti. Semenjak masuknya perempuan itu, suasana di dalam menjadi berubah. Semua mata penumpang tertuju ke arahnya. Ya, penampilannya sangat mencolok. Bukan karena menggunakan perhiasan di sekujur tubuh seperti Princess Syahrini. Tapi, justru karena pakaiannya yang sangat kotor dan penampilannya yang terlihat sangat tak terurus.

Tak berapa lama, para penumpang ramai-ramai menutup hidung. Sebab tiba-tiba bau comberan menyeruak. Tak salah lagi, bau tak sedap itu berasal dari tubuh perempuan awut-awutan tadi. Sebagai bukti, orang yang paling bersemangat menutup hidungnya adalah seorang ibu yang duduk persis di sebelah perempuan itu. Ketika diperhatikan, baju perempuan itu juga lembab kehitam-hitaman seperti habis tercebur ke selokan.

Beberapa menit berlalu, bau comberan itu masih berada di antara kami. Hingga kemudian perempuan berbau tak sedap itu turun. Para penumpang pun kembali bernapas lega. Rasanya seperti baru terbebas dari siksa neraka.

  1. Angkot ngebut

Ini barangkali pengalaman di dalam angkot yang paling menguji adrenalin dan membuat saya banyak istighfar dan buru-buru tobat.

Saat itu angkot sedang sepi. Tinggal saya satu-satunya penumpang tersisa. Awalnya kendaraan yang saya naiki melaju dalam kecepatan sedang-sedang saja. Namun, pada suatu ruas jalan, ketika ada angkot lain menyalip, sopir kendaraan yang saya tumpangi tiba-tiba mengamuk seperti banteng di hadapan kain merah. Kecepatan kendaraan yang dikemudikannya meningkat pesat. Jalanan sedang cukup ramai. Tapi ia tak peduli. Disalipnya mobil-mobil, kelokan tajam ia lalui, injakan rem dan tarikan gas bergantian bikin angkot bergoyang keras, dan begitu seterusnya.

Jantung saya berdetak sangat kencang waktu itu. Dalam hati saya sudah bersiap untuk menerima kemungkinan terburuk—saya belum mau mati, tapi tampaknya si sopir tak peduli dengan perasaan saya. Apalagi teman saya pernah cerita, kakaknya pernah dirawat di rumah sakit gara-gara naik angkot yang sopirnya ugal-ugalan bukan main sampai menabrak kendaraan lain,

Beberapa menit kegilaan sopir dan angkotnya itu berlangsung. Hingga akhirnya angkot tiba di lokasi tujuan. Saya bilang, “Kiri, Bang!”. Angkot pun berhenti dengan dramatis. Akhirnya saya turun dengan selamat. Dan saya masih hidup sampai sekarang. Alhamdulillah ya Allah!

Exit mobile version